Lagu Favorit

29 1 0
                                    

Inspired by Jang Beom June - karaoke (노래방에서)

***

"Gue suka sama Dila."

Empat kata yang dilontarkan Bima secara mendadak berhasil membuat dua sahabatnya menganga. Darren yang hendak memasukkan satu sendok nasi bersama potongan nugget malah hanya menelan ludah dan Reo yang sedang dalam mode ranked dalam gamenya-pun merelakan ranknya turun.

"Jidat lu normal. Kok ngomongnya ngelantur?" ujar Darren yang baru saja mengecek suhu tubuh Bima.

Bima menggelengkan kepalanya dan menatap kedua sahabatnya dengan mata yang berbinar-binar, "Gue serius."

Darren dan Reo menyipitkan mata dan saling menatap satu sama lain, kemudian menatap Bima dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mereka menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan aktivitas mereka yang sempat terhenti.

"Bim, bangun yuk. Jangan kebanyakan mengkhayal," celetuk Reo yang kini sudah siap memulai permainan baru.

"Bim, mending makan dah indomie lo. Udah bengkak," sahut Darren sambil mengambil sedikit indomie goreng di piring Bima.

Bima mendengus. Ia sudah yakin teman-temannya tidak akan ada yang mendukungnya. Tatapannya kemudian mengarah kepada satu perempuan yang duduk di pojok kantin. Senyum tipis terukir di wajahnya ketika melihat perempuan itu tertawa.

Darren dan Reo tidak melewatkan pemandangan tersebut. Tatapan mereka kembali bertemu, kali ini saling membelalak. Bima beneran serius, batin mereka.

***

"Oke. Sekarang ceritain ke kita kronologinya," ujar Darren setelah membuang tasnya di sembarang tempat. Tiga sekawan itu kini tengah berkumpul di kamar Bima, yang saat ini suasananya lebih mirip dengan ruang sidang.

Bima mulai tenggelam dalam memori. Ia mulai mengingat-ingat kapan perasaan yang berbeda mulai muncul ketika mendengar nama Ardila Adelia. Pikirannya melayang kepada suatu hari cerah, dimana saat itu empat orang tengah berkumpul di taman kampus untuk berdiskusi mengenai tugas kelompok yang diberikan dosen killer. Dua di antara empat orang itu tentu adalah Bima dan Dila.

"Bim, lo bantuin gue kerjain bagian A, B sama C ya? Gue soalnya ada rapat kepanitiaan nih!" ujar salah seorang mahasiswa kuliah-rapat-kuliah-rapat alias kura-kura yang tidak bertanggung jawab. Ia melemparkan tugasnya kepada Bima yang memang sedikit kutu buku. Atau mungkin banyak.

Bima membenarkan posisi kacamatanya dan mengangguk segan. Tiba-tiba saja terdengar teriakan kecil dari mahasiswa itu, ia mengusap-usap punggungnya karena rasa nyeri telah memenuhi sekujur tubuhnya.

"Rapat ya rapat aja. Tapi tugas juga tanggung jawab lo. Enak aja main ngasih ke Bima. Kalau lo gak mau ngerjain, gak gue tulis nama lo," ujar Dila, si pelaku yang telah membuat punggung mahasiswa tersebut merah.

Mata Bima tertuju pada perempuan itu, bersamaan dengan munculnya sinar terang dan kupu-kupu yang beterbangan, entah darimana datangnya. Kagum. Ia kagum karena ada yang telah membelanya, tapi sebenarnya ia lebih kagum dengan bagaimana perempuan itu mampu memukul punggung seseorang begitu saja. Bima-pun jatuh cinta karena itu.

Reo menepuk tangannya tiga kali, bermaksud menyadarkan Bima dari lamunannya. Ia sudah cukup muak melihat wajah Bima yang berseri-seri disertai senyuman aneh yang menggantung di wajah temannya itu.

"Terus lo mau ngapain, Bim? Dila kan gak mungkin suka sama lo."

Ah..

Terima kasih Darren. Ia telah menusuk Bima tepat di jantungnya, membawanya kembali ke dunia nyata. Melihat Bima yang kutu buku, kurang bergaul serta bermain bersama dua orang yang juga tidak keren, sepertinya akan sulit baginya untuk mendapatkan seorang Dila yang terkenal dan disukai banyak orang.

Kepada Hujan Aku BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang