30

6.3K 732 134
                                    

Seusai makan, Haechan di giring Jeno menuju kamar mandi, pria itu menyuruhnya untuk membersihkan diri sebelum berangkat. Haechan pasrah-pasrah saja dan menuruti segela sesuatu yang diucapkan Jeno.

Sebelum memasuki kamar mandi, Haechan di beri pakaian ganti yang sepertinya baru dibeli, entah berapa banyak uang yang Jeno punya, Haechan tidak tau dan pastinya tidak mau tau.

Setelah selesai mandi serta berpakaian rapih, Jeno benar-benar mengajaknya pergi keluar menaiki mobil. Mereka berdua akan menuju ke tempat Renjun berada, betapa bahagiannya Haechan saat ini. Walau wajahnya tidak menunjukan rasa bahagia sama sekali, tetapi jauh di lubuk hati pemuda manis itu sedang menangis bahagia.

Akhirnya setelah sekian lama tidak bertemu Renjun, mereka berdua akan segera bertemu. Semoga saja Jeno tidak menipu atau membodohi dirinya lagi.

Sementara pada posisi Jeno yang sedang fokus menyetir, dia sesekali menoleh pada Haechan yang duduk di sampingnya. Pria itu tersenyum senang, Haechan menjadi begitu menurut dan patuh. Tidak pernah membantah perkataan atau pun menepis segala sentuhan fisik yang selalu dilakukan Jeno, seperti sebelumnya.

Tapi satu yang mengganggu pikirannya saat ini, kenapa Haechan begitu fokus menatap ke arah luar kaca jendela mobil?

"Haechan... Kamu tau?".

Si manis yang tadinya menatap jalanan asing yang sepi, kini berbalik menatap Jeno yang sedang fokus menyetir. Dahi Haechan mengernyit bingung, dia tidak paham maksud dari pertanyaan Jeno tadi, alhasil Haechan hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku begitu mencintai kamu. Jadi... Jangan berharap kamu bisa menghapal jalan pulang, karena daerah ini sangat jauh dari perkotaan atau pemukiman warga, termasuk tempat tinggal kamu".

Ucap Jeno, diakhiri dengan senyuman khasnya.

Senyum itu.

Senyum dengan eye smile yang sangat Haechan benci, entah sejak kapan dirinya mulai membenci senyuman itu... Yang jelas, senyuman diwajah Jeno sekarang terlihat sangat memuakkan dimata Haechan.

Dan... Apa katanya tadi? Cinta? Kalau memang Jeno mencintai dirinya, seharusnya sedari dulu pria itu bersikap baik, berperilaku layaknya seseorang yang benar-benar mencintai pasangannya, bukan malah mem-bully orang yang dicintai dan setelah itu menculiknya seperti ini.

Cinta Jeno untuk dirinya, Haechan artikan sebagai kegilaan. Ini bukanlah cinta!

Dilihat dari sudut pandang manapun... Ini bukan lah cinta.

"Tidurlah, perjalanan kesana membutuhkan waktu sekurangnya 3 jam".

Tanpa menjawab, Haechan segera memejamkan matanya. Lagi pula dia juga malas jika harus berinteraksi dengan Jeno selama perjalanan, di tambah hari sudah sangat malam dan Haechan memang sedikit agak mengantuk.














×××














"Sampai juga?".

Jeno menoleh pada Jaemin yang berdiri diambang pintu rumah, menyambut kedatangan dirinya. Nada bicara pemuda itu terdengar sangat tengil ditelinga, membuat Jeno yang mendengarnya menjadi sedikit merasa jengkel.

"Menurutmu? Selain gila, kamu juga buta ternyata".

"Sialan! Kamu berucap seolah tidak pernah berkaca diri bodoh!".

Jeno mengabaikan perkataan sepupunya itu, dia memilih untuk tidak melanjutkan acara saling sindir antara dirinya dengan Jaemin dan memilih menghampiri Haechan yang masih tertidur di dalam mobil. Jeno berniat menggendong nya masuk ke dalam rumah, sementara Jaemin sudah masuk duluan ke dalam.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang