Angin Kala Itu

12 0 0
                                    

Ada satu kalimat yang belakangan ini sering keluar dari mulut seorang Andi Arfian: dunia terkadang lucu sekali. Andi sangat percaya akan takdir. Ia berpikir bahwa semua hal yang terjadi dalam hidupnya sudah direncanakan sejak awal oleh Sang Pencipta. Mungkin karena kepercayaannya ini, ia jarang merasa kecewa. Ia lebih sering menerima segala hal dengan lapang dada.

Tentang kalimat yang belakangan ini sering dikatakannya, Andi juga tidak mempunyai alasan terkait hal tersebut. Hanya saja terdapat banyak sekali kebetulan lucu yang terjadi secara tiba-tiba, ataupun kesempatan menarik yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan akan datang dalam kehidupannya.

Contohnya seperti hari ini. Andi yang bekerja sebagai seorang event organizer mendapat tawaran untuk merancang acara reuni akbar suatu sekolahan. Siapa sangka ternyata orang yang menjadi klien Andi adalah temannya semasa SMA yang sudah lama tidak ia temui.

"Tapi asli, Di. Lo makin keren aja. Masih banyak gak sih cewe yang ngantri mau sama lo?" tanya Eril sembari menyalakan sebatang rokok.

Andi hanya tertawa kecil mengingat momen-momen SMAnya. Kala itu ia memang cukup populer di kalangan siswi sekolah. Andi sendiri tidak paham alasannya, ia merasa paras wajahnya biasa saja. Kemampuan berolahraganya juga biasa saja. Apa karena ia pernah menjuarai olimpiade Matematika? Tapi sepertinya juara olimpiade lebih dikenal sebagai siswa culun daripada keren.

"Coba kasih gue tips biar cewe-cewe mau sama gue dong, Di. Nyokap tiap ketemu gue templatenya selalu sama, kapan nikah? atau mana nih calon mantu mama?" curhat Eril.

"Lo bukannya bahas konsep acara, malah ngelantur, Ril," jawab Andi yang masih sibuk membuka berbagai file untuk ditunjukkan sebagai referensi.

"Yailaah, nanti aja, Di. Kita nunggu yang lain dateng," kata Eril. Memang saat ini Andi dan Eril masih menunggu dua orang teman Eril, yang juga merupakan panitia reuni SMP Eril.

Andi akhirnya mengesampingkan laptopnya dan mulai fokus berbincang dengan Eril, "Zaman sekarang nyari cewe bukannya lebih gampang ya? Kan udah ada dating apps," tanya Andi sambil menyesap kopi hitam favoritnya. Oh, tidak seperti yang kalian bayangkan, kopi hitam yang Andi sukai harus ditambah 3 sendok gula pasir. Ia tidak terlalu menyukai rasa pahit dari kopi itu.

Eril dengan cepat memperlihatkan halaman telepon genggamnya kepada Andi, "Lo liat? Ini semua jenis dating apps udah gue download. Tapi gak ada satupun yang nyantol. Sekalinya match, paling lama chattingan seminggu doang," keluh Eril yang kemudian memencet salah satu dating app yang ada di handphonenya.

Andi tertawa, "Sabar, Ril. Daripada lo cepet-cepet dapet cewe, tapi bukan jodoh. Kan males ngulang lagi dari awal," kata Andi mencoba menasihati.

"Mending sekalinya dapet tuh yang bisa langsung gas sampe pelaminan," lanjut Andi.

Entah perkataan Andi didengar atau tidak, Eril kini tengah sibuk swipe right perempuan yang menurutnya menarik. Ketika jarinya tengah asik menggeser-geser, gerakannya terhenti pada foto satu perempuan yang membuatnya tertegun. Buset cantik bener, batinnya. Eril menelusuri biodata perempuan itu dan mendapati satu informasi menarik.

"Eh, Di. Lo kuliah di Unpar bukan sih?" tanya Eril memastikan.

Andi mengangguk, "Iya, kenapa?"

"Jurusan Komunikasi?" tanya Eril lagi.

"Iya, kenapa sih?" kata Andi balik bertanya.

Eril menunjukkan profil perempuan yang sangat menarik perhatiannya. Dalam biodata perempuan itu tertulis informasi bahwa ia pernah melakukan studi di Universitas Parahyangan, jurusan Komunikasi - yang artinya sama dengan Andi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kepada Hujan Aku BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang