Lauren merebahkan tubuhnya yang terasa pegal di atas ranjang empuk yang terletak dalam kamarnya. Baru semalam ia melewati hari yang panjangnya bersama Aji, lalu di lanjutkan melihat ke rumah orang tuanya dari jauh.
Ia sudah melihat orang tuanya dari jauh, sebelum akhirnya kedua orang tuanya mendekatinya. Yang ia butuhkan memang istirahat panjang. Dengan begitu, mungkin lelah yang di deranya akan menghilang, dan ia siap untuk berbicara dengan kedua orang tuanya besok.
Tanpa pikir panjang, Lauren menarik selimut tinggi-tinggi dan mengatupkan kedua matanya yang lelah. Suasana kamarnya yang baru terasa cukup nyaman. Terlihat jelas bahwa sebelumnya, tidak seperti ini. Mungkin ini yang diberikan oleh kedua orang tua sahabatnya, karena dirinya sudah mau berkata jujur kepada mereka.
Penciuman Lauren menangkap aroma terapi lilin yang diletakkan di atas meka dekat ranjangnya. Ia menyukai wangi-wangian itu.
"Lauren, bangun!" tiba-tiba terdengar suara Raina dalam jarak dekat. Dengan mata terpejam, ia merasa bahwa tubuhnya digoyang-goyang. Matanya terasa sulit sekali untuk dibuka, seolah-olah ada perekat berkekuatan super yang menempelkan katup matanya.
Walau berat, akhirnya kedua matanya itu terbuka juga. Sinar lampu yang terang membuat matanya silau akan cahaya yang baru.
"Bangun, mandi lalu akan aku siapkan makanan untuk kamu." perintah Raina setelah itu ia pergi meninggalkan Lauren di kamarnya.
Lauren dengan malas ia berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamarnya, padahal matanya masih sangat berat tapi apa boleh buat jika ia tidak makan maka Raina akan mengamuk padanya.
***
Lauren turun menuruni tangga dengan wajah yang sangat segar, dan setelah mandi ia bergegas turun kebawah pasti semua sudah menunggunya untuk makan bersama. Tepat saat ingin turun ia melihat ke arah kamar Mei, kamar itu terbuka dan keluar lah Mei dengan balutan baju rumahan.
Mereka berdua menuruni tangga dengan bersama-sama semua yang ada di meja makan menatapnya dengan senyuman, yang ia pikirkan saat ini semua orang tidak terlalu buruk terutama keluarga besar angkat Raina. Mereka begitu menerimanya dan menerima Mei, mereka menerima dengan hati tulus bahkan tidak ada yang membedakan Lauren dengan Mei, atau Lauren dengan Raina semua sama diperlakukan dengan baik.
Syahrian melihat kedua putrinya sangat bahagia, semua akur dan tidak ada rasa iri atau ingin di perhatikan lebih. Semua akur dan ia sangat bangga kepada ketiga putrinya itu. "Selamat malam Lauren dan Mei."
"Selamat malam daddy." jawab Lauren dan Mei dengan kompak.
Euis yang keluar dari arah dapur membawa banyak makanan ditangannya melihat kedua putrinya sudah turun pun merasa senang. "Kalian baru turun?"
"Iya mommy maaf kami baru turun." ucap Lauren dengan tertunduk.
Euis tersenyum, ia paham kedua putrinya pasti sangat lelah. Apalagi Lauren pasti ia masih sangat lelah. "Tidak apa-apa, kalian sekarang makan nanti kalian boleh lanjut istirahat."
"Mei gimana sekolah kamu sayang?" Syahrian melihat Mei ia ingin bertanya apakah Mei menyukai sekolahanya, atau ia kesusahan di sekolah tersebut.
Mei melihat ke arah Syahrian, ia paham akan pertanyaan Syahrian, ia terkenal akan pendiamnya dibanding para saudara-saudaranya. "Baik, daddy dan ia begitu."
"Mei sering di tatap sama Pandhu daddy, dan Lauren ia sedang di dekati lelaki yang daddy marahi waktu itu. Dan parahnya daddy lelaki itu pindah ke kelas kami." goda Raina kepada Mei dan Lauren, ia menceritakan semua yang terjadi di sekolah. Dan yang dibicarakan hanya bisa pasrah.
