Chapter 20 (Part 3)

728 96 11
                                    

~Keesokan harinya~

(Y/n) bangun pagi sekali. Ia tidak sabar untuk pergi ke kantor polisi. "Mungkin mereka sudah memecahkan siapa orangtua asliku," gumamnya. Ia segera pergi ke kamar Tokito kembar dan mengetuk pintunya. "Muichiro-san, apa kau sudah bangun?" tanya (y/n). "Iya, tunggu sebentar," kata seseorang dari dalam. Gadis itu pun menunggu sampai Muichiro keluar, lalu mereka turun ke dapur. "Kita makan roti saja biar cepat," usul Muichiro.

Selesai makan, Muichiro mengeluarkan sepedanya dan menyuruh (y/n) duduk di boncengan. "Ka-kamu tidak perlu memboncengku. Aku bisa meminjam sepeda Yuichiro-san," tolak (y/n). "Tidak apa-apa, kau nanti pasti lelah mendengar semua informasi yang akan disampaikan. Lebih baik kau simpan energimu,"
(Y/n) menyerah, kemudian duduk di boncengan. "Oke, kita jalan. Pegangan yang erat, ya," kata Muichiro seraya mengayuh dengan cepat. (Y/n) terkejut dan spontan memeluk pinggang Muichiro.

Beberapa waktu kemudian, mereka sampai. Muichiro memarkirkan sepedanya di parkiran motor. "Oke, ayo masuk," ajaknya.
Mereka segera masuk, lalu menghampiri meja lobi. "Ah, (l/n)-san, kan? Kau diminta menunggu di lantai dua, nanti Pak Hoshizora akan kesana," kata wanita di lobi begitu melihat (y/n). "Baik, terima kasih," jawab (y/n). "Aneh, biasanya kau langsung disuruh ke ruang interogasi," celetuk Muichiro. Gadis itu hanya mengangkat bahu sebagai balasan.

Sesampainya di lantai dua, mereka duduk di sebuah kursi panjang dipinggir lorong. Tak lama kemudian, Haruki datang. Ia mengajak (y/n) masuk ke sebuah ruangan yang lumayan besar. "Silahkan duduk," katanya. Setelah mereka berdua duduk, Haruki menaruh setumpuk kertas yang tadi ia bawa dimeja. "Waduh, apa ini?" batin (y/n) tidak mengerti. "Kami sudah berhasil mencari orangtua aslimu dan menangkap para pencuri serta membawa harta orangtuamu ke bank," kata Haruki.

(Y/n) refleks menatap Haruki dengan tatapan penasaran. "Baiklah, saya akan memberitahukan semuanya,"
(Y/n) mengangguk kecil. "Saya dan rekan saya baru menemukan identitas orangtua aslimu beberapa hari lalu, tapi sepertinya itu yang paling kau tunggu-tunggu, jadi itu dulu yang akan kita bicarakan,"
Haruki mengeluarkan selembar foto dari tumpukan kertasnya. "Ini foto yang kami dapat dari kediaman mereka,"
(Y/n) menatap foto itu dalam-dalam. Disana ada seorang wanita yang mirip dengannya dan seorang pria berambut cokelat seperti dirinya. Di tengah mereka, seorang gadis kecil berdiri sambil tersenyum. "Hee? Anak ini, kok mirip denganku?" gumam gadis itu.

"Karena itu memang kau," ujar Haruki yang mendengar gumamannya. (Y/n) kembali mengangkat kepalanya. "Ya, itu dirimu saat berumur sekitar empat tahun,"
(Y/n) berusaha mengingatnya, namun tak bisa. Ia bahkan tidak mengingat pernah melihat kedua orang dewasa yang berdiri disebelahnya. "Dua orang dewasa ini siapa, ya?" tanyanya. Haruki membulatkan matanya, "mereka orangtua aslimu. Memangnya kau benar-benar tidak bisa mengingatnya?"
(Y/n) menggeleng pelan. Haruki menghela napas, "kalau begitu, lebih baik saya lanjutkan dulu,"
"Rumah mereka berada di kota sebelah. Didalamnya kami menemukan banyak foto dirimu dan mereka. Tetapi, di setiap foto yang kami temukan, tidak ada foto kau yang sekarang. jadi, kami menyimpulkan bahwa kau diadopsi oleh keluarga angkatmu saat berumur sekitar lima tahun,"

(Y/n) membelalakan matanya, "kalau memang itu yang terjadi, kenapa saya tidak bisa mengingat apapun tentang mereka atau rumah itu? Jika saya memang diadopsi saat umur lima tahun, harusnya saya masih bisa mengingat satu dua hal tentang itu. Lagipula, mengapa orangtua asli saya membiarkan saya diadopsi oleh orang lain?" tanyanya bertubi-tubi.
Haruki mengangguk singkat, "saya menduga kau akan bertanya begitu. Kami telah melakukan research dan kemungkinan paling dekat adalah ingatanmu dihapus,"

"Hah? Ada, ya yang seperti itu?" batin (y/n). "Setelah ingatanmu dihapus, kau dijual oleh orangtua aslimu kepada orangtua angkatmu," lanjut Haruki. (Y/n) merinding, ia belum percaya bahwa dirinya dijual oleh orangtua kandungnya, sampai Haruki mengambil sebuah kertas dilapisi plastik ziplock "Apa itu?" tanya gadis itu. "Ini adalah kuitansi yang kami temukan di rumah orangtua aslimu. Isinya tentang penjualan dirimu,"
(Y/n) melihat kuitansi itu, disana tertera namanya serta harga untuk penjualannya. "H-hah? U-untuk apa mereka menjual saya?" tanyanya lagi dengan suara bergetar. "Menurut investigasi kami, orangtuamu bangkrut dan tidak mempunyai apa-apa lagi. Sehingga mereka terpaksa menjualmu. Bisa dilihat dari kuitansi itu, harganya sangat mahal dan bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka," jawab Haruki, "rumah mereka juga bisa dibilang tidak terlalu layak untuk dihuni,"

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang