Lauren 17

6 2 0
                                    

Tiga perempuan itu sudah berada di depan rumah sang sahabatnya, sesuai permintaan sahabatnya mereka ikut menemaninya.

Halaman itu sepi seperti tidak ada yang merawatnya, padahal kalau dimasuki ada seorang orang tua yang tinggal karena mereka susah berinteraksi dengan tetangga jadi mereka selalu di dalam rumah.

"Lau apakah kamu yakin ingin bertemu Ibumu?" Raina cemas, ia tidak ingin Lauren terluka karena penakan Ibunya kepadanya.

"Yakin sudah kamu tidak usah khawatir, aku sudah biasa." ucap Lauren dengan yakin, ia tahu sahabatnya khawatir dan ia juga tahu pasti Ibunya selalu menolaknya.

Raina menghela napas berat,  jika sudah begini artinya keputusan Lauren sudah bulat sulit untuk membujuknya. Jadi ia akan membiarkan dan ia tak akan melarangnya, ia hanya rindu kepada sang Ibunya.

Tok tok tok

Lauren terus mengetuk pintu rumahnya berharap sang Ibu atau tidak Ayahnya keluar paling tidak ia bisa bertemu keluarganya.

Keluarlah seoran lelaki paruh baya dengan pakaian rumah, awalnya dirinya sedang di ruang tengah tapi saat mendengar pintu rumahnya diketuk ia berjalan membukakan pintunya.

Lauren terkejut melihat yang keluar adalah sang Ayah ia sangat merindukan Ayahnya, hingga tidak sadar air matanya turun secara perlahan. "A-yah."

Aditya Delvanio adalah Ayah dari Lauren. Aditya tersentak melihat putrinya ada di rumahnya, yang ia tahu putrinya pergi mengejar pendidikan bersama temannya itu yang ia tahu dari istrinya. "Lauren."

"Ayah, Lau rindu dengan Ayah gimana kabar Ayah? Ayah sehat kan?  Ayah istirahat yang cukup kan?" Lauren bertanya bertubi-tubi tak membiarkan sang Ayah menjawab.

"Lauren gimana Ayah kamu akan menjawab jika kamu tidak membiarkan beliau berbicara?" Raina menegur temannya, bagaimana bisa Ayahnya akan menjawab jika anaknya bertanya tidak ada hentinya.

Lauren mengaruk tengkuk yang tidak gatal, apa yang dikatakan sahabatnya ada benarnya, sekarang ia merasa malu dihapadan kedua sahabatnya.

"Mari masuk, Ibu sedang keluar membeli kebutuhan rumah." Aditya mempersilakan Lauren dan kedua sahabatnya untuk masuk.

"Makasih, Yah." balas Lauren dengan senyuman.

Aditya menatap putrinya, kini putrinya sudah mau bicara banyak padahal dulu ia selalu melihat putrinya di dalam kamar dan hanya bersama boneka kelincinya. Banyak sudah perubahan yang dialami sang anak, tapi dirinya tidak bisa melihatnya.

"Ada apa kalian kesini?" tanya Aditya dengan serius.

"Aku datang kesini karena rindu dengan Ayah dan Ibu.," ucap Lauren lirih.

Aditya, Raina dan Mei bisa melihat begitu besar rasa sayang Lauren kepada keluarganya. Meskipun ia sering ditolak, dimaki, dihina bahkan diusir oleh sang Ibu. Lauren tetap menyayanginya, bahkan tidak ada rasa benci di dalam hatinya dirinya percaya bahwa suatu saat hari Ibu dan Ayahnya akan menerimanya dan akan menyayanginya juga.

Aditya bisa melihat mata putrinya begitu banyak rasa sayang yang terdapat di dalam mata putrinya, bahkan banyak rasa kesedihan yang putrinya terima tapi putrinya tetap menyayangi dirinya.

"Ayah apakah Ibu masih lama? Jika masih lama tolong beritahukan bahwa aku kesini untuk menemui. Langit juga sudah mulai gelap, nanti aku akan sering kesini untuk melihat kalian. Aku izin pulang, Yah."

"Akan saya beritahu,terima kasih sudah berkunjung."

"Sama-sama, Yah." balas Lauren dengan memeluk sang Ayah.

Aditya yang mendapatkan pelukan tiba-tiba oleh anaknya merasa bingung harus bagaimana, karena dirinya tidak dekat bahkan tidak pernah berbicara seperti ini.

Lauren berharap Ayahnya akan membalas pelukannya tetapi tidak, setidaknya dirinya tidak dilarang untuk memeluk lelaki yang menjadi cinta pertamanya ini. Baginya sosok lelaki yang sekarang ia peluk adalah cinta pertamanya, Ayahnya adalah cinta pertama bagi Lauren. Maka dengan itu ia bertekat untuk membuat keluarganya bahagia.

"Lauren pulang dulu Yah."

Aditya menatap punggung anaknya yang mulai menjauh, ia merasa menjadi seorang Ayah yang kejam padahal dulu ia tahu alasan anaknya trauma dan mengurung dirinya di kamar. Dirinya juga tahu kenapa anaknya hanya ditemani oleh boneka kesayangannya dirinya tahu semua, tapi logikanya membuatnya enggan mendekati anaknya. Rasa gengsinya yang terlalu tinggi hingga tanpa sadar dirinya dan istri membuat luka dihati sang anak.

***

Raina melihat ke arah Lauren dari sepulang berkunjung melihat kedua orang tuanya, Lauren banyak diam dan melamun bahkan ia bingung ingin bertanya takut nanti membuatnya terluka.

"Lauren kenapa melamun?" Raina mencoba bertanya ia tidak ingin sahabatnya seperti ini.

"Ah tidak, aku hanya merindukan Ibu. Tapi aku juga bahagia karena aku bisa memeluk Ayah tanpa dilarang olehnya." balasnya dengan gembira.

"Raina, Lauren aku izin pulang ke rumah aku iya?" Mei berucap tiba-tiba. Ia melihat Lauren dan Ayahnya membuatnya juga rindu Mama dan Papanya.

"Baiklah kami akan mengantarnya, nanti aku akan bilang ke Mommy dan Daddy."

"Terimakasih kembali Mei yang cantik."

Sesuai perkataan Raina kini Lauren dan Raina sedang mengantar Mei pulang ke rumahnya, ia bersyukur Raina mengerti maksudnya. Ia pikir dirinya tidak di izinkan untuk pulang, ternyata salah malah Lauren dan Raina ikut mengantarnya.

Mereka berhenti di depan rumah yang besar, mereka baru tahu kalau rumah asli Mei besar dan luas.

Tepat saat mereka turun, Mei melihat Mama dan Papanya yang sedang berjalan.

"Ma, Pa kalian mau kemana?" tanya Mei kepada orang tuanya.

"Kami ingin melihat toko. Kamu di rumah saja, ada Bibi saya sudah menyuruh Bibi menyiapkan makanan untuk kamu." ucap seorang perempuan paruh baya yang tak lain adalah Salsabila Syafira ibu dari Mei.

"Mereka siapa?" tanya Giordano Christian sang Ayah.

"Mereka sahabat Mei di sekolah, Pah."

"Oh yaudah kami berangkat kalian jika ingin bermain silahkan masuk." setelah mengucapkan itu Salsabila dan Giordano pergi.

Mei melihat ke arah Mama dan Papanya hanya bisa diam, ia tidak bisa menahan kedua orang tuanya walaupun dirinya bisa tapi ia memahami kedua orang tuanya yang sibuk mencari uang untuknya.

Lauren melihat Mei ia juga merasakan apa yang dirasakan Mei, ia pikir hanya dirinya saja yang diabaikan oleh orang tuanya. Ternyata hari ini dirinya melihat sendiri, Mei sahabatnya juga sama diabaikan oleh kedua orang tuanya. Pantas saja Mei sifatnya pendiam, ternyata ini yang membuat sifatnya seperti itu.

Aku pikir orang tua Mei peduli tapi tidak, kini aku jadi teringat Ibu dan Ayah. Padahal tadi aku habis berkunjung melihat mereka. Batin Lauren.

***

Hai Laurennya sudah update yuk dibaca, masih anget lho, dan oh iya dikit lagi mau ending lho siap-siap iya kawan-kawan.

Jangan lupa di vote, lalu komen oke dan jangan lupa follow akun wattpad dan instagram saya makasih.

Wattpad : aiviemarcelinaa
Instagram : aiviemarcelinaa

Publish : Bekasi, 05 Maret 2021

LaurenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang