3

14.4K 1.8K 513
                                    










Renjun dan Haechan kini berada di sebuah sungai. Airnya sangatlah jernih, mengalir dari hulu ke hilir. Mereka bermain air dengan tawa lepas yang menyertai.



Saling menyipratkan air ke satu sama lain. Sehingga membuat baju seragam mereka basah. Lagi pula besok hari kamis, mereka tidak akan memakai baju seragam putih abu lagi.



"Hahaha hentikan, Chan! Kau membuat seluruh bajuku basah".



"Rasakan itu! Hahahaha... Siapa suruh menyiramku duluan".



"Oke oke... Aku menyerah! Sebaiknya kita menuju rumah pohon".



Haechan pun menyerah, dia mengikuti langkah kaki Renjun yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju dalam hutan. Tenang. Mereka tidak akan tersesat kok, Haechan dan Renjun sedah menghafal seluk-beluk hutan ini.




Mereka terus berjalan menyusuri jalan sambil bertelangjang kaki. Kedua tangan masing-masing menjinjing sepatu dan tas. Mereka sesekali bersenandung riang.



Lalu tak lama setelahnya, mereka sampai di sebuah rumah pohon. Tempat yang menjadi basecamp mereka.



 Tempat yang menjadi basecamp mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dulu rumah pohon ini milik seorang nenek tua yang tinggal sendiri. Renjun maupun Haechan yang sering berkeliling hutan, suatu hari bertemu dengan si nenek yang tengah kesusahan membawa kayu bakar.



Karena mereka berdua suka menolong, akhirnya keduanya turun tangan membantu sang nenek. Walau dalam hati mereka ketakutan, takut si nenek adalah seorang penyihir jahat yang akan menumbalkan mereka. Oke... Renjun dan Haechan gemar membaca hal-hal mustahil... Jadi... Ya begitu?



Renjun dan juga Haechan membopong kayu-kayu bakar itu di pundaknya. Mereka di arahkan sang nenek menuju rumah pohon miliknya. Setelah mengenal lebih jauh sang nenek tua, barulah mereka tidak merasa takut lagi. Bahkan mereka sering berkunjung ke rumah pohon setelah pulang sekolah dan ikut membantu pekerjaan sang nenek.



Tapi... Saat hari dimana mereka berkunjung, sang nenek sedang dalam keadaan tidak baik. Dia sakit. Sehingga mengharuskan Renjun dan Haechan merawatnya. Mereka sudah menganggap wanita tua itu sebagai neneknya sendiri. Namun, takdir berkata lain, umur sang nenek tidaklah panjang.



Beliau meninggal ke esokan harinya. Sebelum meninggal sang nenek sempat berpesan pada Renjun dan Haechan untuk selalu menjaga dan merawat rumah pohonnya. Tentu saja pesan itu di angguki keduanya. Lalu setelah itu sang nenek segera di makamkan oleh para warga.



Renjun dan Haechan menangis paling kencang di pemakaman. Mereka kehilangan sosok nenek yang selalu menyayangi mereka. Orang tua Renjun dan Haechan pun hanya bisa menatap anak mereka dengan sendu. Walau nenek tinggal sendiri di hutan, tidak mempungkiri bahwa sang nenek adalah wanita tua yang baik dan penyayang. Maka dari itu orang tua Renjun dan Haechan tak pernah melarang mereka untuk main ke rumah pohon.



Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang