Dua

18 4 2
                                    

15:02 WIB

Aku lobang pendosa ini ? Diam diri mengingat-Nya.
Segera temukan rahasiaNya
Sebelum tiupan nafas berakhir
-


Aisyah tidak tenang, ia memikirkan keadaan nenek dari perempuan bernama Yesi tadi. Ketika sudah sampai di motornya, Aisyah terdiam sesaat, berpikir sejenak dan setelah berpikir cukup lama ia langsung mengarahkan tubuhnya menuju pintu utama rumah sakit dengan sedikit berlari kecil. Sesampai nya disana, ia langsung menghadap resepsionis.

"Iya ren, yang baru saja masuk rawat inap, usianya cukup berumur, ada sesuatu yang harus aku sampaikan, tolong ren carikan siapa namanya dan di ruangan berapa" Tanya Aisyah tergesa-gesa ke temannya, Reni. Reni seorang perawat rumah sakit yang bertugas menjadi resepsionis disini, ia memang tidak dekat dengan Aisyah, hanya saja mereka satu lingkungan pekerjaan,dulu.

"Nih syah, kalau di lihat dari catatan, nama nenek itu Ny. Fatmawati ruang Anggrek no 5 lantai 4, dicoba aja soalnya dari data terakhir yang umurnya nenek-nenek sih beliau" ucap Reni tanpa menoleh ke Aisyah, ia masih fokus ke layar komputernya.

"Oke, makasih ren. Assalamu'alaikum" balas Aisyah yang langsung menuju pintu lift.

Aisyah melirik dari luar pintu melihat ke dalam ruangan yang Reni katakan tadi, ia melihat ada dua orang disana, satu seorang nenek yang terbaring lemah, dan satunya seorang perempuan berkerudung merah jambu. Aisyah tersenyum lemah lalu menarik napas dalam-dalam. Kini ia berangkat dirinya mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam.

"Assalamu'alaikum" salamnya dengan hati-hati. Seketika ibu berkerudung merah jambu mengarah ke sumber suara dan langsung berdiri, Aisyah dengan langkahnya yang lambat mendekatinya.

"Ibu perkenalkan, saya Aisyah petugas rumah sakit bagian instalasi Gizi disini, namun tepat hari ini saya sudah resign. Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya jika perlakuan saya tadi mengenai kursi roda membuat ibu sakit hati dan kesal, dan mungkin karena saya orangtua ibu harus dirawat inap seperti ini" Ucap Aisyah tanpa berani mengangkat kepalanya menghadap seorang paruh baya dihadapannya.

"Mamah Azriel, kamu bisa panggil saya mamah Azriel. Biasanya orang-orang memanggil saya mamah Azriel, karena saya kurang suka dipanggil ibu" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya hendak bersalaman untuk Aisyah.

Aisyah bingung melihat tangan perempuan paruh baya ini yang terulur, ia teringat ketika Yesi, anaknya juga melakukan hal serupa kepadanya. Ia pikir mungkin ini kebudayaan keluarganya.

"Jangan-jangan setelah ini beliau akan memaki aku dengan kata-katanya yang tajam seperti anaknya tadi" pikir Aisyah dalam hati, ia sudah mempersiapkan mental ketika akan di maki oleh wanita dihadapannya.

Aisyah pun meraih tangan mama Azriel dan mencium punggung tangannya dengan lembut. Mama Azriel pun lantas memegang kedua pundak Aisyah.

"Saya memang sempat kesal dengan keputusan kamu saat itu, tapi saya tahu memang itu keputusan yang terbaik. Saya tidak menyalahkan kamu apa yang terjadi dengan orangtua saya, ibu saya memang sudah sering masuk-keluar rumah sakit tiba-tiba seperti ini." Aisyah kaget mendengar ucapan yang ia dengar, jauh berbanding terbalik apa yang ia pikirkan.

" Tapi bu, seandainya nenek ibu langsung dibawa kedalam rumah sakit, bisa jadi keadaannya tidak seperti ini, karena langsung ditangani. Tapi, karena kursi roda yang lambat jadi nenek harus menunggu lebih lama untuk ditangani" Balas Aisyah merunduk, kali ini ia benar-benar merasa bersalah.

" Tidak, ini bukan salah kamu. Ibu saya datang ke rumah sakit untuk terapi, karena memang hari ini jadwalnya dan kebetulan stroke nya lagi kambuh. Ketika kambuh biasanya ibu memang akan di rawat seperti ini. Tetapi memang kali ini kondisi ibu lebih lemah, sampai akhirnya 1 jam yang lalu dokter menyatakan ibu koma. Ditambah fungsi fisiologis organ dalamnya semakin menurun." Mama Azriel mengelus kepala ibunya, matanya berkaca-kaca , suaranya makin lama terdengar lemah.

Not You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang