Epilog

904 102 9
                                    

~Dua minggu kemudian, Hari Minggu pagi~

“Mui, (y/n)-saan! Ayo cepat!” teriak Yuichiro dari luar. (Y/n) yang sedang berada di kamarnya pun membalas, “Iyaa, tunggu sebentar!”
Gadis itu buru-buru menaruh handphone dan dompetnya di tas selempang kecil yang dipakainya, lalu berlari keluar. “Ayo, (y/n)-san. Nanti kita ditinggal Kak Yui,” kata Muichiro yang berpapasan dengannya di tangga. Ia menarik tangan (y/n) untuk menyusul Yuichiro. “Hati-hati ya, anak-anak!” kata Nyonya Tokito dari ruang keluarga. “Iya, bu,” balas Muichiro. Mereka berdua sampai di luar rumah dan melihat Yuichiro sudah jauh di depan. “Astaga, cepat sekali dia larinya,” komentar (y/n). “Kita harus cepat menyusulnya,” ujar Muichiro seraya menarik tangan (y/n) lagi.

Hari ini, ketiga anak itu akan pergi ke sekolah. Bukan untuk belajar, melainkan untuk pergi lagi ke suatu tempat bersama beberapa teman sekelas mereka. Anak-anak itu sudah sepakat akan berkumpul di sekolah.
“Ah, itu mereka!” seru seseorang saat (Y/n) dan Tokito kembar sampai. “Duh, kalian lama sekali. Busnya sudah menunggu dari tadi,” protes Aoi. “Maaf, maaf. Mui dan (y/n) terlalu lama dandan, sih,” kata Yuichiro sambil nyengir dan langsung dihadiahi tendangan oleh Muichiro. “Oke, semuanya sudah disini. Ayo berangkat,” ujar Tanjiro. Mereka semua keluar gerbang sekolah, lalu berjalan beberapa meter menuju sebuah bus kecil. Satu-persatu dari mereka masuk dan dicatat namanya oleh Tanjiro. “Nezuko, Inosuke, Zenitsu, Kanao, Aoi, Genya, Yuichiro, (y/n), Muichiro, dan diriku,” gumamnya.

Setelah semuanya naik, supir bus tancap gas. “Wah, kira-kira ada permainan apa saja disana, ya?” tanya Nezuko bersemangat. “Entahlah, aku belum pernah kesana,” jawab Kanao. Ya, mereka semua mau pergi ke taman hiburan. Selain untuk rekreasi, mereka punya sebuah rencana khusus untuk salah satu dari mereka.
Sesampainya di taman hiburan tersebut, mereka berlarian turun dan cepat-cepat membeli tiket masuk. “Besar sekali tempat ini!!” teriak Nezuko. “Aduh, kalau aku tersesat bagaimana, ya?” (y/n) bergumam sambil melihat ke sekelilingnya. “Tenang saja, (y/n)-san. Kau tidak akan tersesat, kok,” kata Muichiro seraya menggandeng tangan gadis itu. semua teman mereka bersiul dalam hati saat melihatnya.

“Oke, kita mau main apa dulu?” tanya Yuichiro. “Aku ingin naik benda besar ituu!!” seru Inosuke, lalu berlari menuju roller coaster terbesar. “Baiklah… ayo kita ikuti dia,” kata Aoi. Mereka pun mengejar Inosuke.
Sesampainya di antrean roller coaster, (y/n) baru menyadari betapa tingginya rel roller coaster itu. “Ugh, sepertinya aku tidak akan berani menaikinya,” bisiknya pada Muichiro yang berada disampingnya. “Kau belum pernah naik roller coaster, ya?” tanya Muichiro. (Y/n) menggeleng. “Kalau begitu mau naik wahana lain? Aku akan menemanimu,”
“Hmm… tidak usah, deh. Kita kemari untuk rekreasi bersama teman-teman. Tidak asyik kalau aku memisahkan diri,” jawab (y/n).

Begitu (y/n) selesai bicara, ternyata mereka sudah sampai diujung antrean. Mereka melihat Inosuke duduk di kereta paling depan sambil berteriak, “Kenapa benda ini tidak mau jalan?! Padahal aku sudah mendudukinya!”
Aoi pun duduk di sebelahnya, lalu berkata bahwa Inosuke tidak bisa mengendalikan wahananya. “Nah, kau mau duduk dimana?” tanya Muichiro pada (y/n). “Disitu saja,” gadis itu menunjuk kereta barisan nomer tiga. Muichiro mengangguk kemudian mengikuti (y/n).
Sabuk pengaman di masing-masing kereta turun, menandakan bahwa roller coaster siap melaju. “Aku gugup sekali,” kata (y/n). “Ya, sejujurnya aku juga,” balas Muichiro. Wahana itu pun mulai berjalan pelan, namun makin lama makin kencang. (Y/n) dapat mendengar Inosuke berteriak, “MUAHAHAHA AYO, LEBIH CEPAT LAGII!!” dan Zenitsu menangis di kereta dibelakangnya.

~Beberapa waktu kemudian~

Tanpa mereka sadari, roller coaster sudah kembali ke posisi awal. “Yaah, sudah selesai?” keluh Genya. “Huwaaaa… aku tidak akan pernah mau menaiki monster itu lagi!!” tangis Zenitsu yang sedang diseret oleh Tanjiro. (Y/n) tertawa kecil melihat reaksi teman-temannya. Ia sendiri merasa ingin menaikinya lagi. Gadis itu berkata pada Muichiro yang berada disampingnya, “Muichiro-san ayo ki-”
Tapi ternyata, Muichiro sudah tidak ada. Ia juga tidak melihat Yuichiro dimanapun. “Kanao-chan, apa kamu melihat Tokito kembar?” tanya (y/n)
pada Kanao yang kebetulan ada di dekatnnya. “Ya, tadi aku lihat mereka berlari ke toilet sana, sepertinya Muichiro-san mual,” jawabnya seraya menunjuk bangunan toilet tak jauh dari mereka. (Y/n) ber-ooh, lalu menunggu Tokito kembar bersama teman-temannya.

✔️ || Always With You [Muichiro X Reader] ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang