Lauren kini sedang memeluk bonekan kelincinya, ia sangat bahagia mendapatkan teman baik seperti Raina di tambah Raina gadis kecil yang bawel dan bisa membuatnya tersenyum.
"Tadi saya dengar seperti ada seorang anak kecil di dalam kamu? Apakah itu teman kamu?" tanya seorang wanita paruh baya.
Lauren kaget bagaimana bisa ibunya mendengarnya, padahal ia mengira suara Raina tidak terdengar oleh orang tuanya. Ia sangat takut kepada orang tuanya.
"Katakan saja aku tidak akan marah." lanjut kata perempuan paruh baya itu.
"Iya itu sahabat aku bu. Maaf jika itu mengganggu ketenangan kalian." ucap Lauren dengan hati-hati.
"Hmm. Lain kali kecilkan suara kalian, membuatku pusing saja." kata perempuan itu sambil meninggalkan kamar anaknya itu.
Lauren berharap ibunya bisa sayang kepadanya, dan memberikan kasih sayang terhadapnya. Ia ingin di perhatikan seperti anak pada umumnya. Tapi ia juga sadar ia tak bisa meminta lebih, dia ajak bicara saja sudah berterimakasih setidaknya ibunya masih mau menyapanya walau dengan ucapan pedas.
****
Pagi sudah menyapa seorang anak perempuan manis berhidung mancung, anak itu masih bergumul dengan selimutnya walau sudah tau matahari sudah menyinari kamarnya dengan cahayanya.
Lauren semalam tidak bisa tidur, entah apa yang ia pikirkan hingga ia baru bisa tertidur ketika pukul 3 pagi. Dan itu pun ia tidur seperti biasa memeluk sang boneka kelincinya.
"Lauren bangun, di luar ada teman kamu." teriak sang ibu dari luar kamar Lauren.
Lauren yang mendengar suara teriakan ibunya. Matanya memang tertutup tapi tidak dengan kupingnya. Kupingnya itu sangat tajam dengan pendengaran.
Lauren langsung bersiap-siap kala tau ada sahabatnya datang. Ia tak menyangka bahwa Raina berani datang melalui pintu rumahnya bukan lewat jendela kamarnya.
"Raina, ada apa kamu ke sini?" tanya Lauren sambil melihat Raina yang sedang duduk di sofa.
"Aku kesini hanya ingin memberitahukan bahwa besok aku akan memulai sekolah, tetapi orang tuaku ingin kamu menemui mereka Lauren."
"Aku? Kenapa harus aku? Kan kamu yang ingin bersekolah." Lauren bingung dengan ucapan temannya. Temannya yang ingin bersekolah kenapa ia juga harus ikut.
"Aku bilang, aku ingin sekolah jika aku mengajak kamu sekolah di tempat aku bersekolah Lauren." Raina menjelaskan maksudnya kepada Lauren.
"Tapi gimana dengan biaya sekolahnya, pasti sangat mahal sekali." lirih Lauren.
"Tidak usah kamu pikirkan, biaya itu akan di urus oleh orang tuaku. Kamu mau kan bersekolah bersamaku?"
Lauren berpikir keras, ia ingin merasakan yang namanya bersekolah. Ingin mencari ilmu dan membuat kedua orang tuanya bangga padanya. Apakah ia harus memgambil kesempatan ini? Atau malah ia harus berdiam di kamarnya lagi.
"Bagaimana iya aku bingung."
"Tidak usah bingung, tenang saja ada aku. Aku akan menjaga kamu, seperti kamu menjaga aku."
"Baiklah nanti akan aku sampaikan kepada orang tuaku."
"Nanti sore aku akan mengajak kamu pergi mencari keperluan sekolah, dan jika kamu nanti mendapatkan julukan siswa terpintar di sekolah nanti. Aku akan memberikan kamu boneka kelinci sebanyak mungkin, bagaimana kamu setuju?""Boneka kelinci? Tapi aku sudah punya satu boneka kelinci Raina."
"Tidak apa emang kamu tidak mau menambah boneka itu, kasian bonekamu sendirian ia harus mempunyai teman seperti kita betul kan Lauren?"
"Kamu benar juga, agar ia tidak kesepian."
"Jadi kamu mau bersekolah bersamaku?"
"Tentu saja aku mau bersekolah bersama sahabatku. Jika bisa kita harus bersama-sama susah senang."
"Betul, aku akan menjaga kamu. Dan kamu akan menjagaku. Kita saling melengkapi. Kita sahabat selamanya."
"Sahabat selamanya."
*****
Hai Lauren balik lagi maaf jika lama di update dan jangan lupa klik tanda bintang dan komen iya biar kalian tau kelanjutannya.
Publish : Bekasi, 15 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauren
RandomLauren seorang perempuan yang memiliki keturunan Belanda Indonesia dengan paras cantik, imut dan pemalu. Ia sering melihat kawan-kawannya bermain kesana kesini. Dan ia ingin bergabung, tetapi ia malu untuk berkenalan dengan mereka. Mei seorang perem...