Lauren 26

3 2 0
                                    

Lauren seharian mengurung diri di kamar, bahkan semua keluarga cemas tidak ada yang tau apa yang terjadi sama Lauren. Mereka khawatir, Lauren belum makan, bahkan untuk keluar kamar saja tidak.

Mei saja bingung kenapa Lauren mengurung dirinya di kamar tanpa makan dan tanpa minum, jangan kan makan minum melihat dirinya saja tidak mau masih saja mengurung dirinya.

Semua orang cemas dan khawatir, mereka takut Lauren kenapa-napa di dalam. Mereka bingung membujuk Lauren untuk keluar.

Tok tok tok

"Lauren, sayang buka yuk keluar kamu kenapa di dalam saja?" Syahrian ia berusaha mengetuk pintu kamar Lauren tapi tetap saja tidak ada jawabannya. Ia merasa sangat khawatir.

Euis yang melihat Syahrian pun mendekatinya. "Masih belum dibuka pintunya?"

Syahrian hanya bisa mengangguk lemas. Ia sudah mencoba tapi Lauren tidak mau menjawab ataupun membukakan pintu kamarnya itu. Euis juga bingung ada apa dengan anak perempuannya itu kenapa ia malah mengurung diri seperti ini, Raina masih di rumah sakit lalu Lauren mengurung dirinya ia begitu khawatir kepada kedua anaknya.

Tok tok tok

"Lauren keluar nak, mau sampai kapan kamu ngurung sayang? Kamu tidak ingin melihat Raina? Kamu ngga mau buat Raina cepat sadar? Keluar yuk, siapa tau kehadiran Lauren bikin Raina sadar terus kalian kumpul bersama lagi yuk nak keluar." Euis mencoba bicara dari depan kamar Lauren, memberi Lauren pengertian agar dirinya mau keluar dan tidak mengurung diri seperti ini tapi sama saja kaya Syahrian tidak ada jawaban maupun pintu kamar dibuka.

Sementara di dalam kamar Lauren mendengar apa yang Syahrian dan Euis katakan, hanya saja ia tidak ingin keluar kamar ia hanya ingin di dalam kamar sendirian dengan suasana kamar yang gelap tanpa cahaya masuk. Gorden kamarnya pun ia tutup, bahkan kamar seperti goa yang gelap tanpa pencahayaan atau tanpa ada kata terang.

Maafkan aku mommy, maafkan aku daddy. Tapi aku sudah tidak kuat menahan ini semua, aku tidak sanggup aku menyerah dengan perjuangan yang perjuangkan tapi tidak di anggap aku memilih munudur saja. Batin Lauren.

Mei, yang melihatnya ikut sedih kenapa harus setelah Raina masuk rumah sakit Lauren ikut begini. Ia merasa sendirian seperti pertama kali sebelum ketemu Lauren dan Raina ia tidak sanggup seperti ini. Ia merasa ini hanyalah mimpi, ia harus bangun dari mimpi kelam ini.

Lauren, keluarlah aku mohon. Aku tidak mau sendirian tidak ada kamu dan Raina tidak menyenangkan. Aku terasa sendiri seperti pertama kali, aku mohon keluar temani aku, temani aku untuk bertahan hidup. Raina bahkan tidak bangun dari tidur panjangnya, kamu jangan seperti Raina yang nanti akhirnya pergi aku tidak sanggup. Batin Mei.

Tanpa sadar air mata Mei ikut turun akibat ia menangis, ia juga tidak mau kehilangan Raina ataupun Lauren, baginya salah satu dari mereka itu sangat berharga.

***

Kelas VI. 1 semuanya sedang sibuk menunggu guru yang masuk, bahkan sambil ada yang bermain ponsel dan ada yang bergosip riang seolah sekolahan hanya untuk ajang kumpul-kumpul para murid.

"Lu dengar ngga, Raina masuk Rumah sakit bahkan sudah mau 3 hari belum sadar kasian iya."

"Iya kasian, apalagi Lauren sama Mei pasti sedih."

"Alah itu cuma drama, apalagi kedua kawannya gua dengar kaga masuk. Katanya nih dari orang tua mereka, Lauren ngurung diri di kamar terus Mei ikut kaga masuk."

"Astaga segitunya persahabatan mereka iya, satu terluka pasti yang lain ikut terluka. Gua salut sama mereka."

"Apaan segitu aja salut, cih menjijikkan tau."

Aji, Pandhu dan Bima yang mendengar itu naik pitam, bagaimana bisa orang yang sakit bahkan jatuh depan banyak orang dibilang drama sungguh ini keterlaluan. Mereka bertiga mendatangi para murid yang bergosip itu, ia tidak peduli jika ini di sekolah mereka tidak tau kebenaran yang terjadi.

Brak

Semua siswa yang ada di kelas kaget, Aji memukul meja yant dimana isinya para murid perempuan berbicara tentang Lauren, Mei dan Raina. Mata Aji begitu marah bahkan tidak ada yang berani menatap mata itu.

Aji menatap ketiga perempuan itu dengan emosi yang di tahan. "Maksudnya apa omongin Lauren, Raina sama Mei? Lu ada masalah apa sama mereka hm?"

Ketiga perempuan itu langsung menunduk bagi mereka baru kali ini melihat Aji marah seperti ini, Aji yang terkenal cuek dan datar mendadak sangat marah seperti ketenangannya di usik oleh orang lain.

"Jawab, itu Aji nanya. Tadi aja ngomongin orang bisa, sekarang pas di tanya sama Aji kaga ada yang berani!!" ungkap Bima dengan melirik ketiganya.

"Kalo kalian engga tau permasalahannya diam, jangan banyak koar. Kalo kalian kaga suka bilang langsung, jangan pas orangnya engga ada berani." lanjut Pandhu dengan omongan pedas.

"Gua ingetin ke kalian, Raina sakit akibat bela Lauren. Persahabatan Raina murni tulus, bahkan soal Lauren murung itu, bagi gua wajar karena mereka dekat seperti adik kakak. Kalo kalian kaga suka ngomong pas mereka masuk, kalian cuma berani ngomong pas orangnya kaga ada. Pas ada pada diem, ini sekolah bukan ajang lu nyari musuh. Ini buat nyari ilmu. Lu terlalu sirik sama kehidupan orang lain tanpa mengaca dulu diri lu pantas atau tidak!!" Aji menujuk ketiga murid itu, bahkan ketiganya tidak bisa bicara saat ini.

Semua yang menonton pun ikut merasakan ketegangannya, tapi mereka juga mengerti maksudnya Aji berkata seperti itu. Jangan pernah menilai seseorang dari luar saja, tapi menilainya juga dari hati baru kalian akan tau siapa tulus dan tidak.

Aji, Pandhu dan Bima meninggalkan kelas, mood mereka untuk belajar sudah tidak ada akibat ketiga murid itu. Mereka tidak habis pikir ada orang yang seperti itu saat ini.

***

Laurennya sudah update yuk di serbu, jangan lupa vote dan komen makasih.

Publish : Bekasi, 16 April 2021

LaurenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang