14. guilt

275 21 2
                                    

.
.
.
.

Saat kejadian tadi malam Jungkook sudah menceritakan semuanya dan memberi tahu siapa yang menabrak mereka. Ya ia adalah namjoon suami dari sepupu nya Seokjin Jimin yang mengetahuinya sangat marah tangannya terkepal kuat di belakang Jungkook.

Namun sisi kemarahan Jimin tidak ia perlihatkan kepada Jungkook ia hanya menangis sejadi jadinya di pelukan Jungkook, dan saat terbangun hingga kini Jimin belum kembali tertidur, tadi malam juga Jimin mencoba untuk keluar kamar menghampiri namjoon dan seokjin yang sedang tertidur di sebrang kamar Jungkook. Namun ia urungkan niatnya.

Entah apa yang ada di dalam kepala Jimin entah apa niat yang akan Jimin lakukan kepada namjoon. Yang jelas ia sangat marah kepada kaka kandung dari kekasihnya itu.

Siang hari pun menjelang Jimin dan seokjin sedang berada di dapur bersama untuk memasak makan siang. Saat sarapan tadi Jimin tidak ikut dan masih berdiam diri di kamar. Siang hari semua yang ada di rumah tidak ada tuan jeon pergi ke kantor dan nyonya jeon pergi ke toko kue nya.

Yang tersisa hanya Jungkook, seokjin dan dirinya, namjoon sedang mengunjungi galeri nya dan sebentar lagi akan pulang. Dan itulah alasan keduanya sedang berada di dapur saat ini.

"Ka seokjin rasanya akan mempunya anak bagaimana?" Tanya Jimin yang kini sedang memotong daun bawang.

"Hmmm rasanya... Senang dan tak menyangka apalagi saat ia akan hadir ke dunia wah rasa senang juga bahagianya lebih dari saat kamu memenangkan hadiah besar" jelas seokjin yang sedang menggoreng sambil mengusap perutnya yang belum terlihat besar. posisi keduanya kini saling membelakangi satu sama lain.

Jimin yang berada di belakang seokjin mengeraskan rahangnya dan menggenggam erat pisau yang di pegang nya entah kenapa hatinya sangat nyeri. Namun ia harus bersikap biasa saja dan tenang.

"Jika suatu saat kau kehilangan bayinya bagaimana? Bahkan saat ia belum lahir kedunia"

Seokjin terperanjat kaget ketika Jimin menanyai hal itu, namun detik berikutnya menjawab pertanyaan Jimin.

"Jelas aku akan sedih dan merasa terpukul"

"Jika kau kehilangan bayinya saat sedang di jalan dan kau mengalami kecelakaan tertabrak misalnya, apa yang akan kau lakukan kepada penabrak itu?"

Seokjin membalikkan badannya mengarah ke arah Jimin yang masih memegang pisau juga sedang memotong bawang bawangan. Merasa aneh dengan pertanyaan pertanyaan yang di berikan kepadanya.

"Jimin ada apa? Apa kau baik baik saja?"

"Aku baik baik saja jawab saja pertanyaan ku ka" dengan Jimin yang masih membelakangi, tubuh seokjin kini sudah menghadap ke arahnya Jimin masih enggan berbalik arah kepalanya penuh akan pikiran pikiran yang tidak di ketahui seokjin.

"Jika aku tertabrak saat sedang mengandung dan aku kehilangan anak ku. Aku mungkin akan memberikan pelajaran kepada si penabrak seorang ibu mana yang tak marah saat ia sedang menanti buah hatinya Hadir ke dunia namun harus melepaskan anaknya hanya karna seorang penabrak yang ceroboh."

Jimin mengangguk nganggukan kepalanya berbalik ke arah seokjin dengan perlahan. seokjin yang melihatnya merasa aneh dan khawatir melihat air muka Jimin yang tak biasanya sorot matanya penuh dengan amarah dan dendam.

"Jika begitu itu yang harus aku lakukan bukan? Memberi pelajaran kepada penabrak yang sudah mengambil hidup bayi ku seperti itu bukan?" Jimin melangkahkan kakinya mendekat ke arah seokjin masih dengan pisau dapur yang ia pegang.

"Ji-jimin apa maksudmu" seokjin yang tak mengerti apa maksud Jimin mundur perlahan.

"Kau pura pura tak tahu atau apa?" Masih dengan langkah nya juga nada suara yang tenang namun dingin orang yang mendengarnya akan bergidik ngeri. Begitupun dengan seokjin yang kini merasa ketakutan dan melangkah mundur sambil terus memegangi perutnya.

"Jimin aa-aku tak mengerti maksud mu"

"KAU PURA PURA TAK MENGERTI! PADAHAL AKU YAKIN KAU TAHU SEMUANYA!" kini Jimin benar benar marah ia mengarahkan pisau yang ia pegang ke arah muka seokjin.

Seokjin yang menerima teriakan dari Jimin kaget juga masih terus melangkah mundur.

"KAU PURA PURA TIDAK TAHU"
"SUAMI MU TELAH MENGAMBIL NYAWA BAYI KU. kini giliran ku yang mengambil nyawa bayi kalian" nada akhir Jimin yang terkesan dingin dan rendah kepada seokjin. Jimin mempercepat langkahnya mengarahkan pisau nya ke arah seokjin. satu langkah Jimin maju satu langkah juga seokjin mundur.

"Jimin kau gila hentikan."

Masih terus melangkah hingga seokjin sudah tak bisa kemana mana lagi tubuhnya sudah berada di ujung tembok Jimin yang mengetahuinya menyeringai senang. Terus mendekati dirinya pada seokjin.

"Jimin kumohon hentikan jangan lakukan ini"

Jimin seperti sudah gelap mata dan tuli pendengaran ia tak mendengarkan seokjin. Kini dirinya sudah berada di hadapan seokjin. Seokjin jatuh terduduk karna kakinya lemas tak bisa menahan tubunya. Jimin berjongkok mensejajarkan mukanya dengan muka seokjin.

"Ucapkan selamat tinggal pada bayi kalian" Jimin mengangkat pisaunya tinggi tinggi dan ingin mulai menusukan pisau itu kearah perut Seokjin.

"JIMIN!" Bahu nya di tarik oleh Jungkook yang kini berada di dapur melihat Jimin yang terus melamun dan tak sadar jari Jimin sudah teriris pisau. Jimin kaget dan melirik ke arah Jungkook.

"Kau melamun lagi lihat jari mu terluka dan kamu tidak menyadari itu" Jimin tertunduk melihat ke arah bawah dimana jarinya sudah mengeluarkan darah akibat ulahnya yang terus melamun.

"Astaga Jimin tangan mu" seokjin yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat jari Jimin yang penuh darah.

"Sebentar akan ku ambilkan obat merah dan penutup luka"

Jungkook menarik Jimin ke arah wastafel mencuci tangan jimin membersihkan nya sebelum di tetesi obat merah.

"Apa yang kamu pikirkan Jimin hingga melukai tangan mu sendiri"

"Jungkook aku jahat telah memikirkan bagaimana aku membalas dendam kepada bang namjoon hiks aku memikirkan untuk mengambil bayi mereka juga sama saat bagaimana bang namjoon mengambil bayiku" Jimin terisak menghadap ke arah Jungkook dan matanya menatap ke arah Jungkook dengan tatapan yang amat sedih.

Seperti telah menyesal memikirkan hal hal buruk seperti tadi.

"Ji-jimin kau, kenapa tega sekali" seokjin yang telah kembali dan membawa obat merah juga penutup luka terkejut mendengar apa yang di bicarakan Jimin.

"Ka seokjin...." Jimin menghampiri seokjin yang akan menangis.

"Seokjin aku pulang" teriakan namjoon dari arah pintu masuk dan melangkah kakinya mencari sang suami ke arah dapur ia tahu jelas bahwa suaminya itu pasti akan berada di dapur.

"Seokjin Jimin kalian kenapa menangis"

"Bang namjoon ka seokjin biarin Jungkook sama Jimin jelasin dulu semuanya ke kalian"

"Maksudnya kook?"

"Jimin udh tau semuanya ingatan dia udah balik"

Namjoon juga seokjin terkejut pantas saja Jimin memikirkan hal keji seperti itu ternyata Jimin sedang terpukul atas kejadian yang menimpanya lima tahun lalu. Jimin menundukkan kepalanya sambil menangis

"Maafin Jimin ka udah mikirin hal hal buruk kaya gitu ke ka seokjin juga bang namjooon"

"Sshht udah ji ga apa apa Kaka tau kamu terpukul juga sedih" seokjin membawa Jimin kedalam pelukannya bersusah menenangkan adik sepupunya itu.

"Harusnya bang namjoon yang minta maaf ke Jimin, ji maafin bang namjoon udah bikin kamu kehilangan calon bayi kamu juga kehilangan ingatan kamu bang namjoon bener bener ngerasa bersalah banget waktu kejadian itu, bang namjooon ngutuk diri bang namjoon sendiri karna udah ceroboh juga teledor" jelas namjoon kepada Jimin.

Jimin semakin menangis matanya benar benar sembab semakin merasa bersalah akan hal yang telah ia pikirkan tadi.



























Tbc

Ga bisa aku tuh bikin Jimin jadi jadi jahat. See next time (つ≧▽≦)つ

Lost A Star☆ [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang