7. Sisi Lain Kevlar

6 0 0
                                    

Assalamu'alaikum readers...
Selamat membaca ya...
Jangan lupa loh, vote dan komennya.

❤️❤️❤️

***
Cuplikan part 6

"Pak, kita mau kemana? Saya akan mengendarai motor saja, supaya tidak macet." Alasanku.

"Cepatlah masuk, jangan buang-buang waktu!" Perintahnya dengan nada meninggi.

"Yasudah, Bapak bilang saja kita mau ke mana. Saya tidak akan kabur kok, saya benar-benar akan mengikuti bapak menggunakan motor. Yasudah Bapak jalan duluan, saya akan mengambil motor saya di sana." Tunjukku pada parkiran motor yang lumayan jauh dari sini. Itu membuatku berlari agar tidak kehilangan arah Pak Kevlar karena ia tidak memberi tahu mau ke mana.

Mobilnya sudah terlihat mundur. Baguslah, ia tidak banyak protes kali ini.

Aku semakin cepat berlari. Bodok amat dia mau berpikir apa, karena aku yakin sekarang ia sedang mengataiku sebagai wanita bodoh yang tidak mau berkesempatan untuk naik mobil mewah miliknya, dan kini malah memilih berlari untuk naik motor dalam keadaan cuaca yang super terik ini.

***

Kini jarak motorku dengan mobil yang dikendarai oleh Pak Kevlar tidak begitu jauh. Aku berhasil menyusulnya dengan kecepatan bak seorang pembalap.

Sepertinya, ia sengaja melajukan mobilnya dengan ngebut. Ia memang tidak pernah memberiku kesempatan untuk santai, walau hanya sedikit saja. Menyebalkan bukan?

Untungnya jalanan lengang, karena ini adalah jam sibuk orang-orang dalam bekerja.

Ternyata Pak Kevlar hendak ke sebuah restoran karena sein mobil sebelah kiri Pak Kevlar berkedip, menandakan ia akan belok kiri, ke arah sebuah restoran langganan ketika bertemu client.

Ia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mobil. Sedangkan aku memarkirkan motorku di parkiran depan restoran yang sudah berjejer puluhan motor lainnya.

Setelah aku mengunci setang motorku, handphoneku mengeluarkan suara dering panggilan telepon dari Pak Kevlar yang pastinya akan menyuruhku untuk segera menemuinya.

"Ha-"

"Segeralah masuk."

Tut...tut...

Baiklah, aku sudah hafal dengan tingkah lakunya yang hanya menelepon untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata berupa perintah.

Saat ini kondisi restoran tidak begitu ramai karena sudah lewat jam makan siang. Jadi, aku bisa dengan mudah menemukan Pak Kevlar yang memilih untuk duduk di kursi paling pojok. Dia pintar memilih tempat, di dekat situ kami bisa melihat kolam ikan yang airnya begitu jernih serta ada tanaman bunga berwarna-warni dan pepohonan di sekitarnya, membuat suasana menjadi sejuk dan pastinya, nafsu makan meningkat, hehe.

"Sepertinya, bekicot sudah punya teman tanding untuk ia kalahkan." Ucapnya saat aku menarik kursi untuk duduk.

Aku tahu, dia sedang menyindirku. Sungguh menyebalkan.

"Ya maaf Pak, lagian client Bapak juga belum datang kan." Cibirku. Aku tak mau terus disalahkan olehnya. Lama-lama kalau didiamkan bisa ngelunjak dia.

"Client? apakah ada di jadwal yang kamu buat kalau hari ini saya akan bertemu client?"

Ya, dia lebih pintar. Pintar membuatku bingung mau menjawab apa, padahal sudah jelas-jelas kalau dia memang suka mengubah jadwal sesuka hatinya.

"Lalu, kita mau apa ke sini?"

"Aku lapar."

Tumben ia mengajakku untuk makan. Kesambet apa dia hari ini?

Baku BekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang