Jaehyun memeberhentikan langkah kaki nya, sekarang ia sudah berhadapan dengan pintu ruang rawat nomor 77 dengan mata yang tengah mengintip kegiatan di dalam. Bisa Jaehyun lihat, Jacy sedang duduk diatas ranjang rumah sakit seorang diri sembari memainkan handphone nya.
Tubuh mungil nya terbalut seragam rumah sakit dan punggung tangan kiri nya tertusuk jarum infus. Jaehyun merasakan sesak di dada nya saat ia menyadari fakta bahwa gadis itu akan meninggalkan dunia dalam waktu dekat. Menarik napas sebanyak-banyak nya, tangan Jaehyun mulai terangkat untuk mengetuk daun pintu sebelum memutar kenop dan menyembulkan kepala nya ke dalam.
Jacy menengok ke arah pintu dan tersenyum tipis saat mengetahui Jaehyun sudah sampai, "Sini masuk" Ajak nya. Jaehyun menutup pintu lalu berjalan mendekati ranjang sang gadis, menatap nanar Jacy yang terlihat lemah dan rapuh walaupun senyuman di wajah nya masih semanis dulu. Jaehyun beralih mendudukkan diri di kursi kecil sebelah ranjang, Jacy mengamati gerak-gerik Jaehyun lalu membuang napas tatkala waktu yang ia hindari telah datangㅡmenjelaskan semua hal ini pada Jaehyun.
Jacy mulai menjelaskan asal-usul dirinya mengidap penyakit ini, perjalanan dan perjuangan hidup nya selama berbelas-belas tahun, dilanjutkan dengan hal-hal yang baru saja terjadi. Jaehyun hanya menatap lamat-lamat netra Jacy seraya mendengarkan dengan seksama penjelasan gadis itu. Jacy menunduk tatkala kisah nya sudah hampir selesai, "Dan satu lagi, Kak" Ucap nya sembari menatap Jaehyun.
"Apa, Sayang?" Suara rendah itu menusuk jantung Jacy berkali-kali, mata nya yang sudah memerah kini meneteskan air mata yang sudah tidak terbendung. Bukan, bukan karena ia harus pergi, tetapi ia sadar dirinya sudah menjadi manusia paling buruk karena terus-menerus menyakiti pria yang tengah menatap nya tulus.
Jaehyun, pria itu selalu ada untuknya, diam-diam pria itu juga menjadi alasan utama dirinya semangat menjalani kehidupan yang pahit. Pria yang selalu mencintai tanpa berharap dicintai, pria yang berusaha keras menggapai nya tetapi selalu Jacy tepis. Jacy mengusap pipi nya yang meninggalkan jejak air mata lalu beralih menggenggam tangan Jaehyun.
"Kak, aku minta maaf" Dirinya terisak lagi, tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk menjabarkan penyesalan di dalam dirinya karena telah menyia-nyiakan cinta dan waktu nya dan Jaehyun.
"Aku udah jadi manusia paling gak tau diri di dunia ini, manusia yang gak tau terimakasih, manusia yang udah dengan bodoh nya nolak uluran tangan Kakak saat aku butuh", Jaehyun menatap gadis nya. Mata nya juga memanas saat melihay Jacy terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dan berkata bahwa ia menyesal.
"I always denied it, but now I won't", Jacy menjeda kalimat nya, "I love you, Kak Jae. Now and forevermore" Jaehyun tersenyum bersamaan dengan air matanya yang kini sudah terjun bebas di pipi mulusnya. Pria itu berpindah posisi di samping ranjang dan memeluk Jacy hangat, membiarkan Jacy menangis di bahu nya. Tangan besar nya terus-terusan mengusap surai hitam Jacy dengan sayang, sesekali mengecup pucuk kepala dan kening Jacy bergantian.
Setidaknya, ini adalah cara terakhir Jaehyun bisa menyalurkan cinta nya. Tanpa kata, hanya sebatas kecupan dan elusan lembut untuk gadis yang amat disayanginya. Dan setidaknya ini adalah harapan terakhir Jacy, memeluk Jaehyun sekali lagi sebelum ajal menjemput nya.
💔💔💔
"Kak Jaehyun bisa ngga usah iseng ngga?" Jaehyun tertawa membalas perkataan Jacy yang sudah jengkel. Sedari tadi Jacy hanya ingin makan dengan tenang, tetapi Jaehyun tidak bisa diam. Entah itu mencolek hidung nya, mencolek lengan nya, menyubit pipi nya, sampai-sampai mengecup singkat pipi Jacy seperti tidak tahu tempat.
Semalam adalah malam yang berat dan juga melegakan bagi mereka berdua, mengobrol dan mencoba terbuka atas perasaan masing-masing membuat Jaehyun dan Jacy merasa semakin dekat dengan satu sama lain dibanding waktu-waktu sebelumnya. Berakhir dengan jam besuk yang telah habis, yaitu jam sembilan malam, akhirnya Jaehyun pamit pulang kerumah dan berjanji akan datang lagi saat matahari bersinar.
Disinilah mereka, di kamar Jacy berdua ditemani televisi yang menyala dan dentingan sendok Jacy yang sedang melakukan kegiatan sarapan. Boa sedang bekerja sementara Eunwoo sedang beristirahat di rumah karena akhir-akhir ini dirinya tidak tidur dengan nyaman di sofa rumah sakit menemani Jacy. Menyisakan Jacy dan Jaehyun yang sedang dalam dunia nya sendiri.
"Jace, aku gambar ya?" Jacy mengangguk menanggapi Jaehyun yang kini telah mengeluarkan sketchbook dan alat-alat gambar nya dari dalam tas ransel miliknya, tangan nya mulai mencoret-coret sketsa halus wajah Jacy dari samping yang sibuk mengunyah makanan.
Tiga puluh menit berlalu, Jaehyun masih sibuk menorehkan garis-garis pada kertas nya sedangkan sang model sedang memainkan handphone nya bosan. "Sini mana liat" Ucap Jacy saat menangkap Jaehyun sudah membereskan alat gambar nya.
Jacy terperangah saat melihat potret dirinya dari samping, hasil karya Jaehyun. "Suka?" Tanya Jaehyun, Jacy menoleh lalu tersenyum manis, "It's beautiful" Jaehyun mengusap kepala Jacy seraya tersenyum melihat betapa bahagia nya gadis itu hanya karena lukisan wajah nya.
"Wow, ini ngga mau dijadiin series aja, Kak?" Tangan Jacy sibuk membalikkan lembar demi lembar buku gambar Jaehyun yang memang semua gambar nya adalah semua gambar Jacy.
Jaehyun terkekeh, "Iya juga, nanti kalo ada pameran aku ikut ah. Aku pamerin muka pacar ku biar orang-orang iri pacar ku cantik" Jawab Jaehyun seraya mengelus tangan kekasih nya.
Jacy tertawa lalu meletakan buku gambar Jaehyun dipangkuan nya. Gadis itu menggenggam tangan Jaehyun lalu menatap kedua manik Jaehyun, "Ada yang mau aku omongin, Kak".
Jacy menghela napas sebelum melanjutkan kalimat nya, "Aku bakal keluar negeri" Jaehyun mengerutkan kening nya setelah mendengar kalimat Jacy.
"Dokter Luna bilang, di Indo belum ada program yang bisa nyembuhin aku, Kak. Program yang aku jalanin sekarang malah bikin aku tambah parah" Jaehyun hampir saja menitikkan air mata nya sebelum tangan kanan Jacy menangkup wajah Jaehyun.
"Hey, don't worry. I'll be alright. Janji aku bakal sembuh kok pulang dari sana" Jaehyun masih menatap lekat wajah Jacy. Tidak percaya sepenuh nya atas kalimat yang baru saja gadisnya ucapkan.
"Emang dimana?" Akhirnya Jaehyun bertanya.
"Kanada"
"Berapa lama?"
Jacy tersenyum tulus, mencoba meyakinkan Jaehyun bahwa ia akan baik-baik saja, mereka akan baik-baik saja. "Paling lama empat tahun" Jaehyun yang tadinya menunduk segera mendongak menatap Jacy.
"Jace, itu lama banget" Jacy yang sudah tidak tahan akhirnya memeluk Jaehyun, menyembunyikan air mata nya.
"Kak Jae, janji sama aku. kakak lanjutin hidup ya? Ga boleh sedih terus, bentar lagi kakak ujian. Kakak harus lulus, kuliah, kerja pokoknya kakak harus bahagia. Empat tahun ga ada apa-apa nya sama apa yang bakal kita tempuh setelah itu kak, kalo program ini berhasil I'll be with you forever" Jaehyun menangis sejadi-jadi nya di pundak Jacy, terisak cukup keras.
Sementara Jacy menggigit bibir nya kuat-kuat untuk menahan isakan dan suara tangis dalam dirinya. Mencoba untuk tetap tenang dan mengelus punggung lebar Jaehyun, gadis itu menangis dalam diam.
Hari itu, matahari pagi pukul sepuluh dan angin yang berhembus menjadi saksi bisu kedua insan yang tengah merengkuh satu sama lain. Takut akan apa yang terjadi di masa depan, takut semesta memisahkan kedua nya dengan jarak dan waktu yang tak terhitung. Jacy melonggarkan pelukan nya lalu menatap Jaehyun dengan jejak air mata di pipi nya, "Lima tahun, Kak. Tunggu aku lima tahun, kalo aku ngga balikㅡ"
Jacy menunduk mencoba menahan tangis nya yang akan meledak kembali dengan tersenyum lebar, "Live your life. Lanjutin hidup kakak, and remember that I always love you. I'll be there for you even tho you can't see me" Jaehyun yang hidung nya sudah memerah pun hanya mengangguk.
"Promise?"
"I promise"
end.
ngga deng boong hehe. masih ada epilog, tunggu yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jacyphile || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
Fanfiction[𝐇𝐢𝐠𝐡𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥, 𝐉𝐚𝐤𝐚𝐫𝐭𝐚] ❝Aku ngidap penyakit, nama nya Jacyphile. Aku cinta akut sama kamu❞ ©𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐛𝐲 𝐀𝐭𝐡𝐜𝐧𝐚_ 𝐨𝐧 𝐰𝐚𝐭𝐭𝐩𝐚𝐝