⋆✦⋆ 6 ⋆✦⋆

1.3K 282 28
                                    

࿇ ══━━━━✥◈𝓔𝓺𝓾𝓮𝓼𝓽𝓻𝓲𝓪𝓷 ◈✥━━━━══ ࿇


Ajakan Jeno untuk berdamai waktu itu ternyata diterima oleh Renjun. Namun, semua hal juga tidak dapat langsung berjalan lancar.

Walaupun sudah berdamai, mereka tetap saja bertengkar. Yang membedakannya adalah frekuensi pertengkaran mereka.

Misal, yang biasanya mereka bertengkar dua puluh kali sehari, nah untuk saat ini paling hanya lima belas kali.

Hanya berkurang lima sih, tapi 'kan itu baru permulaan saja. Siapa tahu semakin lama akan semakin berkurang frekuensi pertengkaran mereka.

"HEI LEE JENO! KAU INI BAGAIMANA, SIH?! KENAPA MALAH SEMAKIN LAMBAT?!" Protes Renjun sambil memperhatikan stopwatch yang dipegangnya.

Saat ini, dia sedang menemani Jeno berlatih. Tapi semakin lama pemuda tampan itu latihan, waktu yang ditempuh melewati rintangan bukannya semakin cepat.

Jeno mengarahkan kudanya ke tepi arena dan menghampiri Renjun. "Aku lelah, Huang. Kau tidak membiarkanku dan Blizzard istirahat. Bahkan untuk minum saja tidak boleh. Kejam sekali."

Renjun menggaruk kecil rambutnya, "Ah, maaf. Aku terlalu berambisi untuk menang. Sebentar, akan aku ambilkan kau minum."

Jeno tersenyum tipis saat melihat Renjun berlari kecil. Dia turun dan menarik kudanya —Blizzard, si kuda coklat keturunan ras Selle Francais— ke tepian untuk minum juga.

"Ini." Renjun menyodorkan sebotol air mineral, "Aku tidak tahu tas yang kau bawa disimpan dimana jadi kuberikan saja air milikku. Kau mau tidak?"

"Terserah, yang penting rasa hausku hilang," jawab Jeno sok cuek padahal di dalam hatinya dia bersorak bergembira.

Hehehe akan kuanggap ini sebagai indirect kiss dengan Renjun.

Jeno mulai meminumnya dan dirinya tersedak saat pemuda mungil itu tiba-tiba saja mengelap keringat di pelipisnya.

"A-apa y-yang kau lakukan?!" Tanya si tampan panik dan sedikit menjauhkan kepalanya.

"Hanya sedikit mengelap keringatmu. Kenapa?"

"Tidak. Aku hanya sedikit terkejut. Ya sudah lanjutkan, kau 'kan asistenku."

Renjun menoyor kepalanya, "Dasar, kau malah melunjak."

Jeno terkekeh, "Just kidding, Bro."

"Hhhh... Coba saja kau baik seperti ini padaku, pasti hidupku akan tentram tiga tahun ini," gumam Renjun.

"Maaf sebelumnya, tapi yang membuat hubungan kita menjadi runyam itu siapa, hm?"

Renjun mengendikkan bahunya, "Entah. Aduh, aku lapar sekali. Aku pergi duluan ya, Jen. Bye."

Tanpa melanjutkan obrolan itu, si mungil pergi dari arena pacuan. Sebenarnya, Renjun juga tahu jika ia yang salah selama ini, tetapi ia belum siap untuk meminta maaf.

Takutnya, setelah mereka berdamai malah timbul masalah lain yang dapat membuat Renjun merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

࿇ ══━━━━✥◈𝓔𝓺𝓾𝓮𝓼𝓽𝓻𝓲𝓪𝓷 ◈✥━━━━══ ࿇


Tiga hari kemudian...

"Bapak tidak mengerti kenapa kalian masih saja terus bertengkar apalagi sampai adu jotos seperti tadi. Apa kalian tidak bisa mengesampingkan ego masing-masing untuk beberapa waktu ini? Kalian itu adalah siswa terpilih dari ratusan siswa Areion, apa tidak malu bertengkar hanya karena hal yang belum jelas penyebabnya?" Tanya Pak Kun pada Renjun dan Jeno yang sudah menundukkan kepalanya.

[✓] Equestrian || NoRen [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang