Assalamu'alaikum....
Selamat membaca....
Semoga suka ya dengan cerita ini, jangan lupa beri vote dan komentar kalian ya.•••
Di hadapanku sudah tersedia berbagai alat make-up. Almira, sahabat sekaligus teman satu kosan ku sudah berdiri di hadapanku dengan senyum lebarnya."Siap?" Tanyanya.
"Siap gak siap harus siap." Jawabku tak yakin.
Sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan Almira, dia saja sangat jarang menggunakan make-up, dia hanya suka mengoleksi make-up hanya untuk hiasan di kamarnya. Hal itu ia katakan padaku waktu pertama kali aku memasuki kamar kosannya. Aku takjub melihat alat makeup di meja riasnya yang begitu lengkap.
"Wah...kamu suka make-up ya? Banyak banget alat-alat make-up kamu..."
Almira terkekeh saat melihat ekspresiku yang begitu takjub hanya karena melihat alat make-up miliknya yang begitu lengkap. Aku takjub karena ia adalah anak kos, untuk apa ia sampai memiliki meja rias yang dipenuhi dengan berbagai make-upnya. Kamar kos Almira memang berukuran besar, berbeda dengan kamar kos ku yang kecil yang hanya cukup untuk kasur dan satu lemari kecil saja.
Setelah kekehannya berhenti, Almira mengakui bahwa ia membeli make-up itu hanya untuk koleksi dan hiasan di kamarnya.
"Itu cuma untuk hiasan kamar aja kok. Biar kalau ada temen aku yang dateng ke sini mereka bisa nyobain pake make-up aku." Beri tahu Almira yang berhasil membuatku tercengang karena make-up sebanyak itu hanya untuk koleksi dan hiasan saja? Kalau aku lebih baik uangnya untuk kebutuhan sehari-hari deh.
Tanpa aba-aba Almira langsung memolesi wajahku dengan makeup yang entah itu apa namanya, aku tak paham tentang make-up, rasanya pipiku dingin karena olesan make-up itu. Itu membuatku terlonjak kaget.
"Almira... kok gak kasih aba-aba sih kalau mau mulai make-upnya." Aku memprotesnya, ia memang benar-benar membuatku kaget, aku kan sedang mengingat masa laluku saat melihat make-up di kamarnya, dan ternyata sekarang make-up make-up itu akan sangat berguna untukku. Kata Almira jika nanti aku sudah bekerja, aku boleh memakainya. Padahal sebelumnya aku suka kesal karena Almira membuang-buang uang hanya untuk membeli makeup yang sangat jarang ia pakai.
"Kamu pikir mau lomba lari apa, harus pake aba-aba segala." Jawab Almira sambil asyik meratakan foundation ke wajahku.
"Ya setidaknya bilang apa gitu kek biar aku gak kaget."
"Kan tadi aku udah nanya, udah siap belum? dan kamu jawab kan, gimana sih? Makanya jangan kebanyakan melamun." Ocehnya.
Ah, iya juga, aku sampai lupa kalau tadi Almira memang sudah menanyaiku, itu akibat lamunanku tadi, padahal hanya melamuni tentang Almira, bagaimana kalau mengingat hal-hal yang lain.
"Makanya fokus neng." Celetuk Almira.
"Kamu juga fokus, jangan sampai aku jadi badut ya."
"Tenang aja, kamu bakal jadi cantik di tangan aku." Ucap Almira dengan percaya diri, kedua alisnya di naik turunkan sambil tersenyum lebar, menyombongkan diri.
"Aamiin..." Tak mau terlalu panjang lebar, aku mengaminkan saja ucapan percaya dirinya itu. Jika ditanggapi lebih lanjut, akan lebih panjang ceritanya jika berurusan dengan Almira yang ceriwis.
Almira cekikikan ketika mendengar jawabanku itu, ia paham jika aku sudah menjawab seperti itu tandanya aku sedang tidak mood untuk mendengarkan ocehannya yang akan panjang kali lebar dan tak akan ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baku Beku
General FictionBagaimana jika kamu dipertemukan dengan seseorang dengan kesan yang sangat menyebalkan? Padahal sebelumnya kalian pernah bertemu, tetapi di awal pertemuan ia adalah sosok yang baik bahkan sampai membuatmu jatuh hati padanya. Namun, jika melihat peru...