"Raina kamu jangan begitu sayang, lihat muka saudara kamu mereka jadi tidak enak di pandang." balas Euis yang ikut menggoda kedua putrinya.
"Apakah itu benar?"
"Itu benar daddy, Aji pindah ke kelas kami dan berserta teman-temannya."
"Mei apakah kamu tidak tertarik pada siapa itu namanya."
"Pandhu daddy!!"
"Ah iya itu Pandhu, apakah kamu tidak suka dengannya?"
"Tidak, maksudnya aku ingin fokus sekolah dulu daddy."
"Lalu, Lauren gimana dengan Aji? Apakah kemana kisah kalian?"
"Yah seperti itu momm."
"Lalu kamu Raina, kapan kamu akan membahas lelaki seperti hanya kamu saja yang tidak tertarik dengan lelaki atau kamu tidak suka?"
"Aku? Aku memilih berpacaran dengan makanan dan tumpukan novel dibanding harus menceritakan sebuah kisah lelaki momm."
Yang ada di meja makan semua melotot dengan ucapan Raina mana bisa manusia berpacaran dengan sebuah makanan dan novel. Raina ini ada-ada saja, pantas sekali dirinya susah untuk di dekati karena dirinya selalu menutup jika ada yang ingin berkenalan dengannya bahkan lawan jenisnya sudah kalah duluan.
Makan malam kali ini menyenangkan banyak sekali saling menggoda satu sama lain, bahkan para orang tua tidak kalah ikut menggoda para putri mereka. Putri mereka semakin hari semakin cantik dan semakin dewasa, rasanya para orang tua mereka ingin menghentikan waktu sebenar saja hanya demi bersama para putrinya.
***
Setelah makan malam selesai para putri dan orang tua naik ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan menunggu hari esok akan tiba.
Lauren masuk ke kamarnya, dan ia langsung duduk di balkon kamarnya ia masih memikirkan kedua orang tuanya. Bahkan ia ingin seperti di meja makan bersama keluarga kandungnya, tapi ia malah mendapatkan melalui keluarga Raina bukan keluarganya.
Langit kamarnya dari arah balkon sangat indah, langitnya banyak bintang seolah para bintang menemani malamnya yang sangat melelahkan bahkan bisa dikatakan dirinya sesungguhnya tidak sanggup akan kenyataan pahit yang ia terima saat ini.
Sampai kapan ayah dan ibu seperti ini kepada aku? Aku merindukan kalian. Aku merindukan pelukan hangat kalian, aku merindukan kehangatan keluarga seperti yang lain. Aku ingin makan di suapi oleh oleh ayah dan ibu. Ayah apakah kamu tau cinta pertama seorang anak itu adalah ayahnya sendiri, kenapa ayah memperlakukan aku seperti orang asing yah? Apakah aku punya salah kepada ayah? Jika ia katakan yah? Untuk ibu, aku sangat menyayangimu, tapi apakah aku salah ingin dipeluk oleh ibu ku sendiri dibanding pelukan kamu tak ada yang membuat aku bahagia. Disini aku memang bahagia, tapi hatiku tidak bu. Aku ingin mengatakan aku menyayangi mu dan ibu adalah surga ku, jika aku pergi aku ingin ibu memeluk aku terakhir kali saja. Batin Lauren.
Tanpa sadar air matanya keluar, tanpa sadar dirinya menangis menahan rindu yang sangat besar kepada orang tuanya meskipun orang tuanya tidak peduli tetapi dirinya masih menyayanginya bahkan tak pernah lelah mendatangi walau sering ditolak oleh ayah atau ibunya.
***
Laurennya kembali yuk jangan lupa vote dan komen iya sampai jumpa di cerita selanjutnya.
Publish : Bekasi, 25 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauren
RandomLauren seorang perempuan yang memiliki keturunan Belanda Indonesia dengan paras cantik, imut dan pemalu. Ia sering melihat kawan-kawannya bermain kesana kesini. Dan ia ingin bergabung, tetapi ia malu untuk berkenalan dengan mereka. Mei seorang perem...