19. You're My Future.

80 15 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama dua jam, akhirnya mereka sampai pada salah satu pantai yang belum pernah Miya kunjungi sebelumnya. Miya memerhatikan pemandangan itu dengan takjub. Pantai ini benar-benar memanjakan matanya.

"Aku nggak tau kalau di daerah sini ada wisata pantai yang menakjubkan." Gumam Miya tanpa mengalihkan pandangannya dari laut biru di depan sana.

"Ya.., setelah ini kamu harus kasih aku sesuatu sebagai tanda terima kasihmu padaku."

Miya langsung memicingkan matanya saat menatap Alucard. Padahal ia merasa bahwa dirinya tidak sedang berbicara dengan pria itu. "Excuse me?" Alucard terkekeh, ia menggelengkan pelan kepalanya. "Pokoknya kau punya hutang budi padaku."

Miya memutar matanya malas. "Whatever."

Alucard menghentikan mobilnya di bawah pohon kelapa besar. Suara desingan lembut mobil itu pun tak lagi terdengar. Pria itu menarik rem tangan lalu mulai melepaskan eratnya sabuk pengaman yang ia kenakan. Alucard memiringkan posisinya demi bisa melihat dua orang cantik di sampingnya. Hati Alucard menjadi tak karuan ketika ia melihat Miya mendekap Lylia yang tengah tertidur itu.

Bagaimana jadinya jika yang saat ini di dekap oleh Miya adalah anak mereka sendiri?

Suhu panas mulai pria itu rasakan pada wajahnya. Ia mengalihkan wajahnya pelan dengan menutupi setengah darinya. Alucard tidak ingin Miya tahu bahwa saat ini ia tengah merona karena memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Miya.

'Shit! Kendalikan pikiranmu, bodoh!' Pria itu tidak tahu kenapa dirinya jadi seperti ini sejak ia mendapatkan kembali ingatannya. Alucard memutuskan untuk keluar dari mobil. Berada disamping Miya benar-benar membuat otaknya traveling.

Alis Miya berkerut, memperhatikan tingkah pria disampingnya itu. Tapi ia lebih memilih mengabaikannya dan harus membangunkan Lylia terlebih dahulu. "Lyl? Ayo bangun. Udah sampe nih." Miya mengelus pipi gadis kecil itu, sesekali menariknya pelan.

"Lylia masih belum bangun?" Alucard membuka pintu mobil disamping Miya. Perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya. Masih dengan terus memanggil anak itu, tangan Miya hendak melepaskan sabuk pengamannya. Tapi tangannya yang kebas tak bisa menekan tombol pengunci itu, alhasil ia sedikit kesulitan.

Sejenak Miya menatap Alucard, namun tak disangka karena pria itu masih terus memperhatikannya dengan wajah polos. Kini ia jadi merasa sedikit malu untuk meminta tolong pada pria itu.

"Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?"

Sesaat Miya terdiam, ia menggigit pelan bibir bawahnya, berpikir akan kalimat apa yang hendak ia utarakan pada pria itu.

"Miya?" Kini ada sesuatu yang mulai bergejolak dalam diri Alucard saat ia melihat Miya menggigit bibirnya sendiri. Dan untuk yang kesekian kalinya, Alucard kembali mengumpat dalam hati.

Dengan sedikit menundukkan kepala, Miya mulai membuka mulutnya. "Anu, tolong, lepaskan sabuk pengamannya. Tanganku kebas." Ah, bertingkah seakan lemah dihadapan pria itu benar-benar bisa membuat Miya kehilangan harga dirinya sedikit demi sedikit.

"Astaga aku kira apa." Alucard menghela nafasnya sedikit keras. Terdapat kekecewaan dalam tatapan manik biru lautnya.

"Kamu kira apa emang?"

"Entahlah, *maybe something a little more interesting?"

(*mungkin sesuatu yang sedikit lebih menarik?)

Miya mendatarkan ekspresinya, lebih datar dari yang biasa ia pasang saat bersama pria itu. "Very weird." Entah sampai kapan ia akan terus bersama pria itu. Alucard benar-benar pria yang sangat menyebalkan, sangat aneh, dan sangat tidak jelas.

Made For Each Other. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang