Satu

16 4 4
                                    

14:12 WIB
    
    •Allah mempertemukan bukan untuk memisahkan, tetapi memberikan pelajaran dalam setiap lembar kehidupan•
-


“Saya tidak suka alasan-alasan yang kamu berikan dalam surat ini,sehingga sangat mudah bagi saya untuk mempertimbangkan apakah kamu tetap layak di rumah sakit ini atau tidak. Silahkan ajukan pada pihak Administrasi kepegawaian bagian petugas kesehatan untuk mendapatkan stampel tandatangan kepala Rumah Sakit dan kepala Yayasan.”

Aisyah tak segan langsung memberikan senyum bahagia ke wajah yang ada dihadapannya ini. Dengan menelungkupkan kedua tangannya.

“Terimakasih pak atas pengertian dan penilaian bapak akan kinerja saya selama ini dan tentunya dalam menilai surat resign saya. Semoga bapak sehat selalu dan diberikan rezeki yang barokah” Ucapnya tanpa menghilangkan senyum diwajahnya, matanya berbinar dengan sikapnya yang selalu sopan. Kata-katanya terdengar sederhana namun memiliki arti yang tajam baginya.

Bapak kepala instalasi gizi tersebut tidak membalas ucapan terimakasih bawahannya itu, ia memang tidak terlalu suka dengan Aisyah karena sikapnya yang terlalu berani dan dianggap berlebihan menilai kebijakan Rumah Sakit.

“Alhamdulillah, segampang ini untuk keluar dari pekerjaan yang memang tidak diharapkan, semoga Allah ridho dan memberikan yang terbaik” gumamnya dalam hati yang saat ini berjalan di lorong rumah sakit dengan penuh keyakinan dan tentunya bahagia.

Saat ingin memasuki lobi utama Rumah sakit, tepat didepan pintu utama sedikit bergeser kekanan, terlihat ramai dan terdengar suara adu argumen dengan seorang satpam disana.

"Saya tidak mau tahu pak, sekarang juga kursi roda ini untuk keluarga saya.” Ucap ibu berkerudung biru sambil memegang satu kursi roda didepannya.

“Loh ibu seenaknya saja ya, yang duluan datang kesini itu saya dan keluarga, kami yang terlebih dahulu meminta izin untuk menggunakan kursi roda ini. Ibu  saya sudah menunggu dari tadi di mobil pak, sudah terlalu tua tidak mungkin jalan sedangkan struke nya lagi kambuh” balas seorang ibu yang berada di serong kirinya yang mengenakan kerudung merah jambu.

“Saya duluan pegang kursi roda ini, sedang anak saya mencari satpam untuk meminta izin”

“Tidak bisa seperti itu bu, Indonesia ini adalah negara hukum. Semua harus mengikuti peraturan yang ada, peminjaman kursi roda harus tercatat dibagian administrasi tidak seenaknya saja mengambil, dan kalau ibu meminjam melalui satpam saya jauh lebih dulu dari ibu, saya langsung ke bagian pencatatan. Pokoknya saya tidak mau tahu, kursi roda ini saya duluan, suami saya harus pulang ke rumah sekarang, mobil jemputan sudah menunggu daritadi.” Terlihat wajah ibu ini sangat kesal dan marah.

“pak, maaf memang kursi rodanya sudah habis ?” Tanya Aisyah kepada satpam yang terlihat cemas dan bingung dengan berbisik.Aisyah tidak bisa melihat wajah kedua ibu tersebut karena posisi mereka yang membelakanginya.

“sudah habis mbak di lantai ini, ada tapi di gudang belum sempat dikeluarkan. makanya saya bingung. Ibu-ibu ini tidak memberikan saya untuk berbicara sama sekali, mereka suka sekali adu mulut, dasar emak-emak” balas satpam santai sambil melirik kedua ibu yang masih saja adu mulut memeperebutkan kursi roda.

Aisyah melirik sekeliling ruang lobi utama, sama sekali tidak ada dokter atau pun perawat yang berlalu lalang. Ia pun teringat seragam instalasi gizi yang ia bawa didalam tasnya.

“Mohon maaf, ibu-ibu. Saya dengar sedang ada perebutan kursi roda disini? “ tanya Aisyah sambil menatap gentian kedua ibu tersebut.

Ketika tatapannya beralih kepada ibu berkerudung biru, ia langsung memasang wajah kaget.

Not You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang