Part 4 - Hot Secretary

317 46 6
                                    

"Bapak tinggal buka folder ini, lalu pilih data yang ingin ditinjau. Masukkan password yang sudah diberikan tim IT untuk membuka data. Di sini semua informasi perusahaan tentang pertambangan lengkap, Pak. Tapi hanya pegawai dengan level di atas sepuluh yang bisa mengakses. Jadi mohon maaf saya cuma bisa membantu sampai sini."

"Oh, ok. Nanti saya coba buka sendiri. Thanks, Mandira," ucap Sultan setelah sekretarisnya memberikan penjelasan. Aroma vanila lembut menguar dari tubuh gadis yang berdiri menunduk di sebelahnya. Aneh, Sultan tak merasakan gairah apa pun.

"Sahira, Pak," ralatnya tersenyum. Entah sudah berapa kali dia mengoreksi Sultan yang selalu salah menyebut namanya. "Apa ada lagi yang bisa saya bantu?"

Sultan berpikir sejenak. "Ehm ... tolong carikan semua info tentang Fasya."

"Fasya?" Sahira membeo sambil mengernyitkan dahi. Wajahnya berubah pucat, mungkin trauma dengan insiden pertemuan kemarin. "Fasya Liana Nafisha, Pak? Bupati Tuku?"

"Iya, yang kemarin ke sini. Tolong cari tahu semua tentang dia, riwayat kehidupan, pekerjaan, apa yang disukai, makanan, minuman, benda favorit, keluarga, apa pun pokoknya. Saya mau tahu semuanya."

Tanpa banyak pertanyaan, Sahira mengangguk mantap. "Oh, baik, Pak. Akan saya laksanakan. Ada lagi, Pak?"

"Sementara itu dulu, saya tunggu datanya paling lama setelah makan siang," perintah Sultan. Ia bersyukur karena gadis itu tak kepo dengan urusannya. "Oh, iya. Jangan sampai ada yang tahu tentang ini, ya."

"Siap, Pak," Sahira menunduk hormat. "Kalau begitu, saya permisi dulu."

Baru saja gadis kurus itu hendak beranjak, pintu tiba-tiba dibuka dengan keras. Seorang cewek berambut lurus sebahu merangsek masuk. Tubuhnya dibalut kemeja merah yang menampilkan belahan dada besarnya, juga rok mini di atas lutut berwarna senada. Dia menggeser posisi Sahira hingga nyaris terjatuh, kemudian menyelipkan badannya di antara Sultan dan sekretarisnya itu.

"Pak Sultan, mulai sekarang, saya yang akan jadi sekretaris Bapak," ucapnya dengan nada yang dibuat lembut dan manja.

"Loh, sejak kemarin bukannya Samira yang jadi sekretaris saya?" protes Sultan tak nyaman dengan posisinya. Biasanya ia pasti akan mengambil kesempatan dengan mencuri pandang atau bahkan berpura-pura menyenggol gundukan yang bergelayut di sebelah wajahnya. Namun entah mengapa, saat ini ia tak tertarik melihatnya.

"Sahira dipindah jadi sekretaris direktur pemasaran. Sekarang saya yang gantiin. Masa direktur utama sekretarisnya anak baru, sih? Saya yang paling senior di sini. Kemarin saya dapat laporan kalau dia nggak bisa mengatur pertemuan dengan Ibu Fasya Liana Nafisha," jelasnya dengan bibir mencebik. Ia menunjuk pintu sambil melotot pada Sahira yang ternganga. "Sahira, cepat bereskan barang-barang kamu. Se-ka-rang!" tegasnya.

"Loh, nggak bisa gitu, dong!" protes Sultan. "Bukannya saya yang bisa memindahkan pegawai? Kenapa kamu yang suruh-suruh?"

Wanita itu menurunkan kepalanya hingga berada tepat di depan wajah Sultan. Seketika suaranya berubah lembut. "Ini perintah Pak Putro. Dia bilang, saya yang lebih kompeten untuk menjadi sekretaris Pak Sultan karena Bapak baru di sini. Jadi, dia meminta Bapak untuk mematuhi perintahnya ini."

Menghela napas, Sultan malas berdebat lebih lanjut. "Ya sudah. Terima kasih, Sahira. Sudah banyak membantu saya sejak kemarin."

Sahira mengangguk dan bibirnya bergetar kala mengucapkan, "Sama-sama", dengan lirih. Wajahnya berubah muram, tangannya saling memilin. Sekilas Sultan melihatnya mengusap sudut mata dibalik kacamata, kemudian dia membungkuk hormat dan meninggalkan ruangan.

Tangan wanita di sebelah Sultan menjelajah ke bahunya. Jemari berhias kutek berwarna merah mengusap-usap pundak jasnya, membuat Sultan gerah. Bibir merahnya mendekati telinga pria itu dan berbisik nakal dengan desahan yang membuat berdiri bulu roma.

The Beauty Regent: Love, Secret, & DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang