sebelas

190 47 85
                                    

°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°

Sudah hari keempat Citra dirumah sakit semenjak check-up kemarin. Hari ini kabarnya Revan sang kaka dari Rezvan akan datang, hari inipun Rezvan dan Melva berangkat sekolah dari rumah sakit.

Hari ini, Rezvan akan mengadakan final. Ya, harusnya memang dua hari lalu. Namun, diundur karena ada kendala untuk tempat final yang diadakan di sekolah sang lawan.

Hari ini pula semua murid terbebas setengah hari karena sebagian guru yang ikut serta menonton murid-muridnya. Bukan kali pertama untuk tim basket yang di ketuai oleh Rezvan menang dan kalah. Namun, semua itu tidak jadi masalah bagi mereka yang bertanding dan tentu tidak masalah bagi guru-guru.

Setelah siap dengan semua yang di perlukan, anak-anak basket yang akan ikut final pun melingkar dilapangan upacara. Di pimpin oleh sang ketua mereka berdo'a bersama dan berjanji akan menampilkan yang terbaik.

"Van, aku bareng kamu ya?" suara itu, suara yang selalu mengganggu Rezvan akhir-akhir ini.

"Gua kemarin udah bilang 'kan? Nggak."

Dengan cemberut Cindy tetap memaksa ingin berangkat bersama dengan Rezvan. "Ish ... ayok dong, hari ini aja. Aku nggak ada tebengan."

Dengan malas Rezvan kembali menjawab. "Lu bukan orang miskin yang nggak mampu bayar ongkos taksi."

Dengan tidak peduli Rezvan meninggalkan Cindy, lagi. Memilih berkumpul dengan yang lain untuk membahas rencana di lapang nanti.

Lain dengan Melva, dia dan teman-temannya sedang asik di kantin beserta pesanan mereka. "Kita liat final basket yuk," ajak Bella dengan bibir yang penuh oleh saus dari makanannya.

"Gua nggak ada tebengan, sayang kalo uang jajan di pake ongkos kesana," tolak Gita.

"Yelah. Gin," panggil Bella.

Gina yang terpanggil mengalihkan pandangannya. "Ya?"

"Tadi pagi, gua liat lu bawa mobil. Kita kesana pake mobil lu gimana?" cengir Bella.

Gina menggaguk. "Ayok aja gua mah," jawabnya yang mendapat senyuman dari Bella dan Gita.

"Heh, lu kalo udah fokus sama makanan, bener-bener nggak mau nimbrung,"  kata Gita dengan suara cempreng andalannya itu.

"Sstt ... soto gua tinggal sesendok jangan ganggu dulu. Gua cape keselek terus," jawab Melva yang masi tetap fokus dengan mangkuk didepannya itu.

Bella, Gita dan Gina menggeleng tidak paham dengan sifat temannya yang satu itu. Menurut dirinya makan adalah yang pertama dari semua hal.

"Mau ikut nggak?" tanya Bella, tentu setelah melihat Melva selesai makan.

"Kemana?"

"Jadi, lu nggak denger kita tadi bahas apa?" tanya Gita heran.

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang