50. Dinner.

95 14 0
                                    

Tepat di depan pintu rumah besar Miya, Alucard menghentikan laju mobilnya, kemudian beralih menatap Miya. Jika diperhatikan secara seksama, maka kalian akan menyadari bahwa bibir pria itu tak pernah membentuk garis lurus semenjak mereka dari rooftop hotel tadi.

Ya, dan beruntungnya Miya menyadari hal itu. Sebenarnya senyuman Alucard yang terus mengambang sejak tadi itu sedikit mengganggunya dan membuat Miya bertanya-tanya.

Disana, Miya membalas tatapan Alucard yang penuh arti itu serta bertanya, "Apa? Kenapa kamu melihatku dengan senyuman aneh seperti itu?" Miya memicingkan matanya menatap Alucard curiga.

"Kenapa? Apa aku nggak boleh menatap calon istriku sendiri?"

Blush!

Segera Miya mengalihkan wajahnya kearah lain, sebab ia yakin pasti saat ini wajahnya sudah merah padam. Meskipun beberapa bulan yang lalu Alucard sering menggoda seperti itu, tapi saat ini rasanya begitu berbeda dengan debaran yang sejak tadi tak henti-hentinya mengganggu jantung Miya.

Dia tidak tahu sudah berapa kali jantungnya sesak karena debaran itu. Yang Miya tahu adalah ia kenal betul dengan getaran di hatinya ini, getaran yang selalu hadir ketika dia dan Alucard menghabis waktu bersama. Getaran hati yang selalu dia rasakan dulu.

Selain itu, Alucard pun tidak bisa mengekspresikan bagaimana perasaannya saat ini. Belahan jiwanya telah kembali, tadi bahkan Miya tengah tersenyum serta tertawa lepas di hadapannya, sama seperti dulu. Terlebih lagi ketika dia tahu bahwa saat ini Miya tengah mengandung anaknya.

Balasan yang Alucard dapatkan setelah semua hal yang menimpa mereka selama ini benar-benar setimpal. Atau mungkin itu bisa melebihi dari apa yang telah ia lalui. Alucard benar-benar bersyukur.

Dan kali ini, pria itu terkekeh saat melihat rona di pipi Miya. Benar-benar indah pemandangan di hadapannya ini, pemandangan yang menyejukkan serta menghangatkan hati. Pemandangan yang selalu menjadi semangat serta motto hidupnya semenjak dia kenal dengan Miya.

Pemandangan yang ingin selalu ia jaga agar terus terlihat indah seperti itu. Senyuman serta tawa Miya merupakan candu bagi mata Alucard.

"Be-berhenti menggodaku terus Al! Godaanmu itu payah sekali!" Malu Miya dengan menunjukkan sikap kesal.

Alucard mendengus geli sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ya kamu benar. Aku memang tidak bakat dalam hal itu, karena aku lebih suka bertindak." Ujar Alucard berjeda. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut kepala Miya.

"Jadi besok aku akan menjemputmu untuk makan malam bersama keluargaku. Dandan yang cantik, ya?"

Miya menyeringai. "Aku akan dandan cantik sampai kamu tidak mengenaliku." Ujarnya lalu terkekeh pelan. Alucard mendengus geli sambil mencubit gemas pipi Miya.

"Masuklah, kamu harus istirahat. Besok kamu jadi ke rumah sakit?" Tanya Alucard.

Miya mengangguk. "Kenapa?"

Sejenak Alucard memasang senyuman kecutnya. "Aku ingin sekali menemanimu, tapi besok ada beberapa hal yang harus kuurus terlebih dahulu. Nggak papa 'kan?"

Lagi wanita itu mengangguk mengerti. "Besok aku pergi dengan Papa, Al."

Mendengar jawaban Miya, Alucard tersenyum. "Ya sudah, sekarang masuklah. Sweet dreams, Dear." Ujar Alucard sambil mengecup punggung tangan Miya. Dimana hal itu menimbulkan sensasi sengatan listrik yang Miya rasakan di tangannya.

"Y-you too, take care!" Segera Miya turun dari mobil Alucard dan memasuki rumahnya dengan jantung yang berdebar kencang.

Made For Each Other. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang