satu

839 160 201
                                    

FYI, RISNA UBAH ALUR!

Apakah mimpiku seburuk ini? Tolong bangunkan aku!"

Apakah mimpiku seburuk ini? Tolong bangunkan aku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°

"Jaga diri, dan jaga attitude Kak."

Ini pasti mimpikan? Kalimat itu selalu memenuhi pikiran Melva sedari pagi, dirinya menjadi seorang istri? Yang benar saja!

"Udah, stop nangisnya. Nanti anak papah yang satu ini makin jelek," ujar Dika papah Melva.

Mulai hari ini, sore ini, detik ini Melva akan menetap di kediaman Farhan, yang tak lain ayah Rezvan.

"Mamah, Papah sama Regan pamit pulang dulu ya Kak, diingat jangan macem-macem disini!" Nida Mamah Melva langsung memeluk putri sulungnya itu.

"Iya Mah."

"Gua balik dulu Kak, jangan jadi istri durhaka lu. Cepet-cepet kasi gua keponakan," bisik Regan saat memeluk Kakanya.

Melva mendorong badan Regan. "Nggak ada sopan-sopannya lu jadi Ade! Sana balik aja lu!"

Setelah kejadian saling berpelukan dan menangis tadi, Melva mencari posisi nyaman disofa ruang keluarga. Dirinya merasa tidak sanggup harus tinggal disini dengan kurun wakru yang tidak tentu.

"Melva," panggil Citra Bunda Rezvan.

Citra merasa bersalah karena dirinya masa depan Melva berantakan. Tapi, hanya dengan ini dia akan merasa tenang jika nanti dirinya pergi.

"Iya Ta- eh Bun?" saut Melva sedikit gugup.

Citra tersenyum, lalu memeluk Melva sesaat seraya berkata. "Makasih ya, udah mau nerima Rezvan."

Melva tersenyum, sangat terharu. Dirinya tidak menyangka jika Citra akan sebaik itu. Dia kira Citra akan galak atau tak menganggap dirinya jika orang tuanya sudah pulang.

"Masuk, ngapain diem depan pintu?" kata Rezvan saat keluar dari toilet kamar.

Sesudah selesai berbincang dengan Citra dibawah tadi, Melva naik ke lantai dua, dimana kamar barunya berada.

Melva ragu untuk masuk ke kamar ini. Yang dia kenal dari anak-anak sekolah Rezvan itu cool, galak, dan pintar.

Melangkah masuk dengan menyeret koper biru dan menaruh dipinggir lemari. "Lemari lu yang itu," tunjuk Rezvan.

Melva melihat kemana arah tunjuk Rezvan dan mengangguk. Lalu mulai mengeluarkan baju-bajunya.

"Em ..., lu bisa keluar dulu? Gua mau mandi," sekarang Melva bisa merasakan pipinya memanas, sangat malu.

"Tinggal mandi, ngapain ngusir gua?"

Melva menjadi bingung sendiri. Benar juga, untuk apa dirinya mengusir Rezvan?

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang