Pandhu, Aji, Bima segera ke rumah Syahrian ia sangat khawatir dengan kondisi Lauren. Kemana Lauren yang dulu ada Raina ceria tapi pas kaya gini juga Lauren malah engga seperti dulu. Semua sangat khawatir, khawatir jika Lauren bertindak di luar pikiran mereka. Mereka tidak ingin Lauren kenapa-napa.
Aji berjalan ke atas, Aji ingin mencoba apakah Lauren mau membukakan pintu kamarmya atau tidak ia ingin mencobanya. "Lauren, ini aku Aji, buka iya?"
Lauren yang di dalam kamar mendengar semua itu bahkan dirinya mendengar suara Aji yang masih ada di depan kamar, ia tidak mungkin keluar dengan keadaan sangat kacau.
Aji masih setia di depan kamar Lauren, ia masih ingin mengetahui penyebabnya kenapa Lauren mengurung dirinya di kamar bahkan tidak mau keluar. Bima dan Pandhu yang liat hanya bisa pasrah, ia juga tidak yakin bahwa ketika mereka mengetuk pintu kamarnya akan di buka.
***
Di rumah sakit.
Euis yang masih berjaga di ruangan Raina pun tidak henti-hentinya ia menunggu bahkan menjaga putrinya yang sedang bertarung nyawa dan kematiannya. Ia merasa kehilangan semangatnya, kedua putrinya terpuruk salah satunya ada di depannya dan satunya mengurung dirinya.
"Bagaimana keadaan Raina sekarang?" ungkap Syahrian yang baru sampe dan berdiri di belakang Euis. Syahrian yang tidak henti-hentinya menatap putrinya terbaring di rumah sakit.
"Masih sama saja, tapi aku berharap Raina cepat sadar agar membujuk Lauren keluar dari kamar. Aku sangat khawatir kepadanya Rian. Lauren juga anak aku sama seperti Raina dan Mei." ucap Euis dengan lirih. Hatinya sakit melihat kedua anaknya seperti ini.
Syahrian yang mendengar pun ikut juga memikirkan gimana pun mereka tetap putrinya, bukan cuma hanya Euis saja yang khawatir tapi Syahrian juga. Ia merasa gagal tidak bisa menjaga 3 putrinya itu. Ia merasa apa yang ia perbuat tidak cukup untuk menjaga 2 putrinya, ia juga masih beruntung 1 putrinya masih mau makan dan keluar kamar tetapi yang 2 putrinya ini yang membuatnya merasa gagal sebagai orang tua."Eugh." Raina nampak menahan sakit di sekujur tubuhnya. Ia hanya bisa melihat ruangan yang isinya hanya warna putih dan bau obat-obatan.
Syahrian dan Euis yang dengar suara melihat ke tempat Raina, mereka bahagia akhirnya doa mereka terjawab. Anak mereka sudah sadar.
"Cepat sembuh sayang." Syahrian menggenggam tangan Raina dengan penuh rasa bahagia dimatanya. "Lauren membutuhkan kamu sayang."
"Iya sayang, Lauren membutuhkan kamu dirumah, cepat sembuh iya sayang." ungkap Euis dengan mengelus rambut Raina.
"A-da a-pa den-gan Lau-ren?" Raina bertanya dengan suara terbata-bata ia bingung dengan maksud kedua orang tuanya, ada apa sebenarnya dengan sahabatnya, apa yang terjadi kepada sahabatnya? Kini semua pikiran berkecamuk di otaknya, ia tidak bisa berpikir jernih saat ini.
Euis yang melihat ke arah suaminya Syahrian pun bingung harus mengatakan apa, apa yang harus katakan kepada putrinya? Ia tidak bisa berkata yang sudah terjadi ia memilih lebih baik suaminya saja yang mengatakannya.
Syahrian mengangguk lalu duduk di depan Raina. "Lauren mengurung dirinya sayang, sudah mau 3 hari Lauren tidak pernah makan, tidak pernah sekolah dan hanya seharian ia mengurung diri di kamar. Bahkan daddy, mommy dan teman-teman kalian sudah mencoba tapi tetap saja tidak ada respon dari Lauren nak."
Raina yang mendengar kabar sahabatnya begitu ia sedih, kenapa bisa Lauren seperti ini lagi, ada masalah apa? Apa yang telah ia lewatkan hingga Lauren kembali menjadi Lauren pertama yang ia kenal. Lauren yang sekarang lebih banyak seperti Lauren awal dirinya mengenalnya. Ia merasa gagal juga sebagai sahabat tidak bisa ada di sampingnya.
***
Tok tok tok
Mei mengetuk pintu kamar Lauren, ia ingin memberitahukan padanya bahwa Raina sudah sadar ia harus membujuk Lauren membukakan pintu kamarnya agar ia tau apa yang terjadi kepada Lauren.
"Lauren, buka pintu kamu iya. Ini aku Mei, aku punya kabar baik buat kamu, kamu harus membukakan pintu kamar kamu Lau." Mei berucap dengan kuat, ia tidak kuasa melihat Lauren terus saja mengurung dirinya. Ia tidak ingin Lauren larut dalam kesedihannya.
Lauren yang mendengarnya dari dalam kamar pun penasaran, apa yang dimaksud Mei? Ia juga bingung kabar apa yang membuatnya terus berdiri di depan pintu kamarnya.
"Lau buka, Raina sudah sadar, apakah kamu akan terus mengurung dirimu di dalam? Apakah kamu tidak ingin melihat Raina? Apakah kamu tidak ingin berjumpa dengan Raina? Pasti Raina bahagia melihat kamu. Kamu tau itu kan? Keluar atau tidak bukakan pintu kamarmu untuk ku. Aku mohon." lanjut Mei dengan lirih. Ia sudah tidak tau harus bertindak seperti apa, apa yang terjadi pada Lauren pun ia tidak tau, semua orang merasa gagal melihat Lauren kesayangan mereka seperti ini.
Jadi ini berita baiknya, Raina sudah sadar. Raina sahabat aku sudah sadar? Apakah ini hanya hayalan semata atau hanya cuma untuk memancing dirinya keluar dari kamar ini. Tapi hatinya berkata bahwa Raina sudah sadar benar-benar. Batin Lauren.
Sedikit demi sedikit pintu kamar Lauren terbuka, Mei yang melihat itu bahagia, ternyata benar Lauren dan Raina sangat kuat. bahkan Mei juga merasa bahagia ada bersama mereka. Mei juga pernah merasakan kesedihan mendalam ketika ia kehilangan orang yang kita sayang, ketika orang kita sayang sedang tidak ada di dekat kita Mei merasakannya.
"Mei...."
Lauren beringsut bangun. Tubuhnya panas. Dia melihat ke arah sahabatnya dengan mata membinar. Apa yang terjadi benar?
"Mei..." Lauren memanggil parau. Kedua kakinya menuntun ke arah sahabatnya. Melangkah tergontai, Lauren keluar dari kamarnya. Air menetes menyusuri pipi, takut kali ini hanya hayalannya.
"Mei!"
"Lauren!" Mei langsung menghambur kebadan Lauren. Ia sangat sedih melihat muka Lauren jauh dari katakan baik-baik saja, mukanya banyak sekali mata sembab seperti habis nangis dan matanya banyak yang hitam.
"Apakah Raina sudah sadar?" tanya Lauren dengan di pelukan Mei.
"Iya, Raina sudah sadar aku ingin mengajak kamu kesana, ayuk?" Mei memberitahu hal yang benar. Ia tidak ingin melihat sahabatnya seperti ini.
"Ayuk, aku sudah tidak sabar. Aku rindu Raina, aku ingin kita bersama terus. Maafkan aku, hiks... hiks karena aku kalian harus-
"Stop Lauren, jangan bilang begitu kita sahabat, kita juga pernah memiliki perasaan yang seperti ini sebelum kita bertemu di keluarga kandung kita. Jadi jangan berkata seperti ini. Aku mohon, ini bukan salah kamu. Ini bukti ketulusan persahabatan kita. Aku juga minta maaf tidak bisa menjaga kamu maaf."
"Hiks.. Hiks kalian, kalian berarti bagi aku, aku tidak mau kehilangan kalian. Aku tidak ingin berpisah lagi, apalagi di antara kalian terluka aku tidak mau."
"Kita akan selamanya, aku akan selamanya untuk kamu dan Raina. Jadi jangan bicara seperti itu."
***
Laurennya kembali, update yuk di baca yuk serbu jangan lupa vote dan komen makasih.
Instagram : aiviemarcelinaa
Publish : Bekasi, 19 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauren
RandomLauren seorang perempuan yang memiliki keturunan Belanda Indonesia dengan paras cantik, imut dan pemalu. Ia sering melihat kawan-kawannya bermain kesana kesini. Dan ia ingin bergabung, tetapi ia malu untuk berkenalan dengan mereka. Mei seorang perem...