18

6.6K 974 136
                                    


Renjun akhirnya sembuh dari sakit. Dia akan mulai menjalani kegiatan sehari-harinya seperti biasa, pagi hari ini dia sudah rapih dengan baju seragam serta tas gendong yang bisa bilang mungkin... Sudah tidak layak pakai. Karena tas tersebut banyak luka jahitan dan berlubang di beberapa tempat.

Oke abaikan tas tersebut, sekarang setelah sarapan, Renjun bergegas pamit pada ayah dan ibunya untuk segera pergi ke sekolah.

"Ayah, Ibu, Renjun pamit pergi ke sekolah dulu".

Ucap Renjun sambil mencium tangan kedua orang tuanya. Sang ibu mengusap lembut kepala putranya sambil berdoa dalam hati, supaya semua yang putranya lakukan dan kerjakan berjalan dengan lancar disekolah.

"Iya, hati-hati di jalan ya? Kamu bareng Haechan kan?".

"Iya Bu, seperti biasa. Kalau begitu Renjun pergi. Dadah Ayah, Ibu!".

"Iya! Hati-hati nak".

Renjun hanya mengacungkan jempolnya pada sang Ayah. Dia kemudian berjalan ke arah rumah Haechan, sang sahabat. Berniat memberi kejutan, karena Renjun berhasil sembuh dari demam nya setelah 3 hari berlalu.

Dengan senyuman riang, dia berjalan sambil bersenandung. Beberapa warga yang lalu lalang menyapanya dan dibalas sapaan balik oleh yang di sapa. Renjun dan Haechan memang seramah itu di kampungnya, makanya banyak warga yang menyukai kedua anak ceria tersebut.

Padahal aslinya, mereka tidak seceria itu.

Saat sampai di rumah Haechan, Renjun memudarkan senyumannya ketika melihat seseorang yang tidak asing tertangkap indra penglihatannya. Dia berjalan cepat menghampiri orang tersebut, Renjun memasang wajah datar dan tidak bersahabat.

"Mau ngapain kamu disini!? Gak puas ngebully Haechan di sekolah, sampai-sampai kamu mau bully Haechan di rumahnya juga!? Kamu ternyata benar-benar punya keberanian yang besar ya? Tapi aku gak akan biarin hal itu terjadi!!! Apalagi kalau sampai orang tua Haechan pun, kamu jadikan target".

Orang itu adalah Jeno, Lee Jeno. Dia hanya diam ketika Renjun menuduhnya yang macam-macam, tidak ada kata pembelaan sedikitpun yang keluar dari mulut Jeno. Dia sadar, wajar Renjun menuduhnya ini dan itu, karna bagaimanapun juga dia terlalu salah memperlakukan Haechan atau Renjun di masa lalu.

Jadi, biarkan saja Renjun memarahi bahkan menuduhnya macam-macam. Setidaknya dengan begitu kemarahan Renjun padanya selama ini tersampaikan dan rasa bersalahnya juga akan sedikit berkurang.

"Kamu... Haechan!!! Bibi! Paman Lee!!! Ini Renjun".

Renjun kesal karena Jeno hanya diam menunduk dan tidak membalas pertanyaannya. Jadi dia memutuskan untuk mengabaikan manusia biadab yang berdiri agak jauh di sampingnya itu. Tak lama Paman Lee keluar membawa nampan berisi 2 gelas kopi, Renjun mengernyit heran.

"Oh!? Renjuniee! Sudah sembuh nak? Paman tidak tau kalau kamu sudah sembuh. Sebentar ya, Haechan sedang menyiapkan bukunya. Nak Jeno, mari duduk dulu. Ini kopi nya".

Bukannya menjawab pertanyaan paman Lee, Renjun malah menoleh pada Jeno, matanya menatap tajam pria jangkung tersebut. Sementara Jeno segera duduk di samping paman Lee, dia tidak enak jika menolak permintaan orang tua tersebut.

'Apa ini? Trik baru untuk membully kami lagi?', batin Renjun curiga.

"Paman, kenapa manusia satu ini ada disini!?".

"Loh? Nak Jeno kesini untuk menjemput Haechan juga, berangkat bersama ke sekolah. Kalian satu kelas kan?".

Renjun semakin melotot pada Jeno, ada apa ini sebenarnya? 3 hari dia tidak masuk sekolah karena sakit, apa yang sebenarnya dia lewatkan?

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang