°•°
Setelah sampai di sekolah semua murid kembali melalukan aktivitas seperti biasa. Belajar dan berkutat dengan tugas-tugas. Tidak sampai di jam akhir, semua murid SMA VI diizin 'kan untuk kembali kerumah masing-masing.
Melva sudah mengirim pesan untuk Rezvan. Tapi, nihil. Tidak ada balasan, sama sekali. Akhirnya Melva menunggu di tempat biasa, bukan dirinya tidak ingin pulang. Tapi, masih bingung akan pulang kerumah atau kembali ke Rumah Sakit.
Tapi, tidak lama terdengar nada dering dari handphone yang Melva pegang. Yap, Rezvan. Tidak mau membuang waktu lama, Melva langsung mengangkat panggilan itu.
"Lu balik sendiri, nanti di rs udah ada bang Revan."
Terdengar suara disebrang sana setengah berbisik.
"Lu, nggak balik?"
"Masi kumpul."
"Terus gua nanti harus ngapain?"
"Balik kerumah aja, nggak usah ke rs."
"Plin-plan lu! Jadi, gua kemana?"
"Rumah."
Melva mengucapkan salam saat masuk rumah. Ternyata ada istri dari kaka iparnya, dirinya tidak akan suka situasi nanti. Situasi canggung.
Baru melewati ruang tamu dirinya sudah disambut oleh anak kecil yang belum bisa berjalan. Anak laki-laki itu mendekati dirinya, merangkak seolah-olah ingin di gendong.
Dengan pelan Melva mencoba menggendong anak itu. "Hallo, namanya siapa, hey?"
"M-mmama," balas sikecil sembari memainkan rambut Melva.
"Hey, Leon. Mama cariin dari tadi," suara wanita yang sudah pasti orang tua anak ini.
"Eh, Melva?" tanya wanita itu. Melva hanya mengangguk tersenyum.
"Kaka, kakanya Rezvan?" tanya Melva lalu duduk di sofa ruang keluarga.
Wanita itu mengangguk. "Kaka ipar lebih tepatnya," ralatnya.
Melva ber-oh ria. "Namanya siapa kak?" Melva menciumi pipi chubby anak dipankuannya.
"Leon," jawabnya ikut duduk di sofa samping Melva. "Rezvannya mana? Kok nggak pulang bareng?"
"Ada kumpul katanya. Eh, Melva belum tau nama kaka."
"Abel," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secrets
Teen Fiction"Tentang ini jangan ada yang tau dulu." Rezvan dan Melva, dua remaja yang disatukan dengan paksa, diikat oleh janji dihadapan Tuhan. Dua remaja itu, kembali menyusun rencana masa depannya. Masa depan yang sudah siap untuk disambut, menjadi tidak sia...