Chapter 8

1.2K 166 35
                                    

Lima hari kemudian, (y/n) menjadi semakin pendiam. Ia benar-benar tidak bicara pada siapapun sama sekali. Bahkan para guru pun bingung dengannya. Muichiro berkali-kali mengajaknya bicara dibantu oleh Yuichiro. Namun tak satupun yang berhasil.
"Aku tidak ingin membuat mereka khawatir," batin (y/n).

Muichiro pun mulai menyadari bahwa tubuh (y/n) semakin kurus. "apakah dia kurang makan?" Pikirnya.
Ya, (y/n) memang kurang makan. Ia hanya memakan nasi goreng yang ia buat waktu itu. Tapi tentunya tidak cukup. Nasi itu sudah habis pada hari keempat. Itupun (y/n) hanya bisa makan sekali sehari.

Muichiro juga menyadari stamina (y/n) berkurang. Ia bahkan tidak bisa berolahraga. Untungnya Tomioka-sensei cukup baik untuk membiarkannya duduk dan memperhatikan murid lain saat pelajaran olahraga berlangsung. "Apa dia sedang sakit?" Pikir Muichiro lagi.

Ia tak bisa berhenti khawatir. Ia sendiri pun bingung dengan dirinya sendiri.
"Hei, kak aku mau tanya," celetuk Muichiro tiba-tiba saat mereka sedang makan siang di kantin. "Ya?"
"Uhmm... Menurutmu, kenapa ya aku kayaknya peduli sekali terhadap (y/n)? Aku bahkan tidak bisa berhenti khawatir padanya," ungkap Muichiro.

Yuichiro menatap adiknya, lalu tersenyum. "Itu berarti, kau mencintainya, Mui," jawabnya langsung. Muichiro terperanjat, "aku? Cinta padanya? Mana mungkin, kak? Dia bahkan belum sebulan disini," bantahnya.
"Yaa itu berarti kau jatuh cinta pada pandangan pertama," jelas Yuichiro, "coba kamu ingat-ingat, kapan pertama kali kau mulai peduli padanya,"

Muichiro berpikir, "hmm... Di UKS saat dia pingsan di hari keduanya disini,"
Yuichiro mengangguk, "ya, berarti aku benar,"
Namun, Muichiro malah tidak percaya. Yuichiro hanya mengangkat bahu dan membiarkan adiknya menyadarinya sendiri.

~Sehari sebelum keluarga (y/n) pulang~

(Y/n) berjalan pelan keluar gerbang sekolah. Ya, sekarang sudah jam pulang dan ia ingin cepat cepat pulang. Gadis itu mengalami hari yang buruk. "Aku lapar sekali," gumamnya setelah sekali lagi tidak makan. Ia bahkan ragu bisa sampai dirumah dengan selamat. Ia merasa lemas sekali.

Tiba-tiba pandangannya memburam dan tubuhnya oleng. Hampir saja ia jatuh jika tidak ada dua tangan yang menangkapnya. "(Y/n)-san, kau sebenarnya kenapa, sih?!"
Teriakan itu membuatnya membuka mata lagi. Ia melihat Muichiro sedang memeganginya dan Yuichiro disampingnya dengan eskpresi khawatir.

(Y/n) menggeleng pelan sambil berusaha melepaskan pegangan Muichiro. "Kamu terlihat lelah sekali, (y/n)-san. Mari kita antar pulang," tawar Yuichiro.
Tanpa melawan, (y/n) pun setuju saja. Mereka bertiga pun mulai berjalan. Muichiro memegangi lengan (y/n) untuk mencegahnya jatuh lagi. "Kenapa aku gugup, ya? Apakah karena aku sudah lama tidak mengobrol dengannya?" batin Muichiro. Ia menoleh ke (y/n) yang memasang wajah ketakutan. "Kenapa kau takut pada kami?" batin Muichiro lagi.

Mereka pun sampai di rumah (y/n). Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu masuk. "Haahh... aku ingin sekali tidur, tapi masih harus merapihkan rumah. Jika tidak, aku akan dimarahi... dan aku sudah lelah dengan itu," gumamnya seraya mengambil sapu. Ia pun mulai menyapu, mengepel lantai, membersihkan debu, dan lain-lain.

~Tiga jam kemudian~

"Ba-baiklah. Sudah kinclong sekarang," ujarnya sambil tersenyum puas pada dirinya sendiri, "Ibu, ayah, dan adik akan pulang sebentar lagi. Sebaiknya aku tidur dulu," Ia berjalan pelan menuju kamarnya dan membanting tubuhnya ke Kasur. "Kamarku masih berantakan... haahh... nanti saja deh,"

Tepat sebelum matanya terpejam, handphonenya berdering, ia mendapat pesan baru. "Muichiro-san?" gumamnya sembari membuka pesan itu.

