Delusi

62 3 0
                                    

Hm? Taman?

Matanya berputar memperhatikan sekeliling sambil melintasi taman yang dipenuhi ilalang serta bunga dandelion yang tengah beterbangan. Ia mengenakan gaun putih cantik dengan rambut hitamnya yang dibiarkan terurai ikut bergoyang mengikuti tiupan angin.

Setapak jalan kecil yang ia susuri membawanya kepada taman bunga yang luas berwarna-warni. Matanya terpaku dan senyum terpesona terukir di wajahnya.

"Wah," ujarnya mengungkapkan kekagumannya. Karya Tuhan memang luar biasa, pikirnya.

Di tengah kekagumannya, pandangannya tiba-tiba gelap. Ada dua telapak tangan yang menutup matanya. Perempuan itu diam, ia meraba kedua tangan yang menghalangi pandangannya, dan ia tersenyum.

"Rei, gausah ngagetin. Aku gak kaget," kata perempuan itu seraya menarik tangan lelaki yang menutup matanya.

"Ah, gak seru! Pura-pura kaget kek!"

Kedua manusia itu tertawa setelah menatap satu sama lain. Reihan tersenyum melihat perempuan itu tersenyum. Ia tersenyum, namun matanya berkata lain. Entah apa arti tatapan itu, tapi Amanda tak mampu menangkapnya karena dibutakan oleh kebahagiaan akan hadirnya Reihan dihadapannya.

"Man, ayo piknik," ujar Reihan.

Amanda berdecak kesal, "Dasar rese. Aku dari dulu ajakin kamu piknik tapi kamu selalu gamau. Sekarang tiba-tiba aja ngajak aku piknik."

Reihan tertawa gemas melihat tingkah Amanda. Ia mencubit pipi perempuan itu, "Ishhh! Sok ngambek. Seneng juga kan tempatnya bagus? Udah ayo piknik, kita kesana!"

Reihan merangkul kekasihnya yang masih berdecak sambil berjalan ke tengah taman. Ia menggelar kain dan membuka kotak makanan yang sudah ia bawa.

"Waaaa! Kamu yang buat? Eh, gak mungkin. Aku bisa keracunan," ujar Amanda meledek setelah melihat tiga set makanan yang terdiri dari nasi ulam, sayur mayur dan salad buah kesukaannya.

"Kurang ajar. Aku capek-capek loh nyiapinnya."

"Nyiapin doang gak masak."

Reihan tertawa kecil, "Hehe, tau aja. Laper kan? Ayo makan."

Mereka menghabiskan makanan dengan canda tawa sambil menikmati hari yang semakin larut. Langit yang mulai sedikit oranye membuat langit kini terlihat seperti lukisan.

"Rei! Ayo foto-foto dulu!" kata Amanda yang sudah terlebih dahulu berlari ke tempat yang ia inginkan untuk berfoto.

Reihan yang memperhatikannya dari jauh tersenyum dan berdiri menghampirinya. Kembali dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya.

"Sumpah, udah kayak kakek-kakek jalannya lemot banget," oceh Amanda yang kini tengah sibuk mencari angle foto yang sesuai keinginannya.

"Bawel banget, tuan putri. Udah sini, kamu diem disana. Aku yang fotoin dijamin bagus," kata Reihan menarik kamera yang dipegang oleh Amanda.

"Kok tumben sih baik banget. Aku yakin abis ini pasti ada maunya," ujar Amanda lalu tertawa.

Perempuan itu lalu mencari posisi untuk berfoto. Reihan mengangkat kamera dan memotret kekasihnya itu. Amanda yang tersenyum cantik dalam foto bukan membuat Reihan ikut tersenyum. Namun, senyuman di wajah Amanda membuat tatapan mata Reihan yang sejak tadi menunjukkan tatapan aneh meneteskan air mata. Dan lagi-lagi, gagal ditangkap oleh Amanda.

Kepada Hujan Aku BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang