Dia Menciumku Lembut!

16K 1.2K 88
                                    

Sori. Baru bisa update 💕
Makasih udah sabar nungguin ya wkwk

Oh ya, kalo aku bikin grup WA tentang cerita Marriage Life With The Boss kalian mau gabung nggak?

Jadi, kadang kalo aku mau update akan ada pemberitahuan di grup sama mungkin kadang2 aku update di grup WA Marriage Life With The Boss. Tertarik? 😆

Happy reading ^^ ❤️🌸

❤️
----

Dua tenda udah disediakan di tengah hutan. Tempat ini biasanya dipakai anak sekolah untuk acara kemping seperti di sebelah tendaku yang berjarak sekitar lima belas langkah. Di sana ada banyak tenda guru dan anak-anak. Di bawah sana ada danau dengan air biru jernih. Cukup menuruni jalan dan melewati aliran mata air dan kami akan sampai di danau berwarna biru muda yang dihiasi gerombolan ikan mas.

"Ini mah bukan nyari ketenangan tapi nyari keramaian." Gerutu Adit sembari menyesap secangkir kopi. "Lihat aja dimana-mana ada anak sekolah. Ada warung dan di bawah sana, ada danau dimana banyak sekali pengunjungnya di saat weekend seperti ini." dia menatapku marah.

"Siapa yang nyuruh kamu ikut." Kataku enteng.

"Ansell."

"Terus ngapain kamu ikut? Kalau kamu mau kemping ke tempat yang sepi ya sana aja di tengah hutan Amazon sekalian ketemu sama saudara-saudara kamu, Dit." Sindirku.

Arka dan Ansell muncul seperti hantu di sampingku.

"Seenggaknya, kita bisa menghirup udara bersih di sini." Arka melirikku dan mengabaikan Adit.

"Betul itu." Kataku setuju dengan perkataan Arka.

"Udah aku bilang kan, Nik, kalau kamu ikut Arka pasti ikut." Ansell memulai dan lirikan tajam Adit mengarah kepadanya. Menyadari lirikan tajam yang memiliki makna itu, dia segera tersenyum pada Adit. "Pak Adit juga ikut karena ada Arunika ya?"

Aku melirik kesal pada Ansell.

"Apa sih kamu, Sell." Aku memilih turun ke bawah melihat danau yang berwarna biru jernih sekalian beli mie.

***

Angin dingin daerah pegunungan ini menerbangkan rambutku. Aku merapatkan jaket. Semakin malam angin semakin dingin. Lanna, Rara, Ansell dan Arka mengelilingi api unggun sembari membakar jagung. Aku memilih duduk di depan tenda, menyesap dalam kopi hangat yang menghangatkan tubuhku. Aku nggak lihat Adit tapi aku rasa anak itu ada di dalam tenda.

Rasanya Adit nggak mungkin bisa betah tidur di tenda semalaman. Jangankan semalaman, sejam saja aku yakin badannya mulai pegal. Adit keluar dari tendanya, dia mendekati dan duduk di sebelahku. Duduk dengan Adit di tengah semilir angin dingin begini malah membuat jantungku makin menjadi-jadi.

Bersahabatlah, malam ini. Jangan membuat aku seakan kehilangan detak jantungku.

Aku melirik Adit yang mengenakan sweater putih dengan necklace yang dipadukan dengan jaket warna cokelat muda. Hidung Adit adalah salah satu hidung yang begitu bagus jika dilihat dari samping. Maksudku, banyak hidung yang bangir tapi tak seunik dan sebagus hidung Adit. Dia mengambil gelasku tanpa ijin dan menyesapnya.

"Jadi, kamu punya niatan bisa berduaan dengan Arka di sini. Makanya kamu nggak mau aku ikut begitu?" tanyanya dengan nada sedingin angin yang menusuk dagingku.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Kamu juga niatnya nggak ikut kan." Aku kembali mengambil secangkir gelas dari tangan Adit dan menyesap isinya tepat di bekas bibir Adit.

Adit tersenyum dingin. "Jadi, kamu naksir beneran sama Arka?"

Aku nggak menjawab pertanyaannya. Aku memilih berpura-pura menatap Arka yang tertawa dengan Ansell.

"Oke. Kalau kamu berani naksir pria lain aku harus mengakui pernikahan kita di depan teman-temanmu."

Aku menoleh pada Adit. Mataku melebar. Tenggorkanku tercekat.

"Jangan, Dit. Aku..." kosa kataku lenyap entah kemana.

Hening. Kami hanya saling bersitatap.

"Terus nanti kalau Alena tahu bagaimana?"

"Bukannya kamu mau aku mutusin Alena?" Adit malah bertanya balik.

"Emang kamu mau mutusin Alena?"

Kali ini Adit terdiam.

"Kamu nggak bisa jawab ya?"

"Ayo kita buat pengakuan sama tementemen kamu."

Aku melihat ke arah Arka, dia sedang melihat ke arah aku dan Adit seakan sedang memperhatikan kami.

"Setelah pengakuan pernikahan kita aku akan minta agar bisa tidur dalam satu tenda denganmu."

Pernyataan Adit membuat mataku kembali melebar.

"Kenapa kamu egois banget sih, Dit?" aku merasa Adit udah semenamena sama aku. Padahal aku dan Arka kan emang nggak ada apaapa.

"Aku nggak bisa terima kalau kamu naksir Arka. Lalu kalian pacaran. Terus bagaimana kita bisa membuat anak kalau kamu dan Arka..." Adit nggak lanjutin kalimatnya.

Adit melirik ke arah Arka. Lalu dengan gerakan lembut dia mengangkat daguku dan memagut bibirku hingga secangkir kopi tumpah di tanah. Dia menciumku dengan lembut. Sangat lembut. Aku nggak bisa menolaknya.

Aku nggak tahu apa cuma Arka yang melihat kami ciuman tapi aku mendengar suara kamera dan merasakan lampu flash mengenai kami.

***

Cerita Marriage Life With The Boss 1 dan 2 udah tersedia di playstore dan playbooknya ya ^^

Cerita Marriage Life With The Boss 1 dan 2 udah tersedia di playstore dan playbooknya ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage Life With The Boss (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang