●
●
●PERGERAKAN sudut bibirnya membentuk lengkungan terjadi saat Risa memijakkan kaki pada tempat yang menurutnya paling istimewa di seluruh penjuru sekolah. Tak banyak yang tahu tempat ini. Sekilas memang tak ada yang spesial dengan rooftop. Terlebih karena tidak ada pelindung dari teriknya panas matahari.
Rapat dadakan yang dilakukan para guru seharusnya membuat Risa merasa senang. Dengan adanya rapat, otomatis jam kosong berlangsung di kelas. Bukan rasa senang, justru gadis itu merasa ketakutan saat kabar rapat dadakan didengarnya. Jam kosong sama saja dengan berubahnya status Risa dari manusia menjadi sosok hewan di mata Grace. Grace pasti akan memanfaatkan waktu seperti ini sebagai ajang perpeloncohan dengan menjadikan gadis lemah seperti Risa sebagai korbannya
Risa melangkah pendek-pendek ke tepi rooftop. Tangannya yang bebas direntangkan ke samping. Gadis itu menghirup udara segar sambil memejam menjatuhkan butiran air mata yang sedari tadi coba dia bendung. Tak peduli, di tempat ini tak ada siapa pun yang melihat kesedihannya. Kalau pun ada yang tidak sengaja melihatnya menangis, mungkin orang itu akan berusaha menghindar seolah tidak melihat apa-apa! Intinya tidak ada yang peduli dengan hidup Risa.
"Lo udah gila ya?" Risa melebarkan matanya saat sesuatu menyentuh pinggangnya diikuti suara yang kedengaran memaki. Orang yang belum diketahui identitasnya itu menarik tubuh Risa agar menjauh dari tepi rooftop.
Siapa yang meluk gue? batin Risa. Matanya setengah memelotot, begitu pun dengan bibirnya yang hampir membulat secara sempurna. Gerakan refleks Risa memutar badan membuatnya berhasil menemukan sosok yang baru saja memeluknya dari belakang.
"Lo mau nyia-nyiain hidup lo kayak gini?" maki pria itu—pria yang sama dengan yang tadi membelanya di dalam kelas. Padahal Risa baru saja akan menanyakan alasan sampai pria itu berani memeluknya. Tapi sekarang Risa diam menyimak makian yang dilayangkan olehnya.
"Pemikiran lo terlalu dangkal tau gak!" murka pria itu seperti tidak mau memberikan akses bagi Risa memberikan klarifikasi.
Risa hendak mengangkat sudut bibir untuk kedua kalinya, tapi urung ketika pria di depannya lebih dulu bergerak menyentuh kedua bahunya. Alhasil bibirnya yang sudah terbuka kembali terkatup serapat-rapatnya.
"Lo gak mikirin keluarga lo? Gue tahu kalau ini gak mudah. Tapi apa ini satu-satunya cara yang bisa lo pakai untuk menghindar dari perundungan?" lanjut pria itu dengan muka yang masih memperlihatkan kepanikan.
Suaranya yang lantang nan tegas sedikit membuat Risa mengulum bibir bawah karena takut.
"Tapi..." ucap Risa namun tertahan. Risa bingung. Kenapa pria itu memeluk, lalu memakinya sambil memperlihatkan kepanikan di mukanya? Apa yang Risa perbuat sampai membuatnya tampak geram?
"Tapi apa?" tegas pria itu. "Lo mungkin jadi orang bodoh pertama yang gue temuin. Lo emang gak mikir bagaimana perasaan orangtua lo kalau liat anaknya meninggal dengan cara seperti ini?" tambahnya masih dengan ketegasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RISA
Teen FictionDisaat gadis seusianya sibuk menikmati masa SMA yang merupakan masa-masa paling indah dalam hidup, seorang Risa justru harus berkutat dengan yang namanya kekurangan dalam segi finansial. Risa tak menyesal terlahir seperti ini, hanya saja sebagian or...