Lauren 28

5 2 0
                                    

Lauren membawa Mei masuk ke dalam kamarnya, ia juga sangat rindu dengan sahabatnya ini. Ia merasa bersalah tidak membiarkan Mei masuk. Andai saja yang selalu datang Mei ia akan membukanya, tetapi yang sering mengetuk pintu kamarnya bukan Mei atau Raina malah yang lain datang untuk membujuknya membukakan pintu kamarnya.

Mei yang melihat isi kamar Lauren sangat tidak menyangka akan seperti ini, ia tidak percaya apa yang ia lihat bahkan kamar sahabatnya jauh dari kata baik-baik saja malah telihat seperti kapal pecah. Kamar yang gelap dengan tidak ada cahaya, lalu bantal selimut berantakan bahkan meja belajarnya juga berantakan semua terlihat buruk.

"Lau kenapa semua hancur seperti ini?" tanya Mei sambil menatap Lauren.

"Aku... aku ingin menyerah dengan perjuangan aku ke keluarga kandung aku. Aku ngerasa semua perjuangan aku hanya sebuah sia-sia saja. Lebih baik aku pergi saja iya? Mungkin dengan cara aku pergi mereka akan menyayangi aku." balas Lauren dengan lirih.

Mei menatap Lauren dengan perasaan campur aduk, jadi ia yau ini alasannya kenapa sahabatnya mengurung diri dan menutup semua dengan senyuman. "Lalu jika kamu pergi, aku sama Raina berdua saja gitu tanpa ada kamu, Lau?"

"Aku juga tidak kuat dengan semua ini, Mei."

"Aku mengerti, tapi jika kamu pergi, kami akan kesepian tidak ada lagi Lauren pemalu bersama kita."

"Aku akan selalu ada bersama kalian di hati kalian, tapi kalian berjanji jangan pernah pergi meninggalkan satu sama lain."

"Ah kamu, kaya ingin pergi jauh saja aku di suruh sama janji sama kamu Lau."

Lauren yang mendengar perkata Mei hanya bisa tersenyum, tapi ia juga tidak bisa bertahan lama dengan seperti ini. Dimana keluarga kandungnya tidak mau menerimanya, dan ia juga sudah sangat lelah dan ia sudah merasa waktunya harus pergi.

***

Semua kelas VI. 1 sekarang sedang jam istirahat kantin begitu ramai, dan banyak yang makan atau hanya ada yang duduk manis di kantin ini.

Jauh dari tiga orang lelaki yang duduk di pojok kantin mereka sedang memikirkan hal yang bikin mereka berkecamuk dan gelisah.

"Lauren gimana iya kabarnya? Apakah sudah mau keluar atau belum iya?" ucap Pandhu dengan memecahkan keheningan di antara tiga lelaki itu.

Aji yang sedang melamun tiba-tiba mendengar nama Lauren pun melihat ke arah Pandhu. Ia juga sangat merindukan gadis pemalu itu, sudah berapa hari setelah Raina di bawa rumah sakit ia tak pernah masuk.

"Ada kabar baik, Raina sudah sadar dan lebih baiknya Lauren sudah mau membuka pintu kamarnya untuk Mei." Bima berteriak heboh, bahkan dirinya saja tidak sadar menjadi tontonan satu kantin akibat teriakannya.

Aji dan Pandhu saling berpandangan, mereka tidak menyangka akan membuat Lauren keluar kamarnya setelah mengurung dirinya dari awal Raina masuk rumah sakit hingga Raina sadar ia membukakan pintunya untuk Mei. Mereka bertiga bahagia, amat bahagia seolah ini seperti mimpi tapi bukan mimpi ini kenyataan.

"Kita ke rumah sakit sekarang." Bima berucap langsung meninggalkan kedua temannya di kantin, yang ada di pikirannya teman adu mulutnya sudah sadar.

"Itu Bima, Ji?" tanya Pandhu dengan mematung melihat sifat Bima yang sangat ingin segera ke rumah sakit menemui Raina.

"Ayo, kalau lu mau disini yaudah gua mau nyusul Bima." Aji setelah mengucapkan itu meninggalkan Pandhu sendirian di kantin dengan mulut terbuka.

Pandhu tersadar kini dirinya sendirian, kedua sahabatnya sudah pergi meninggalkan dirinya di kantin. "Woy tungguin gua!!"

Semua murid yang ada di kantin hanya bisa menertawakan sifat Pandhu yang mendadak lemot, biasanya mereka tau Pandhu adalah lelaki yang tidak lemot tapi dengan lelaki yang pintar kini mereka melihatnya sih Pandhu dengan tatapan lucu.

***

Hai Lauren kembali lagi, jangan lupa vote dan komen iya makasih

Instagram : aiviemarcelinaa

Publish : Bekasi, 20 April 2021

LaurenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang