Chapter 18

819 110 42
                                    

(Y/n) menatap lantai dibawahnya dengan ngeri. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan dan membeku ditempat.
Sementara itu, Muichiro dan Yuichiro belum berjalan terlalu jauh dari rumah (y/n). Mereka sempat mendengar teriakannya. "Mui, itu suara (y/n)-san, kan?" Tanya Yuichiro memastikan. Muichiro mengangguk cepat, lalu berlari kembali menuju rumah (y/n). Yuichiro mengikutinya dari belakang.

Saat sampai, Muichiro membuka pintu lebar-lebar. “(Y/n)-san!! Kau baik-baik saja?!” Muichiro berseru. Cahaya yang masuk melalui pintu menerangi punggung (y/n) dan sesuatu yang sedang dilihatnya. Muichiro dan Yuichiro mengalihkan pandangannya ke lantai rumah. Seketika mereka membelalakan mata. Muichiro spontan berjalan cepat menuju (y/n) diikuti Yuichiro. “(Y-y/n)-san… i-ini…” kata Muichiro pelan.
(Y/n) tidak merespon. Ia tetap berdiri membeku disana, diatas cairan merah yang disebut darah.

“I-ini… tidak sungguhan, kan?” Yuichiro bertanya pelan, suaranya bergetar. Di depan mereka saat ini, terdapat tiga tubuh tak bernyawa tergeletak begitu saja, dengan luka sayatan pisau di leher dan beberapa bagian tubuh lain, serta darah yang berceceran. Masih terlihat jelas bahwa ketiga tubuh itu adalah ayah, ibu, dan adik (y/n).

(Y/n) tiba-tiba memegang ujung baju Muichiro, lalu berkata sambil gemetaran, “Mu-Muichiro-san… ini cu-cuma mimpi, kan? Iya kan? Ti-tidak mungkin nyata kan?”
Muichiro menggeleng, “Ini nyata, (y/n)-san,” bisiknya. (Y/n) melepaskan pegangannya, kemudian terduduk dilantai. Ia tidak peduli kalau rok sekolahnya terkena darah. Seketika air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahannya lagi.

Muichiro berjongkok disebelah (Y/n) dan memeluknya. Ia mengelus punggung gadis itu seraya berkata, “Tidak apa-apa, (y/n)-san, keluarkan saja semuanya,”
“Kenapa ini bisa terjadi?! Tadi pagi mereka bilang mereka akan pergi lagi hari ini!! Si-siapa yang membunuh mereka?!” teriak (y/n) tiba-tiba. “Aku tidak tahu…” gumam Muichiro. (Y/n) terus menangis kencang dipelukan Muichiro yang berusaha menghiburnya.

Sementara itu, Yuichiro sudah sedikit pulih dari shocknya. Ia melihat sekeliling, mencari petunjuk siapa kira-kira yang membunuh keluarga (y/n). Sudut matanya menangkap sebuah celah kecil di dinding samping tangga. “Itu apa, ya?” batinnya, lalu berjalan mendekatinya. Setelah ia lebih dekat, ia dapat melihat bahwa itu adalah sebuah pintu yang terbuka sedikit. “Hah? Ruang rahasia?”

Yuichiro membuka pintu itu dengan agak kesulitan, sebab warna pintu menyatu dengan dinding. “Tangga?” pikirnya kebingungan melihat sebuah tangga menuju ke bawah. Ia pun menuruninya. Tangga itu agak besar dan remang-remang. Yuichiro kembali berpikir, “Uhh… kemana tangga ini akan membawaku?”
Beberapa detik kemudian, ia sampai di sebuah ruangan yang gelap. Yuichiro menelusuri dinding untuk mencari tombol lampu… dan ternyata ada. Ia pun menyalakannya.

Begitu lampu menyala, Yuichiro ternganga. Ruangan itu besar dengan dinding putih mengkilap. Namun, ruangan itu kosong-melompong. “Untuk apa mereka membuat ruangan sebesar ini jika tidak dipakai?” gumam Yuichiro.
Tiba-tiba ia melihat kilatan suatu benda di seberangnya. Ia pun mendekatinya. “Apa ini?” ia mengambilnya dengan hati-hati. Benda yang diambilnya itu berwarna kuning dan permukaannya tidak rata. “I-ini.. emas?!” ia berseru. “Bagaimana bisa ada emas disini?!”

Yuichiro pun berjalan mengelilingi ruangan itu untuk mencari petunjuk selanjutnya. “Apa mungkin, sebelumnya ruangan ini penuh dengan emas dan uang, lalu semuanya dicuri? Hmm… masuk akal. Dan para pencuri itu membunuh keluarga (y/n) agar tidak menghalangi jalan mereka…” batin Yuichiro. Entah kenapa ia bisa berpikir seperti itu.
Ia tidak menemukan apapun lagi disana. Ia pun memutuskan untuk kembali ke atas.

Begitu ia sampai diatas, ia melihat (y/n) sudah duduk agak jauh dari ketiga mayat itu, tetap ditemani Muichiro. “Mui, (y/n)-san,” panggil Yuichiro seraya mendekat. Muichiro berdiri saat melihatnya datang, “Kak Yui? Kau dari mana saja?” tanyanya. Tanpa basa-basi, Yuichiro menunjukkan bongkahan kecil emas yang ditemukannya. “Emas? Dari mana kau dapat ini?” tanya Muichiro. Yuichiro pun menjelaskan semuanya sambil menunjuk pintu disamping tangga. Muichiro menoleh pada (y/n), “(y/n)-san, apa sebelumnya ada pintu disitu?” tanyanya. Gadis itu menggeleng, “A-aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu kalau keluargaku punya emas,” jawabnya. “Yaah… kalau soal ruangan yang sebelumnya penuh emas sih, cuma pemikiranku,” timpal Yuichiro.

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang