●
●
●"PELAN-PELAN!!!" Risa mengaduh kesakitan merespon Bayu yang sedang meneteskan betadine pada luka di bagian dahinya. Saat kapas yang ditetesi betadine itu menempel entah kenapa Risa merasakan perih yang membuatnya tak kuasa untuk menahan rasa sakitnya.
"Bentar lagi kelar, gue tinggal masang plesternya." Bayu dengan cekatan bertingkah layaknya tenaga medis yang teramat andal.
Risa terdiam meski perih masih dirasakannya.
"Selesainya kapan sih?" kata Risa tak sabaran.
"Kenapa sih buru-buru banget, kek dikejar sesuatu aja."
"Bentar lagi bel, ntar kalau gurunya keburu masuk?"
"Ini udah selesai kok."
Risa bangkit meninggalkan tepian ranjang yang menjadi tempatnya mendudukkan tubuhnya. Tak lupa ia juga memasang ranselnya ke punggung setelah Bayu membantu mengambilkannya dari meja yang ada di ruangan kecil ini.
"Yakin nih lo mau balik ke kelas?" tanya Bayu tiba-tiba, "Saran gue sih mending lo istirahat aja, ntar biar gue yang sampein ke guru kalo lo lagi butuh istirahat di UKS. Atau kalau perlu gue bakal nemenin lo di sini."
"Gak usah lebay kali Bay, orang gue baik-baik aja kok."
"Bukan lebay Ris, lebih tepatnya gue khawatir sama kondisi lo. Bayangin lo pingsan di kelas aja udah bikin gue ngeri, gimana kalau beneran udah kejadian?"
"Makasih karena udah mau khawatirin tapi kondisi gue saat ini emang baik-baik aja. Pikiran lo aja tuh yang ngaco."
"Dih pikiran gue dikata ngaco."
Risa melangkah duluan sengaja mempercepat langkahnya. Di belakangnya Bayu sedang memperhatikannya sambil tersenyum tipis-tipis. Bayu hanya tidak percaya jika ia bisa akrab dengannya.
"Eh," cegat Bayu saat memperhatikan Risa yang berbelok ke arah lain. Seingatnya sewaktu di UKS tadi gadis itu ngebet pengin balik ke kelas. Tapi kenapa sekarang malah ngambil jalan lain yang berlawanan dengan arah kelas. "Kepala lo gak kebentur tembok kan?" Bayu mengambil langkah dipercepat, ia menyentuh lengan milik Risa saat keduanya telah bersisian. "Arah kelas di sebelah sana!"
"Tahu kok."
"Kalau udah tahu ngapain lu ngambil jalan lain?" Bayu heran. Jelas sekali dari ekspresi yang digambarkan oleh wajahnya setelah menyelesaikan kalimat berisi pertanyaan yang dipersembahkan untuk Risa.
"Sebelum ke kelas gue mau mampir dulu ke koperasi. Semalam tinta pulpen gue abis setelah nyelesain tugas matematika," tak hanya menyebutkan tempat yang hendak dituju, gadis itu juga menyertakan alasannya ingin ke sana.
"Btw lo udah ngerjain tugasnya kan? Kalau belum nih liat punya gue," Risa hendak merogoh ransel saat pergerakannya dicegat oleh Bayu.
"Gue udah selesai kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RISA
Teen FictionDisaat gadis seusianya sibuk menikmati masa SMA yang merupakan masa-masa paling indah dalam hidup, seorang Risa justru harus berkutat dengan yang namanya kekurangan dalam segi finansial. Risa tak menyesal terlahir seperti ini, hanya saja sebagian or...