Chapter 21

794 99 6
                                    

Keesokan harinya, (y/n) bangun pagi seperti biasa. Ia duduk di tempat tidurnya. "Aku rasanya tidak bersemangat ke sekolah hari ini," gumamnya. Meski begitu, ia tetap mandi dan memakai seragamnya. "Selamat pagi, (y/n)-san," sapa Tokito kembar di tangga. "Selamat pagi, Muichiro-san, Yuichiro-san," balasnya. Muichiro memperhatikan (y/n) yang tampak lesu, "(Y/n)-san, bagaimana kalau kau tidak usah sekolah untuk hari ini? Kau lebih baik menenangkan diri dulu saja," sarannya. (Y/n) menggeleng, "Aku sudah baik-baik saja, kok,"

Mereka sampai di ruang makan. Disana ada Nyonya Tokito sedang menaruh sarapan dan Tuan Tokito sedang minum kopi. "Selamat pagi anak-anak," kata Nyonya Tokito. Tokito kembar duduk di kursi makan seraya menjawab, "Selamat pagi, bu,"
(Y/n) diam saja dan duduk disebelah Muichiro. "(Y/n), apa kamu bisa sekolah hari ini?" Nyonya Tokito bertanya tiba-tiba. (Y/n) menatapnya bingung. "Mui dan Yui sudah menceritakan semuanya kepadaku kemarin. Jadi menurutku, kamu hari ini dirumah saja, ya, "

Gadis itu diam untuk berpikir. "Yasudahlah, aku dirumah saja hari ini. Kalau aku sekolah, nanti percuma. Aku tidak akan bisa konsentrasi," batinnya. Ia pun mengatakannya pada Nyonya Tokito. "Oke, habis sarapan, kembalilah ke kamarmu,"
(Y/n) memakan sarapannya dengan cepat dan izin kembali ke kamar sementara Tokito kembar pergi ke sekolah. "Nanti kalau ada PR, aku akan memberitahumu, (y/n)-san," ujar Muichiro sebelum menghilang dibalik pintu.

"Sebaiknya aku ganti baju," gumamnya. Ia pun kembali memakai baju rumah. "Haaah... Sekarang aku bosan, tapi aku juga tidak bersemangat melakukan apapun," ia membatin sambil duduk di kursi belajar. Gadis itu membuka handphonenya. Ia pun memutuskan untuk mencari rumah baru untuk ditinggalinya. "Aku tidak butuh yang besar, yang kecil juga tak apa asalkan masih dekat dengan sekolah,"
Setengah jam kemudian, ia menemukan sebuah rumah kecil yang baru saja dijual. "Wah, yang ini bagus! Interiornya juga sederhana. Harganya... hmm... jika harta orangtua angkatku memang sebanyak itu, mungkin ini masih terjangkau," pikirnya. Ia seketika menyesal telah memikirkan itu lagi. "Hhh... sudah, sudaah. Mereka sudah tidak ada, begitu juga dengan orangtua kandungku. Lupakan, lupakan," pikirnya lagi.

Moodnya menjadi jelek. Ia pun melempar handphone ke kasur, kemudian beranjak ke jendela untuk mencari udara segar. (Y/n) membuka jendela dan membiarkan udara pagi yang segar masuk. "Haahh... aku tidak pernah benar-benar melihat keluar jendela ini. Ternyata pemandangannya lumayan bagus," gumamnya. Gadis itu menarik sebuah sofa kecil ke depan jendela dan melihat-lihat pemandangan di luar sambil berusaha menghilangkan pikirannya dari orangtuanya.

~Sore harinya~

"Kami pulang!!" teriak Yuichiro dari luar pintu. "Iya, iya. Kau tidak perlu berteriak," protes Nyonya Tokito sebelum membukakan pintu. "(Y/n)-san mana, bu?" tanya Muichiro begitu masuk rumah. "Dia di kamarnya, kenapa?"
"Oke, terima kasih, bu," Muichiro pun melesat ke kamar (y/n). "Astaga, baru pulang sudah mencari (y/n)," komentar Nyonya Tokito. "Nikahkan saja dia dengan (y/n)-san, bu. Pasti dia senang," celetuk Yuichiro. Nyonya Tokito tertawa dibuatnya, "apa sih, kau ini," katanya disela tawa.

Sementara itu, Muichiro sampai di depan pintu kamar (y/n). Tok... tok... tok, "(Y/n)-san, apa kamu didalam?" panggilnya. "Iya, masuk saja,"
Muichiro memasuki kamar dan melihat (y/n) duduk di kasur sambil memainkan handphonenya. "Kau sedang apa?"
"Oh, ini. Aku sedang melihat-lihat rumah yang ingin kubeli. Aku ingin memastikan kembali supaya lebih yakin," jelasnya. Muichiro membelalakan matanya, "K-kau benar-benar mau pindah?!" tanyanya. Ia buru-buru duduk disebelah gadis itu, lalu melihat layar handphonenya. "Yaaa... iya. Aku ingin mencoba hidup mandiri," kata (y/n). "Apa maksudmu? Kamu kan sudah mandiri. Kalau kau tinggal sendiri, siapa yang akan mengurusmu? Siapa yang akan menjagamu? Lagipula, apakah kau diperbolehkan memiliki rumah sendiri?" tanya Muichiro beruntun.

(Y/n) diam saja. "Ayolah, pikirkan lagi, (y/n)-san. Apakah kau akan nyaman jika tinggal sendiri, atau lebih nyaman bersama-sama seperti sekarang? Lagipula, kondisimu masih seperti ini. Kau belum bisa berpikir jernih," bujuk Muichiro. (Y/n) menghela napas panjang, "baiklah, baiklah. Jika itu yang kau tanya. Aku bisa nyaman tinggal dimanapun. Tapi kau benar, aku memang masih terbawa emosi. Tapi, aku tahu satu cara yang mungkin bisa membuatku lebih tenang,"
"Apa itu?" tanya Muichiro. "Aku ingin mengunjungi makam orangtuaku. Saat aku sudah yakin bahwa mereka benar-benar tidak bisa kembali lagi, aku akan berusaha mengikhlaskan mereka dan berusaha berpikir lebih tenang. Setelah itu, aku akan memikirkan kembali akan pindah atau tidak,"

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang