Heal

19 1 0
                                    

Ketika mata seseorang mulai terpejam, akan muncul deretan peristiwa yang berbaris memenuhi pikiran. Entah mengingat kembali peristiwa yang pernah terjadi, atau sekedar mengkhayal kejadian yang tak pasti.

Namun pada suatu malam, terkadang pikiran berhenti pada suatu titik, yang membuat dada terasa sakit dan terdengar suara hati berbisik, "Ia sudah pergi. Mengapa kamu masih disini?"

Ketika seseorang menoreh luka, mungkin saat ini ia telah lupa dan tengah sibuk menebar tawa. Entah bersama kawan-kawan lama, atau bersama pendamping baru dalam hidupnya.

Namun dia yang kau lukai hatinya, mungkin telah berubah kehidupannya. Ia yang tadinya mampu mencintai tanpa berpikir dua kali, kini selalu menutup diri agar tak lagi tersakiti.

Sepekan dua pekan berlalu dalam satu kedipan mata. Dia bahkan tidak sedikitpun menunjukkan penyesalan akibat perpisahan. Sedangkan seorang perempuan kesulitan untuk kembali mengukir senyum di bibirnya. Air mata kian membasahi wajah sebagai akibat dari terkurungnya emosi di dada.

Delapan minggu. Seorang perempuan menjalankan rutinitas kehidupannya dengan normal. Ia tertawa dan berbagi cerita bersama sahabat dan keluarga. Tapi ketika ia sudah tak lagi beramai-ramai, secara otomatis otaknya membuka galeri hati. Ilustrasi gelas plastik, pensil kayu, kanvas, semut kecil. Hal sepele yang tak disangka dapat menjadi kunci dari gembok memori seseorang.

Sudah setahun seorang perempuan berusaha melupa. Beberapa orang mencoba datang memasuki pertahanannya, tapi tak satupun dapat menembus tembok tinggi yang ia bangun tanpa sadar dalam dirinya. Mungkinkah karena ia takut kembali terluka? Atau karena masih ada seseorang yang menetap di dalamnya?

Perempuan itu kemudian merutuki dirinya sendiri. Layar telepon genggamnya menunjukkan profil media sosial dari seseorang yang seharusnya sudah ia lupakan sejak dua tahun yang lalu. Kalimat "Gue udah gak mikirin dia" mungkin menjadi kebohongan yang paling sering ia ucapkan. Kalimat "Lo bodoh banget" mungkin menjadi celaan yang paling sering ia dengar.

Ia pun mulai merenung. Apakah kalimat yang mengatakan bahwa waktu akan dengan sendirinya menyembuhkan memang benar adanya? Berapa banyak lagi waktu yang ia perlukan untuk akhirnya bisa terbebas dari perasaan tak karuan yang mengganggu hati dan pikirannya? Dunia telah banyak berubah. Tapi mengapa ia seperti berjalan di tempat yang sama selama empat tahun?

Di tengah jalan buntu tiba-tiba saja seseorang yang familiar datang menghampiri. Hanya sekedar duduk-duduk tanpa berbicara apapun. Perempuan yang sedang dibalut kebingungan itu duduk di samping orang itu dan membuka mulutnya, "Why can't I move on?"

Orang itu menghela nafas. Ia mungkin melihat dirinya di masa lalu pada perempuan itu, "Buat apa terburu-buru? Dunia masih punya banyak waktu untuk penghuninya."

"Kuncinya adalah ikhlas. Walaupun kamu telah memberikan segalanya untuk seseorang dan dikhianati begitu saja, cukup tersenyum dan bersyukur," lanjutnya.

Perempuan itu mengerutkan dahinya, "Masalah ikhlas sudah aku lakukan sejak lama. Tapi hati ini terasa mati. Tidak tahu lagi bagaimana cara mencintai."

"Jangan khawatir, Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik. Perasaan yang dipaksakan hanya akan berakhir menyakitkan," ujarnya sambil menepuk pundak perempuan itu. Ia beranjak dari tempatnya lalu melangkah pergi. Ia sempat berbalik sejenak untuk sekedar memberi senyum tanda semangat.

Perempuan itu terbangun dari tidurnya yang terasa begitu panjang. Ia meninggalkan tempat tidurnya, mempersiapkan diri untuk menjalani hari. Ia mengambil tas selempang hitamnya lalu berkaca sebentar sebelum keluar rumah.

Bukan masalah seberapa dalam lukanya, tapi masalah seberapa siap menerima masa lalu. Dan terjawab sudah, bahwa waktu akan selalu menunggu untuk menyambut diri seseorang yang lebih baik.

Tidak peduli seberapa jauh dunia berjalan, seberapa lama waktu berputar, kamu pasti akan sembuh.

Ia menaikkan kedua sudut bibirnya dan meninggalkan rumah dengan langkah ringan. Setelah empat tahun lamanya, ia akhirnya merasakan kebebasan dari jiwa yang selama ini terpenjara.

Kepada Hujan Aku BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang