"Kenapa Fasya, sih?" tanya Deryl sambil bersandar di besi haluan kapal.
Sultan meneguk minuman, mencari jawaban dari semilir angin yang berembus di tengah lautan. Tak menemukan, ia beralih memandang jauh ke batas cakrawala yang menjadi gradasi warna biru. Tak ada jawaban. "Emangnya Fasya kenapa?" Ia malah balik bertanya.
"Gue tau lo, Tan! Lo nggak bakal sebegininya ngejar cewek kalo nggak bener-bener suka. Tapi ... Fasya? Cewek itu bupati, Man! Bukan model atau artis biasa!"
"Terus, kenapa kalo bupati?"
Deryl berdecak. "Yah ... dia pasti banyak masalah. Gue tau, sih, dia cantik. Tapi buktinya dia yang bikin lo sama Merissa ...."
"Gue? Merissa? Astaga, Deryl! Lo percaya sama hoaks begitu?" pekik Sultan kesal. "Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Merissa."
"Yah ... itu, kan, yang beredar di sosmed!" kilah Deryl memutar bola mata.
"Ryl! Apa yang ada di sosmed itu nggak bisa jadi bukti! Bisa aja itu cuma ulah oknum yang memanfaatkan situasi! Mereka cuma pengen Fasya menjauh dari gue."
"Ah, susah ngomong sama bucin!" balas Deryl. "Di otak lo cuma ada Fasya aja, cewek yang emang susah diraih! Padahal di dekat lo, ada Merissa yang nggak kalah cantik."
Kata-kata Deryl menusuk kewarasan Sultan. Selama ini ia tak pernah menyangka akan menyukai seorang perempuan sedemikian dalamnya. Bukan karena tubuh indahnya, bukan karena rencana menguasai lahan. Tapi karena dia adalah Fasya, gadis pertama yang membuatnya nyaris gila karena tak bisa menghubunginya.
Seorang pria tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Dia melihat dua orang yang terombang-ambing di laut lepas sedang melambaikan tangan. Sultan menerima teropong yang diberikan pria itu dan jantunnya tercekat. Benar apa katanya.
"Kita tolong orang itu dulu, Ryl!" perintah Sultan seolah kapal itu miliknya.
"Tapi nggak apa-apa lo nggak ketemu Fasya di Pulau Pelangi?" Deryl mengernyitkan dahi.
"Nggak apa-apa. Masih ada kesempatan lain buat ketemu Fasya," ucap Sultan. "Tapi nyelametin orang, belum tentu ada kesempatan lagi."
"Gila, Tan! Omongan lo udah kayak Spiderman," pekik Deryl terperangah.
"Bangke! Jangan banyak omong! Cepat putar haluan!"
"Aye-aye, Kapten! Kita tolong orang itu!" ujar Deryl bersemangat. "Eh, tunggu! Kan, gue kaptennya!"
***
Sultan bersama pria tua yang menyerahkan teropong tadi melompat ke laut sambil membawa ban yang terikat tali. Mereka menghampiri kedua orang yang tampak kepayahan dan mulai tak bertenaga. Anak buah kapal itu menolong korban laki-laki yang jaraknya lebih dekat, sedangkan Sultan berenang lebih jauh mendekati yang lain. Ternyata korban lainnya adalah seorang perempuan berambut panjang.
Setelah berhasil merangkul korban, Sultan berpegangan pada ban jingga yang tadi dibawa. Deryl dan kru lain menarik mereka dari atas kapal hingga mereka berhasil tiba di geladak. Sultan membuka kacamata selam dari wanita itu dengan kulit dan bibir pucat itu. Betapa terkejutnya ia kalau ternyata gadis itu adalah Fasya!
"Sultan?" bisiknya lirih. Matanya yang semula mengernyit seketika terpejam.
"Ya Tuhan! Fasya! Kenapa kamu bisa di laut?" pekik Sultan dengan napasnya yang seolah berhenti. Ia mengusap-usap tangannya untuk memberikan kehangatan di pipi wanita itu. "Ayo, kita bawa mereka masuk!"
Sultan menggendong Fasya menuju sebuah bilik. Deryl meminta tolong pada seorang penumpang perempuan untuk membantu Fasya berganti baju yang kering. Sementara Fasya sedang berganti baju, Sultan meminta koki membuatkan bubur dan teh manis hangat untuk mengisi perut Fasya. Ia bergegas kembali ke bilik dan mendapati penumpang perempuan tadi baru saja selesai melakukan tugasnya. Tanpa pikir panjang, ia segera menghambur masuk dan menggenggam tangan Fasya yang terbaring lemas di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Regent: Love, Secret, & Danger
RomanceOPEN PO 15 - 21 November 2021 Link pemesanan ada di bio Sultan Bagaskara, Direktur Utama PT Tambang Bagaskara, ditugaskan untuk mendapatkan hati Fasya Liana Nafisha, Bupati Kabupaten Tuku yang terletak di ujung Indonesia. Dia harus bisa membuat Fasy...