ILUVIA || 4. Trouvaille

418 110 64
                                    

Jangan menghakimi jika tidak mengetahui. Karena diam adalah cara terbaik seseorang menghargai.

"Bensinnya ada nggak?" tanya Zana melihat Anza yang kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bensinnya ada nggak?" tanya Zana melihat Anza yang kebingungan.

"Masih full malah," jawab Anza frustrasi dengan tangan mengotak-atik ponselnya.

Bagaimana tidak? Anza yakin dirinya kemungkinan besar akan terlambat ke sekolah gara-gara motornya mogok begini tanpa tahu penyebabnya. Mana jalanan di sini sepi lagi, salah Anza juga yang mengambil rute lain dengan angan akan cepat sampai karena jarak tempuhnya lebih dekat dari rumahnya.

Tidak mungkin Anza meninggalkan motor matic-nya begitu saja di tempat ini, bisa berabe nanti jika hilang.

Saat Anza masih sibuk menelpon kedua sepupunya bergantian namun dari tadi tidak tersambung, terdengar suara motor mendekat. Anza menoleh penuh harap pada motor trail hitam yang berhenti tepat di samping motornya, pengendara itu memakai seragam sekolah yang sama seperti dirinya di hari Senin ini.

"Mogok?" tanya orang itu dengan nada datar dan turun dari motor tanpa melepas helm fullface-nya.

Anza mengangguk cepat. "Tapi bensinnya masih full kok, nggak tau kenapa tiba-tiba mati mesin," ujarnya memberitahu saat orang itu mulai berkutat pada motor matic-nya.

"Satu sekolah, kan? Bareng gue aja," ucapnya berdiri tegak setelah mengetahui penyebab motor itu mogok, yang tentu tidak bisa dia perbaiki sendiri.

"Terus motor gue gimana?" tanya Anza menggaruk alisnya yang tak gatal, tanda gadis itu sedang bingung.

"Tinggal, nanti orang suruhan gue yang urus," jawabnya menaiki motor miliknya.

"Nebeng aja, Za. Motor kamu aku yang jagain sampe orang suruhan dia dateng." Zana yang sedari tadi tidak bersuara akhirnya membuka mulut.

Anza merasa sedikit lega walaupun tidak tahu definisi menjaga motor ala Zana itu seperti apa. Gadis itu memakai helm bogo miliknya.

Tau bahwa Anza akan naik ke atas motornya, orang itu lebih dulu menurunkan pijakan kaki untuk gadis itu. Anza mengerjap pelan melihatnya. Satu kalimat yang terlintas dibenaknya saat ini, orang itu merupakan lelaki gentle.

"Maaf," ucap Anza saat menyentuh pundak orang itu sebagai tumpuan agar bisa naik dan duduk di jok belakang.

Motor trail itu terlalu tinggi untuk Anza yang padahal tidaklah terlalu pendek. Seingatnya, motor duo kembar yang juga mirip dengan motor tersebut tidak sampai setinggi itu.

"Mereka cocok hihi." Zana terkikik geli saat keduanya sudah menjauh.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di parkiran sekolah, bersamaan dengan Veto yang juga baru sampai dan memarkirkan motornya tepat di samping Anza berdiri.

ILUVIA [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang