"P"
"Ini, ya?" Notifikasi di hp-ku berbunyi, rupanya dari instagram. Benar, ada yang menDM-ku."Hah? Clara?" batinku ketika melihat notif DM itu yang rupanya dari Clara.
"Iyaa, gue udah follow lu dari kemarin," balasku lagi.
"Okee, gue follback, nih, Rav!" balasnya.
Aku sedikit terkejut melihat Clara tiba-tiba menDM-ku, tapi aku teringat, bahwa tadi di sekolah aku membahas tentang instagram padanya. Ketika datang notif dari gadis yang baru aku kenal 2 hari yang lalu itu, entah kenapa tiba-tiba rasanya aku senang sekali walau sesaat. Kenapa, ya?
Akan tetapi tetap saja, sore ini rasanya aku sangat bosan. Namun sepertinya, semakin hari galauku sudah mulai hilang, syukurlah. Biasanya, teman-temanku mengajakku nongkrong pulang sekolah begini, mungkin sekarang sedang pada sibuk.
Aku hanya terduduk di ranjang, sambil bermain hp, seakan tak ada hal yang bisa kulakukan lagi. Lagian, aku lelah. Pintu kamarku tiba-tiba terbuka,
"Kak, bantuin, dong," Suara adikku memanggil. Aku yang tengah hp-an terganggu dengan suaranya karena sepertinya aku sudah tau apa kelanjutannya.
"Apaan, Ren?" jawabku tanpa menoleh ke arahnya.
"PR, lah, hehe," ujar Eren, adikku yang masih menduduki kelas 7 itu.
"Sudah kuduga ... Gak, ah, mager." pungkasku membuatnya kesal.
"Ih, ayolaah, Kak Raven kan pinter IPA,"
Aku terdiam dan mengabaikan adikku. Aku sudah menolaknya, kenapa ia tetap mengulang-ulang permintaannya itu. Aku baru pulang sekolah, apa tidak ada waktu istirahat untukku sebentar?
"Nanti gue beliin silverqueen." sambung Eren. Sepertinya dia sangat ahli membujuk kakaknya ini. Bagaimana tidak, aku sangat suka coklat. Aku menatap sinis Eren, seakan kesal karena bocah berambut keriting itu bisa membujukku dengan sangat mudah.
"Hmmm, apaan si yang susah?" ujarku yang akhirnya memutuskan untuk membantunya.
"Kalo ada coklatnya langsung gercep!" goda Eren dengan muka merasa lega berhasil membujukku.
"Buruannn," celetukku.
"Iniii, newton ini susah banget, Kakkk!" keluhnya dengan pasrahnya.
"Lah, apanya yang susah, siihh? Jadi gini, loh ..." Aku mengajari Eren hingga ia paham, sore itu sudah tidak membosankan lagi ketika relativitas waktu berjalan dengan cepat karena kesibukanku mengajari adikku itu.
Beberapa jam kemudian, setelah aku selesai mandi, hp-ku berdering. Aku segera mendekat ke sumber suara, mendatangi hp-ku yang tengah kucas di kamar. Rupanya dari Malfoy, anak kelas 10 MIPA 2, dia lumayan dekat denganku.
"Halo? Apaan, Foy?"
"Halo, Rav ... Ngopi, kuy,"
"Hah, di mana?"
"Gampang, abis ini gue jemput lu. Gue lagi bosen banget, nih di rumah," ujar Malfoy yang sepertinya senasib denganku.
"Oke, gue mau ganti dulu, abis mandi." jawabku mengakhiri.
Tak lama, Malfoy datang dengan motornya. Setelah pamit ke Papa, aku langsung bergegas.
***
Kami berdua memutuskan untuk nongkrong di cafe. Itu karena sudah malam begini, jadi malas saja kalau harus ke warkop. Di sana tidak seberapa rame, hanya ada beberapa anak.
"Situ aja," kataku sambil menunjuk ke arah kursi dekat dengan AC. Aku duduk, Malfoy yang memesankan minuman dan snack.
"Lu kopi, ga, Rav?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala Fiksi-ku [END]
RomanceNirmala itu artinya indah, sempurna. Seperti aku memandang dirinya yang berada jauh di luar jangkauanku. Tak tercapai, tak tergapai. Mencintai dalam diam? Mungkin sebagai lelaki, aku tidak seharusnya menjadi sepecundang itu, tapi mau bagaimana lagi...