Part 20 : Happy Birthday, Clara!

27 7 1
                                    

Hari ini Hari Sabtu. Tidak seperti Sabtu biasanya, tentu saja. Hari ini adalah hari yang istimewa untukku. Sebenarnya bukan hari istimewa-ku sih, tapi hari istimewa milik seseorang yang istimewa untukku. Duh, jadi belibet. Ya, hari ini adalah hari ulang tahun Clara, seseorang yang aku kagumi selama lebih dari setahun ini. Seseorang yang aku sebut sebagai Nirmala Fiksi-ku.

"Oiiiiii, udah gue shareloc ya lokasi rumah guee." cakap Clara di WhatsApp.

Sore ini aku benar-benar galau. Menggalaukan sesuatu yang tidak wajar. Sesuatu yang aku galaukan itu adalah pakaian, aku bingung untuk memilih pakaian apa yang akan aku kenakan di acara sweet-seventeen*  Clara malam ini. 
(*=Perayaan ulang tahun anak remaja yang baru saja mencapai umur 17 tahun)

"Baju yang hitam, atau merah, ya?" gumamku di kamar sambil menatap ke dua baju yang aku jejerkan di ranjang,

"Hitam aja, deh!" pungkasku yang akhirnya memberikan keputusan bulat dari diskusiku dengan diri sendiri mengenai pakaian. Aku memilih baju hitam berlengan panjang dengan kain setebal sweater

Sore itu, pukul 17.00 petang. Aku memutuskan untuk mandi sebelum menghadiri acara spesial itu. Aku benar-benar harus tampil perfect di hadapan Clara. Ahh, aku sangat bersemangat.

Usai mandi, aku bersiap-siap. Jam tangan biru favoritku aku ambil dari lemari. 

"Aku berangkat dulu, Ma, Pa," ujarku berpamitan seraya mengambil kunci sepeda motor Papa.

Aku belum mempunyai sepeda motor sendiri. Atau lebih tepatnya belum boleh. Mungkin karena SIM-ku yang masih belum saja selesai padahal sudah aku urus sejak tahun lalu. Maka dari itu, aku selalu bepergian menggunakan sepeda motor Papa. 

Beberapa menit kemudian, aku akhirnya sampai di rumah Clara. Rumahnya sangat tinggi. Sepertinya, pemandangan kota-kota bisa terlihat dari lantai paling atas rumah Clara. Aku memarkirkan motorku di garasi luar rumah Clara, rupanya teman-teman yang lain masih belum datang. Wah, mungkin aku yang datang terlalu dini.

"Raven! Udah dateng aja, sini-sini masuk dulu," sapa Clara yang menyadari kedatanganku karena suara motor tadi. Seperti biasa, ia tersenyum dan terlihat sangat ramah. Senyum manisnya seperti bagian dari wajahnya, tidak pernah lepas.

"Paling pagi, nih." ujar Clara menyinggung diriku yang datang duluan. Aduh, Clar. Bagaimana tidak, aku terlalu bersemangat.

"Udah malem kaliii, hahahahah," jawabku dengan candaan. 

Kami berbincang sedikit mengenai beberapa hal, seperti sekolah, kendaraan yang aku kendarai, dan hal tidak penting lainnya. Aku sangat gugup saat itu, rasanya seperti berdialog dengan orang penting saja. Eh, Clara memang penting, sih! Hahahah.

"Loh, kamu ..." sapa Om Andi, Ayah Clara, yang baru saja tiba di ruang tamu,

"Temen Clara yang tahun lalu ketemu Om di rumah sakit, kan?" sambungnya membuatku mengangguk sungkan.

"Iya, Om ... saya--Raven," jawabku sedikit terbata-bata.

"Dia temenku yang paling seru, Yah!" celetuk Clara membuatku seketika kaget. Wajahku memerah, aku bahagia sekaligus salah tingkah. Wow, Clara memberiku 'gelar' seperti itu ke ayahnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa mendengarkan ucapan tak terduga Clara barusan.

"Oii," salam Viola dari depan pintu masuk. 

"Loh, Viola, masuk sini masuk!" ajak Clara seraya beranjak berdiri dari ruang tamu. Aku sedikit lega saat Viola akhirnya tiba, karena rasa canggungku saat mengobrol bersama Clara akhirnya berhenti. Di sisi lain, aku juga kesal karena harus berhenti mengobrol bersama Clara lagi. Membingungkan, ya?

Nirmala Fiksi-ku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang