Pelampiasan?

17.2K 1.3K 118
                                    

"Mau bareng nggak ke kantornya?" Tanya Adit meraih jas yang tersampir di sandaran kursi setelah menghabiskan satu piring nasi goreng buatanku.

Aku menggeleng. "Nanti banyak yang curiga."

"Mereka nggak bakalan curiga apa-apa. Apalagi kalau tahu kita itu saling nggak suka."

Aku tidak berkomentar apa-apa selain melahap makananku.

"Kamu kenapa, Nik?" Tanya Adit menatapku heran. Dia tersenyum tipis. "Masih ngebayangin ciuman kita?" Celetuknya sambil nyengir.

Sialan!

"Sana pergi ke kantor."

"Kamu lagi mikirin mantan kekasih kamu?"

Aku menoleh padanya. Apa sih maksud Adit?

Dia meletakkan ponsel di atas meja.

"Hp-ku." Aku mendongak menatap wajah Adit. "Kok hp aku ada di kamu, Dit."

"Semalem pas kamu tidur aku ngiseng ngecek hp kamu. Eh, malem-malem ada yang ngajak ketemuan."

"Ngajak ketemuan?" Aku meraih ponselku dan membaca pesan dari Aksa.

Arunika, bisa nggak kita ketemu? Ada yang ingin aku bicarain sama kamu.

"Mantan kamu masih suka ngabarin kamu ya?"

"Nggak sih." Kataku.

"Kamu boleh ketemu sama Aksa kalau aku ikut. Jadi, jangan pernah ketemu sama si Aksa diam-diam atau aku bakal bilang ke mamah kamu."

Pernyataan Adit terdengar nggak adil. "Kok begitu? Setiap kali kamu ketemu sama Alena, aku nggak pernah ngancem bakalan bilang ke mamahmu."

Adit mendekatiku, membungkuk hingga wajah kami berhadapan. Dia mengangkat daguku sedikit. "Ini konteks yang berbeda, Nik. Dia dan kamu udah pisah saat kita menikah sedangkan aku masih bersama Alena."

Aku menyipitkan mata. Betapa egoisnya pria ini. "Sama aja. Aku berhak menemui siapa pun tanpa harus meminta izin pada suamiku tersayang."

"Eh, kamu sekarang berani melawan aku ya." Matanya menatapku tajam.

"Ya, itu kan hakku. Kalau kamu aja berhak ketemu Alena aku juga berhak ketemu pria manapun yang aku mau kan."

Adit terdiam.

Aku menyingkirkan tangannya dari daguku."

"Aku nggak akan diem kalau kamu ketemu sama pria lain kecuali Ansell."

Aku berdiri dan melipat kedua tanganku di atas perut. "Kamu bisa berlagak bos di kantor tapi di rumah, kita hanya dua orang yang terpaksa bersama, Dit."

Adit menarik kepalaku mendekatinya dan memagut bibirku. Ini kali kedua dia melakukannya. Astaga, apa yang merasuki dirinya?

Dia melepaskanku yang masih terbengong karena saking terkejutnya.

"Kalau aku melihat kamu bertemu dengan pria manapun, aku akan melakukan lebih dari hanya sekadar ciuman dan aku akan meminta mamah tinggal di sini buat ngawasin kamu." Lalu dia meninggalkanku begitu saja.

Ada amarah di matanya. Apa yang aku katakan itu salah? Seharusnya tak apa kan kalau aku bertemu dengan Aksa, dia saja bertemu dengan Alena bahkan sampai membatalkan janji makan malam dengan Tante Loiusa dan Lala.

***

Aku sampai di ruanganku dan mendapati Ansell mengenakan krim paginya. Lanna yang mendengarkan lagu Lanna Del Rey dan Rara yang memainkan ponselnya. "Hai, selamat pagi." Sapaku sembari meletakkan tas di atas meja.

"Pagi, Nik." Balas Rara.

"Nik, tadi Pak Adit kok cemberut aja ya." Ansell memulai dengan ekspresi drama sinetronnya.

"Cemberut?"

Ansell mengangguk.

"Lagi ada masalah sama Alena kali. Tuh, anak ini nelponin aku mulu kaya orang nggak ada kerjaan nanyain Adit terus."

"Nanya apa?"

"Nanya Adit udah dateng belum. Aku blokir aja tuh orang." Lanna memang gitu suka ngeblokir orang yang menurutnya bikin kesel untung dia nggak berani blokir Adit meskipun Adit sering bikin dia kesel. Dan pemblokiran ini hanya bertahan selama beberapa jam doang.

"Kok dibloki sih, Lann?" Rara bertanya.

"Ya, notifnya ganggu banget. Dikira aku ini baby sitter-nya Adit apa."

Oh, mungkin karena Adit sedang bermasalah dengan Alena makanya dia berani nyium-nyium aku begitu. Apa itu artinya aku pelampiasan dia?

"Lihat aja bentar lagi juga Alena datang ke kantor." Kata Lanna.

***
Adit mulai ngancem ngancem ya, yang mau di-update lagi boleh kasih komentar ya ❤️

Marriage Life With The Boss (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang