06. Welcome home

244 34 1
                                    

Don't forget this one thing,

some night so far away, there's a star that

comfort you, it might be me.

***

"Udah belum? Gue balik nih?"

Yang ditanyai mengangguk singkat. Meskipun sedang dalam posisi memunggungi Satria, namun Gladys masih bisa merasakan anggukan itu. Pasalnya tubuhnya ikut bergerak saat Satria bergerak. Ia menyandarkan kepalanya pada dada Satria.

Nafas Satria yang teratur entah mengapa selalu berhasil membuat Gladys merasa tenang. Awalnya Gladys tak menyadari akan hal tersebut, namun seiring banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama, Gladys lama-lama tersadar kalau sepertinya ia akan selalu baik-baik saja asal Satria berada di dekatnya.

Sedangkan Satria, cowok itu diam-diam sedang menikmati aroma vanilla yang menguar dari rambut sahabatnya, meskipun kedua matanya masih fokus pada jejeran tinta hitam dalam novel yang baru saja Gladys balik ke halaman selanjutnya.

"Asli, sadis banget..." Gladys bergumam setelah membaca adegan ngeri pada novel karya Jeffery Deaver yang sedang ia dan Satria baca bersama.

Saat ini dua manusia itu sedang menikmati angin malam di rooftop. Aurora sudah tutup dari tadi, namun sepertinya dua sahabat itu masih nyaman berlama-lama disana. Entah karena view dari atas ini yang kelewat indah, atau sebenarnya mereka terlalu nyaman dengan kehangatan yang saling mereka bagi satu sama lain di malam yang sejuk ini.

"Udahan dong bacanya, kepala gue lama-lama pecah nih kebanyakan asupan kriminal," protes Satria.

Biasanya Gladys akan mulai mendebat sahabatnya itu, namun kali ini ia tidak. Cewek itu memilih untuk menutup novel tebalnya "Emang enaknya tuh gue ngomongin konspirasi sama Java bukan sama elo. Otak lo suka mager duluan."

"Nah itu tau."

Gladys tak lagi mencibir. Cewek itu beralih meraih ponselnya lalu membuka aplikasi dengan icon hijau disana.

Sebuah lagu pun mulai mengalun berbaur dengan hembusan udara malam.

"Gemar sekali kau lukis kan bintang untuk ku..." Satria mulai menyenandungkan lagu itu.

Selalu seperti ini kegiatan yang sering mereka lakukan berdua saja. Sederhana, namun cukup untuk mengistirahatkan raga dan pikiran dari penat hari ini.

Ngomong-ngomong soal Jeffery Deaver, tiba-tiba Gladys jadi teringat sesuatu. "Cowok ganteng yang pakai jas yang waktu itu datang ke cafe lo tuh namanya Jeffery bukan sih?"

"Oh yang anaknya ibu yang lo tolong itu? Yang bawa bodyguard kayak lagi dikawal Paspampres?"

Gladys mengangguk.

"Iya, namanya bang Jeffery."

Kedua alis Gladys bertaut. "Abang? Lo deket sama dia?"

Satria mengangguk antusias. "Bang Jeff suka ngopi di Aurora sebelum berangkat kerja. Jadinya gue beberapa kali nemenin dia ngobrol. Awalnya gue kira orangnya arogan, soalnya tampilannya mahal gitu, tapi ternyata orangnya ramah. Enak diajak ngobrol."

Gladys cuma ber- oh, namun tak lama ia menepuk tangan sahabatnya. "Lo lagi mikirin apa sih? Tumben gak banyak bacot?"

Satria sudah tidak kaget kalau-kalau Gladys berhasil membaca sikap-sikapnya seperti sekarang ini, karena sama seperti Gladys, Satria pun tak kalah ahli dalam membaca perempuan itu. Mungkin karena mereka sudah menghabiskan 18 tahun bersama-sama.

Sun & His Shine ✓ || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang