●
●
●BAYU berhenti melanjutkan langkah yang sedang digelutinya saat menjumpai sahabatnya duduk di sebuah kursi yang berada tepat di bawah pohon rindang kawasan hutan sekolah. Bayu urung melanjutkan langkah karena otaknya sedang berputar memikirkan apa yang menjadi penyebab dari hadirnya gelagat aneh pada diri gadis tersebut.
Ketika jam pelajaran berlangsung pun Bayu melihat gadis itu tenggelam dalam rangkaian imajinya. Padahal dihari biasanya gadis itu terbilang rajin mencatat hal yang dikiranya penting sewaktu guru menjelaskan di depan kelas. Gelagat Risa benar-benar aneh.
Bersama paper bag berwarna navy blue Bayu melanjutkan langkah membawa kakinya yang terbalut kets putih ke tempat Risa menghabiskan jam istirahat.
Menyadari kehadiran sahabatnya Risa yang tadinya duduk di bagian tengah mulai menggeser bokongnya ke samping. Dia juga menepuk-nepuk kursi memperlihatkan perintah supaya Bayu duduk di sebelahnya.
"Kenapa gak ke kantin?"
"Gue lagi..."
"Diet," potong Bayu sebelum gadis itu lebih dulu menyelesaikan kalimatnya.
"Tahu aja lo."
"Lagian cuma itu alesan yang lo pakai tiap gue ajakin ke kantin."
"Alesan? Bener kok kalau gue lagi diet," bohong Risa.
"Mulai hari ini gak ada lagi yang namanya diet-dietan, badan kurus kerempeng kek gitu masih mikirin diet."
"Ih body shiming."
"Terserah," sengit Bayu dalam mode bodo amat. "Gue tegasin hari ini gak ada lagi yang namanya diet-dietan!" Bayu kembali menegaskannya sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam paper bag yang dibawanya dari kelas.
Sampai detik ini Risa masih menanam fokus matanya ke arah benda yang baru dikeluarkan oleh pria itu dari dalam paper bag bawaannya, "Ini apaan, kok kasih ke gue?" tanyanya merasa bingung dengan kotak pink yang disodorkan Bayu untuknya.
"Buka aja!" dari pada menjelaskan Bayu lebih memilih menyuruh gadis itu untuk mengeceknya sendiri.
"Takut ah," Risa mengedikkan bahunya kuat-kuat, merasa ngeri. Benda berbentuk kotak itu sedikit dijauhkan, "Takutnya pas gue buka kotaknya, yang muncul malah seekor katak atau mungkin seekor tikus lagi," imbuhannya kali ini kembali diekori oleh kedikan bahu tanda ngeri.
"Buka aja elah. Gue gak sekurang kerjaan itu sampai buang waktu nangkep katak atau tikus. Lagian gue juga geli kali sama hewan yang lo sebutin barusan."
Tak lagi menaruh curiga akan dijahili, Risa membuka kotak pemberian Bayu lambat-lambat. Didapatinya sebuah nasi lengkap dengan lauk pauknya di dalam sana. Risa pun segera menolehkan muka menghadap pria di sebelahnya. Bibirnya mungkin masih tertutup rapat namun raut yang tercetak di wajahnya terlihat sedang menuntut jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RISA
Teen FictionDisaat gadis seusianya sibuk menikmati masa SMA yang merupakan masa-masa paling indah dalam hidup, seorang Risa justru harus berkutat dengan yang namanya kekurangan dalam segi finansial. Risa tak menyesal terlahir seperti ini, hanya saja sebagian or...