4

742 145 79
                                    

Warning!!
Cetak miring flashback

.
.
.

"kita bahkan sudah lulus kuliah, dan kau masih menyukai Jungkook?" Suzy mengangguk pasti atas pertanyaan Taehyung.

"Bukankah kau bilang aku masih ada kesempatan untuk dekat dengannya? Lagipula selama ini Jungkook selalu menyukai apa yang aku berikan bukan?" Suzy menyusun rapi kue yang dibuat khusus untuk Jungkook.

Taehyung mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya, menghasilkan suara yang seirama. Bagaimana kalau sampai Suzy tahu semua surat juga kado untuk Jungkook selama ini tidak pernah sampai pada tangan lelaki itu?

Lama Taehyung memperhatikan Suzy, "menurutmu apa Jungkook akan menyukai kue buatan ku ini?" Taehyung bergumam kecil membuat Suzy berbalik hingga tatapannya bertemu dengan mata hitam Taehyung.

Perempuan itu tersenyum kecil, membuat Taehyung juga ikut tersenyum. "Jungkook pasti akan menyukai kue ini kan? Ia penyuka yang manis-manis. Sama sepertimu Taehyung," senyum Taehyung perlahan luntur mendengar penuturan perempuan itu.

"Ya, dia-aku-pasti menyukainya, Suzy-ah.. kau jangan terlalu berharap padanya ya?"

Suzy memicingkan matanya mendengar ucapan Taehyung, "Kenapa? Bukankah kau bilang Jungkook juga menyukaiku?"

"Hanya jangan terlalu berharap, kita tidak pernah tahu isi hati seseorang." Suzy menghela napas kecil, "benar, meskipun kau mengatakan Jungkook menyukaiku Ia tidak pernah mengenaliku. Beberapa kali kita bertemu, tapi dia tidak pernah mengenaliku sebagai Bae Suzy, orang yang selalu mengirimnya makanan juga surat. Kalau benar dia menyukaiku, bukannya dia harus mencari tahu tentangku?" Ucap  Suzy pelan seakan menyadari sesuatu.

Taehyung terdiam mendengar ucapan Suzy, 'Ia tidak akan pernah mengenalmu Suzy, bahkan mengingat namamu pun tidak. Karena aku tidak pernah memberikan apa yang seharusnya aku berikan, maafkan aku.'

"Cobalah untuk membuka hati untuk laki-laki lain,"

"Kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu? Apa Jungkook memiliki kekasih?" Suzy menatap Taehyung serius, perasaannya mendadak tidak tenang.

"Jungkook akan ke Nantes, Ia akan tinggal dan memulai hidup baru di sana."

"Nantes? Dimana itu?"

"Prancis."

.
.
.
.
.

"Kau benar-benar akan meninggalkan Korea?" Hoseok menepuk pundak Jungkook, memberi salam.

"Dia benar-benar definisi dari budak cinta, hyung." Jimin menimpali.

"Kenapa begitu?" Namjoon yang baru datang bersama Hoseok bertanya penasaran.

"Kekasihnya tinggal di sana, anak ini tidak mau jauh dari kekasihnya. Padahal wanita Korea juga tidak kalah sexy dari wanitanya, iya kan hyung?" Jimin meminta pembenaran dari Yoongi yang duduk disampingnya. Sedangkan Yoongi hanya bergumam kecil membuat Jimin mencibir karena respon dingin Yoongi dan itu membuat Jungkook tertawa lepas karenanya. 

"Bukan karena itu alasanku ikut ke Nantas, aku tidak bisa membiarkan dia hidup sendiri apalagi sekarang Ia tengah mengandung anakku." Semua membulatkan matanya terkejut ketika mendengar ucapan Jungkook tak terkecuali Yoongi.

"Kenapa kau tidak hati-hati saat melakukannya?!!" Jimin selalu mengutarakan pikirannya tanpa penyaringan.

"Haruskah aku mengatakan aku terlalu menikmatinya," satu bantal melayang tepat mengenai kepala Jungkook, Yoongi pelakunya.

MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang