●
●
●DIJAM segini sudah pasti suasana SMA Valencia masih sangat sepi. Masih pukul enam lewat tiga menit. Hari ini Bayu dan Risa sengaja berangkat lebih cepat karena Perdana Adiyaksa alias ayah Bayu sedang punya urusan genting di kantor yang memaksanya untuk datang lebih awal dibanding hari-hari kemarin.
Saat ini hanya Risa yang berjalan di tengah koridor yang sepi. Bayu terpaksa menyuruh gadis itu berangkat duluan ke kelas karena dia punya urusan. Urusan dengan toilet lebih tepatnya. Tidak mungkin juga Bayu menyuruh gadis itu menunggunya di depan toilet. Pastinya akan terasa canggung.
Sembari bergumam Risa masih melangkahkan kakinya pelan-pelan. Suasana koridor tak berpenghuni membuatnya merasa nyaman. Padahal ketika suasana koridor dipadati murid SMA Valencia gadis itu selalunya jalan menunduk sembari mempercepat langkah kaki karena merasa takut dengan tatapan intimidasi yang dilayangkan oleh orang-orang di sekitarnya.
"Risa! Tunggu!"
Yang bersangkutan memutar tubuh menghadap objek di belakangnya. Di ujung sana Grace memasang raut sengit. Sambil berlari kecil akhirnya gadis itu berdiri tepat di depan Risa yang kala itu menundukkan muka menahan rasa takut.
"Tumben lo sendiri, mana guardian angel lo? Atau jangan-jangan dia juga udah malas deket-deket sama kuman semacam lo!" cercah Grace diikuti senyum miring. Tak tinggal diam gadis itu mengangkat dan memegang rambut lurus sebahu milik Risa. Risa sendiri masih dalam mode diam tentu dengan detakan tak keruan yang berporos di jantung.
"Grace, gue mau ke kelas," kata Risa takut-takut. Nadanya terdengar sangat pelan seperti sebuah bisikan.
"Gak perlu buru-buru lah, mampir dulu ke sana," sambil menunjuk suatu arah.
Risa mengikuti ke mana telunjuk milik Grace tertanam. Saat tersadar jika telunjuknya mengarah ke gudang, saat itu juga Risa menggigit bibir bawahnya merasa khawatir. Grace bukanlah tipikal manusia yang boleh diremehkan. Risa bahkan sudah beberapa kali mendapat ketidakadilan darinya.
"Mumpung guardian angel lo belum dateng, gak ada salahnya dong kalo gue nyiksa lo. Gue kangen bikin lo nangis. Janji deh bentaran doang, gak lama."
Risa menangis ketika rambut sebahunya ditarik secara paksa oleh lawan bicaranya. Seperti tidak punya belas kasihan Grace menyeret Risa menuju gudang kosong yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
"Sakit Grace, tolong lepasin!" lirih Risa berusaha melepaskan rambut indahnya dari tangan Grace. Apa daya tenaga Grace tidak sebanding dengan tenaganya. Risa mungkin memiliki hati yang tegar, tapi tidak dengan fisiknya. Dibanding Grace, Risa tidak ada apa-apanya.
"Awww," tubuh lemah Risa berakhir mengenai lantai berdebu di gudang.
"Lo mau luka di bagian mana?" tanya Grace. Terlihat gadis itu menyingsingkan lengan bajunya sampai ke bahu. "Gimana kalau wajah lo sekalian gue rusakin supaya gue gak nyaksiin tampang menyedihkan lo lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RISA
Teen FictionDisaat gadis seusianya sibuk menikmati masa SMA yang merupakan masa-masa paling indah dalam hidup, seorang Risa justru harus berkutat dengan yang namanya kekurangan dalam segi finansial. Risa tak menyesal terlahir seperti ini, hanya saja sebagian or...