Chapter 1

2.6K 35 0
                                    

🤍 D A I S Y 🤍

🤍 D A I S Y 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Dipeluknya gundukkan tanah itu dengan airmata yang mengalir deras. Tidak peduli awan hitam yang menggantung, Daisy terus menangis meronta-ronta disamping makam kedua orang tuanya. Angin kencang berhembus, menerbangkan helaian rambut panjang Daisy yang tergerai.

Seharusnya Daisy tidak perlu memaksa kedua orang tuanya untuk menghadiri pesta wisudanya, jika tahu akhirnya akan seperti ini. Kecelakaan naas itu terjadi dan merenggut nyawa kedua orang tuanya.

"Daisy, sudah. Mari pulang, sebentar lagi akan turun hujan."

Dengan kasar Daisy menepis tangan hangat yang menyentuh bahunya. "Kau pulang dulu saja, aku masih ingin menemani mama dan papaku."

Seorang lelaki bertubuh tegap itu ikut berjongkok, menarik Daisy yang masih terpukul ke dalam pelukannya. Tidak peduli lagi payung yang terlepas dari tangan, rintik hujan yang jatuh dan menjadi lebat dalam sekejap. Lelaki tersebut mengusap bahu Daisy lembut sembari mengucapkan kalimat penenang.

"Layton, aku tidak percaya orang tuaku pergi secepat ini," Daisy mencengkram lengan Layton, tubuhnya sudah mulai menggigil karena terguyur hujan.

Layton mengecup singkat puncak kepala Daisy. "Kau tidak boleh sakit, orang tuamu tidak suka melihatmu seperti ini Daisy. Mari pulang."

Keduanya sama-sama berdiri dengan Layton yang menyangga tubuh Daisy yang hampir ambruk. Dibawah guyuran hujan yang sangat lebat Daisy menatap kedua gundukkan tanah itu sekali lagi, lalu tersenyum tipis.

"Bahagialah di sana, tunggu aku dan kita akan berkumpul lagi. Aku menyayangi kalian."

__________

"Daisy," Eve memeluk sahabatnya yang berjalan dengan sangat pelan bersama Layton.

Ia tidak peduli pakaiannya akan basah juga seperti pakaian Daisy. Yang terpenting adalah ia harus bisa menguatkan Daisy yang terlihat begitu sangat terpukul dengan kepergian kedua orang tuanya.

"Maafkan aku, aku terlambat datang Daisy."

Daisy tidak dapat menjawab karena ia masih menangis dalam pelukan Eve. Eve adalah sahabat terdekat Daisy yang selalu bisa mengerti apa yang dia rasakan, ia merasa menemukan rumah yang nyaman jika sudah bersama Eve.

"Sudah-sudah, mari ku antar ke kamar," Eve menuntun Daisy masuk ke dalam rumah.

Dengan cekatan Eve mengganti pakaian Daisy, lalu menyuruh wanita itu untuk berbaring dan menyelimuti seluruh tubuh Daisy yang menggigil.

"Kau sudah makan?" tanya Eve.

"Aku tidak lapar."

Eve mengusap bahu Daisy, "Kau harus makan."

Daisy || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang