Lauren masuk ke dalam kamar dan membersihkan dirinya yang setelah pulang dari rumah sakit, ia sangat bersyukur karena tuhan memberikan kasih sayang yang tulus bahkan yang tak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya.
Lauren menatap foto yang ada di meja belajarnya, ia membayangkan dulu bagaimana keluarganya hangat dan kenapa sekarang bagaikan seperti orang asing yang sangat tidak ada rasa penuh kasih sayang dimata kedua orang tuanya.
Ibu, Ayah aku sangat merindukan kalian. Tapi kenapa kalian malah berubah apakah salah aku ibu? Ayah apakah aku mempunyai salah kepada ayah? Aku harap setelah perjuangan aku membuktikan aku sayang kepada ayah dan ibu semoga aku bisa merasakan kasih sayang kalian yang begitu amat dalam. Aku hanya ingin merasakan pelukan hangat kalian tidak lebih, pelukan kalian bagi aku sudah menandai kalian sayang kepadaku. Batin Lauren.
Malam ini ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Raina, Mei, Mommy, Daddy, Aji, Bima dan Pandhu mereka membuatnya bahagia. Tapi kebahagiaan itu kurang, kurang karena tidak ada Ayah dan Ibunya.
Lauren berjalan ke kaca besar yang ada di kamarnya tepat di dekat meja belajarnya. Ia menatap dirinya di kaca besar itu. Ia merasa semua perjuangannya sudah selesai, dan kini saatnya sudah tiba untuk ia pergi.
Lauren juga sadar ketika ia memakai baju hitam, tapi ketika ditanya ia selalu bilang tidak tahu. Ia tidak ingin semua orang mencurigainya. Ia mengambil kaca kecil itu dan mengarahkan ke tangan kirinya dibagian pergelangan tangannya.
Srekkk
Darah dari pergelangan tangan kiri Lauren mengucur terus dan ia tidak merasa kesakitan karena ia sudah lelah dengan semuanya, kini semua perjuangannya terhadap orang tuanya sudah selesai apa yang di inginkan oleh orang tua kandungnya sudah Lauren penuhi. Hanya ada senyum terakhir ketika melihat figuran foto yang ada di depannya. Senyuman yang ia berikan untuk kedua orang tuanya.
Perlahan mata Lauren tertutup dengan darah yang terus bahas di meja belajarnya dengan posisi duduk dengan tangan kanan sebagai bantalan kepalanya. Mata indah itu mulai tertutup, muka pucat dan tubuh dingin itu sudah tidak lagi bergerak.
***
Pagi hari semua kediaman keluarga Syahrian berkumpul untuk merayakan dimana Raina kembali ke rumah. Semua orang berada di ruang tamu sedang menonton televisi dan ada yang sedang sambil memakan chiki.
Mereka semua kelihatan bahagia dengan Raina bisa berada di rumah bersama-sama lagi seperti ini, tapi mereka juga bingung dimana putri mereka satu lagi perasaan baru kemarin keluar dari kamar jangan sampai lagi seperti kemarin.
"Mei dimana Lauren sayang?" Syahrian melihat Mei yang baru akan turun dari tangga dan tidak biasa ia melihat Mei sendiri saja.
"Aku tidak tau daddy, aku lihat kamarnya juga tertutup bahkan seperti tidak ada suaranya." jawab Mei sambil duduk di samping Euis.
Euis yang merasa ganjal pun berniat ke atas ke kamar Lauren dengan hati yang tidak nyaman. "Aku ke atas saja biar aku panggilankan, aku juga merasa ada sesuatu yang tidak enak kepada Lauren jadi aku harus ke atas dulu."
Syahrian yang mengetahui istrinya sangat menyayangi Lauren pun mengizinkannya untuk ke atas ke kamar sang putri, ia juga merasakan apa yang di rasakan oleh istrinya.
Euis mencium bau amis saat ingin memasuki kamar Lauren, bahkan ia sangat curiga darimana bau amis darah ini bahkan malah bau amis ini berasal dari kamar Lauren putrinya. Ia bercoba berpikir positif tapi hatinya menolak semua itu. Ia mencoba mengetuk pintu kamar anaknya dengan perasaan gelisah.
Tok tok tok
"Lauren sayang bangun, Nak! Bangun yuk semua sudah menunggu kamu di bawah sayang." teriak Euis dari luar kamar Lauren. Euis bahkan tidak mendengar jawaban Lauren dari kamarnya. Ia mencoba membuka pintu kamar anaknya yang ternyata tidak di kunci oleh Lauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauren
DiversosLauren seorang perempuan yang memiliki keturunan Belanda Indonesia dengan paras cantik, imut dan pemalu. Ia sering melihat kawan-kawannya bermain kesana kesini. Dan ia ingin bergabung, tetapi ia malu untuk berkenalan dengan mereka. Mei seorang perem...