"Jaga Kesehatan, ya. Aku ingin kau seperti biasa lagi :D"

-Muichiro

(Y/n) tanpa sadar tersenyum. Ia senang Muichiro peduli padanya. Tidak ada yang pernah peduli padanya sebelumnya. Tapi... ia merasa tak enak karena Muichiro harus mengkhawatirkan orang sepertinya. Ia tidak menjawab pesan Muichiro. (Y/n) hanya mengucapkan terima kasihnya didalam hati, lalu jatuh tertidur.  

.

.

.

.

~Setengah jam kemudian~

Suara bantingan pintu mengejutkan (y/n). Ia terloncat dari tempat tidurnya. "Ah, sepertinya mereka sudah pulang. Akhirnyaa... aku tidak sendirian lagi dirumah," katanya pada diri sendiri. Ia pun turun dari tempat tidurnya dengan semangat ingin menyambut keluarganya. Tiba-tiba, perutnya berbunyi. "I-iyaa.. sabar ya, Perut. Setelah aku bantu mereka rapi-rapi, aku akan mengisimu, kok,"

"Ibu, ayah, adik! Selamat datang Kembali!" sapa (y/n) begitu turun dari tangga. Sapaannya tak dihiraukan oleh mereka semua. "Kalau kau mau bantu, ya cepat! Tidak usah pakai basa-basi segala," kata ayahnya. Gadis itu mengangguk, lalu membawa beberapa barang ke kamar orangtua mereka di lantai atas. "Wah, berat sekali. Kira-kira apa isinya oleh-oleh untukku? Hihihi..." pikirnya sambil senyam-senyum sendiri. Ia menaruhnya di dekat tempat tidur, lalu turun lagi untuk mengambil beberapa barang lainnya. 

Setelah beres-beres. (Y/n) baru akan bertanya apa ia boleh makan, tapi...

"(Y/n) masakkan makanan untuk kami. Untukmu sepertinya tidak usah karena kau pasti sudah makan," perintah ibunya. (Y/n) mengangguk dan pergi ke dapur, padahal dalam hatinya ia kecewa sekali.

(A/N : Huwee.. maafkan aku T^T)

Ia memasak sup ayam dengan bahan-bahan yang ada di dapur. Yaapp... sebenarnya selama ini kulkas mereka penuh, namun (y/n) tak pernah menyentuhnya. Ia tak ingin mengambil barang yang bukan miliknya, sekalipun itu haknya untuk makan. Tapi ya, karena ibunya bilang ia harus beli makan dengan uangnya sendiri, jadilah ia tidak makan.

"Nah, selesai!" soraknya lemah. Ia menata meja sambil berusaha menahan liurnya. Perutnya semakin bergemuruh, namun tidak dihiraukannya. "Sepertinya aku bisa makan sisa supnya nanti," batinnya. (y/n) memang membuat empat porsi sup, supaya ia bisa ikut makan.

"Makanan sudah siapp!" panggilnya, sudah seperti pelayan rumah tangga. Ia tersenyum saat melihat keluarganya duduk Bersama dan bercengkrama sementara ia menuangkan sup di mangkuk mereka. "Mereka sepertinya senang sekali. Aku jadi ikut senang, " pikirnya.

(Y/n) tidak ikut duduk di meja makan untuk sekedar mengobrol. Toh, ia akan didiamkan. Jadi ia naik Kembali ke kamarnya dan bermain dengan handphonenya. Ia mendapat pesan lagi dari Muichiro.

"(Y/n)-san, aku tidak bisa menahan rasa penasaranku. Aku hanya ingin tahu, kenapa kau menangis saat itu? Ceritakanlah padaku,"

-Muichiro.

(Y/n) bingung mau menjawab apa. Ia tidak ingin Muichiro bertambah khawatir. Tapi, ia memang ingin mengeluarkan segala kesedihannya pada seseorang. Lalu, ia menyadarinya. "Sifat Muichiro-san berubah 180° dari saat aku pertama kali berada di Kimetsu Gakuen. Kira-kira kenapa, ya?"

(Y/n) memutuskan untuk sekali lagi tidak menjawab pesan Muichiro. Ia masih terlalu ragu dan bingung. Apa yang membuat Muichiro berubah? Kenapa cepat sekali berubahnya? (Y/n) sendiri tidak tahu jawabannya.

Beberapa jam kemudian, keluarganya sudah tertidur. (Y/n) menyelinap keluar untuk melihat apakah masih ada sisa sup untuknya. Ternyata masih ada seporsi lagi. untungnya, ibu atau ayahnya tadi tidak pergi ke dapur, jadi mereka tidak tahu masih ada seporsi sup lagi. Dengan semangat, (y/n) buru-buru mengambil mangkuk dan nasi, lalu menuangkan sup itu ke mangkuknya. Ia pun makan sendirian di ruang makan itu. "Hmmm... syukurlahhh. Akhirnya aku bisa makan~" bisiknya pada dirinya sendiri sambil terus tersenyum.

Selesai makan, ia mencuci mangkuknya, sambil berusaha untuk meminimalisir suara yang ia timbulkan agar tidak ada anggota keluarganya yang terbangun. "Okee. Saatnya tidur," gumamnya sebelum beranjak menuju kamar kesayangannya. 

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang