23. Revenge And Gray Memories(1)

72 13 0
                                    

Katanya, mantan akan terlihat lebih mempesona setelah menyandang kembali status single. Hal itu pun benar terjadi pada Kimmy dan Claude beberapa waktu yang lalu.

Lalu untuk Miya dan Chou? Ah jangan berharap lebih. Miya hanya menangkap tubuh Chou saja yang tampak sedikit lebih kurus. Apa yang terjadi pada Chou setelah mereka putus? Tentu saja apapun yang terjadi pada pria itu, Miya tidak mau peduli lagi. Ia dan Chou sudah berakhir sejak malam itu.

Miya langsung membuang pandangannya saat Chou menangkap keberadaan mereka. Meski kini hatinya mulai berdetak tak karuan, Miya berusaha tampak tenang ketika Chou sudah ada di dekat mereka dan berbincang dengan Kimmy.

"Kim, gue turut berduka atas kematian ayah lo," Ucap Chou terdengar tulus, ia menyerahkan sesuatu pada Kimmy.

Sedangkan Kimmy, dalam hati ia sudah sangat menahan keinginannya untuk menghajar pria di depannya ini. Tapi Kimmy masih sadar situasi, ia tidak akan membuat keributan disini. Yah, tidak disini. Dengan tersenyum, Kimmy mengambil paper bag itu dari Chou. "Makasih Chou. Duduklah dulu, gue bakal hidangin sesuatu," Chou mengangguk, sejenak ia melirik kearah Miya yang masih menatap kearah lain.

Kimmy sedikit heran akan tatapan Chou, ia harus segera membawa Miya menjauh dari pria biadab itu. "Miy, bantu aku menyiapin makan," Kimmy menarik tangan Miya pelan, pergi meninggalkan Chou disana. Masih dengan menatap kearah lain, Miya mengikuti langkah Kimmy. Ia menghela nafasnya lega akan inisiatif sahabatnya itu.

Pandangan Chou terus mengarah pada Miya, bisa ia lihat bahwa disana juga ada Claude. Chou mengumpat pelan karena tahu saat ini ia tidak punya cela untuk berbicara ataupun hanya sekedar mendekati Miya. Mengingat betapa protektifya Claude kepada Miya, membuat ruang diantara mereka semakin jauh. Ditambah lagi kini motifnya telah diketahui oleh gadis itu. Benar-benar sudah tidak ada lagi harapan bagi Chou untuk terus bersama 'Emas'nya.

Chou berdecih kesal. "Nggak Miya, gue nggak bakal ngelepasin lo semudah itu. Gue bakal ngelakuin apapun agar lo tetap jadi milik gue," Pria itu menatap Miya tajam dengan seringai yang terukir di bibirnya. "Tunggu aja,"

***

Miya merasa sedikit gelisah sejak kehadiran Chou beberapa menit yang lalu. Sudah dua kali ia menangkap basah Chou secara terang-terangan memperhatikannya dari kejauhan. Miya benar-benar merasa tidak nyaman saat ini, tapi ia tetap berusaha untuk terus bersikap tenang.

Perhatian Miya teralih saat suatu panggilan masuk ke ponselnya. Ia mengambil benda tipis itu untuk melihat siapa yang tengah menghubunginya. Alis Miya mengerut saat nama Alucard tertera disana. "Ada telfon tuh," Ujar Claude mengejutkan Miya. Membuat perempuan itu buru-buru membalik layar ponselnya.

"Nomer nggak dikenal, aku gak mau jawab," Miya berharap bahwa alasannya itu dapat mengalihkan perhatian Claude.

"Uhmm.. Kalau gitu, sini biar kakak yang angkat," Miya menahan nafasnya jika Claude sudah berkata demikian. Kakaknya itu benar-benar overprotektif. Namun sedetik kemudian Miya mendesah lega dalam hati saat ponselnya sudah tak lagi bergetar. Tapi tak lama setelah itu, ponselnya kembali bergetar singkat. Sebuah pesan masuk dan itu dikirim oleh Alucard. Segera Miya melihat isi pesan tersebut.

Alucard:
Angkat telfonnya.

Kembali ponsel perempuan itu bergetar lama. Buru-buru Miya mensenyapkan nada deringnya sebelum ia menolak panggilan itu.

Miya:
Ada kakakku disini, bicaralah di chat.

Alucard:
Nggak bisa, hal ini nggak bisa kita bicarakan di chat. Menjauhlah sebentar darinya.

Made For Each Other. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang