20

7.4K 1K 227
                                    

Suara tepuk tangan memeriahkan sore hari ini, cafe milik Mingyu selalu penuh di isi oleh para pelanggan yang ingin sekedar menikmati kopi atau pun dessert yang tersedia di menu, Jeno ikut bertepuk tangan di mejanya. Dia duduk begitu kaku, karena di ampit oleh Jihoon dan Mingyu.

Sesuai yang di bicara di perpustakaan siang tadi, sorenya setelah bel pulang sekolah berbunyi, Renjun, Haechan, besarta Jeno langsung segera berangkat menuju cafe.

Jeno benar-benar tidak menyangka kalau Haechan lah sosok penyanyi dengan suara unik yang mampu memikat hatinya. Selain itu, Renjun juga sama... Pasti Jaemin akan sangat terkejut mendengar hal ini.

"Heh! Disini masih ada gue sama kak Jihoon. Awas macem-macem lu sama adek-adek gue!!!".

Tegur Mingyu, ketika melihat Jeno yang begitu semangat bertepuk tangan dengan tersenyum lebar. Bagi dia dan Jihoon senyum lebar Jeno terasa seperti penuh dengan artian buruk, jadi jangan salahkan keduanya kalau sering berprasangka buruk pada Jeno maupun Jaemin.

Karena dua pria remaja itu, seperti tipe-tipe orang berwajah kriminal. Itu sih, kalau kata Jihoon, gak tau tuh kalo kata Nassar oppa?

Sementara Jeno yang di tegur, menciut. Benar-benar menciut di tempat, karna demi apapun... Tatapan Jihoon membuatnya seolah dijadikan taget pembunuhan selanjutnya. Tapi beberapa detik kemudian dia bersyukur, karena Renjun dan Haechan segera datang. Keduanya duduk berhadapan dengan ketiga orang yang sedang bersi tegang tersebut.

"Kak Jihoon! Bang Hoshi mana? Njunn gak liat tuh dari tadi di cafe".

"Abang mu itu lagi ikut festival dance. Pulangnya nanti jam 9, makanya gak ada disini".

Renjun hanya membulatkan mulut membentuk O lalu mengangguk paham, sementara Haechan dari tadi hanya memperhatikan Jeno, pria itu terus menunduk. Seperti seseorang tengah menahan buang air.

"Jeno? Kamu kenapa?".

Yang tadinya menunduk, kini mendengok menatap Haechan. Jeno tersenyum kikuk dan menggeleng kecil.

"G-gue gpp kok. Haha!".

"Hahaha! Bener tuh, Jeno gpp kok Chan. Orang dari tadi dia ngobrol sama abang, iya kan Jen?".

Mingyu merangkul Jeno sambil sedikit mencekiknya dengan tangan, siapapun tolong selamatkan Jeno... Mingyu mencekiknya tidak main-main, membuat dia susah bernafas dan juga sesak.

Entah kenapa, Renjun yang melihat Jeno di rangkul oleh Mingyu seperti akan mati sebentar lagi. Jadi dia tertawa canggung dan menyenggol lengan kiri sahabatnya, memberi kode bahwa Jeno sudah mau mati. Haechan yang mendapat kode pun, menatap iba pada Jeno.

"Hahaha! Kita kira bang Mingyu bakalan bunuh Jeno".

"Mana ada gitu, Jeno kan adek kenalannya abang. Jadi dia udah kayak adek abang sendiri".

"Masa sih!? Itu Jeno sesak nafas loh, soalnya abang rangkul dia terlalu erat".

"Eh? Jen! Ya ampun, maafin abang Jen. Gue soalnya kangen banget sama lo, lo jarang main ke cafe gue sih! Jaemin juga"

"Uhuk! Uhuk! Huhh~~~".

'Terimakasih banyak ya tuhan! Kau telah memberikan hambamu ini kesempatan untuk bernafas lagi'. Ucap Jeno dalam hati mendramatir, dia ingin marah pada Mingyu tapi tidak bisa. Yang ada dirinya mati di tangan Jihoon nanti.

"Bang Mingyu kayaknya kangen banget sama gue, sampe rangkul gue segitunya. Penuh dengan kasih sayang, kapan-kapan gue seret Jaemin kesini. Biar rasa kangen lo ke dia bisa segera tersalurkan".

"Iya, bawa sepupu lo ya? Biar gue peluk sampe remuk".

Renjun dan Haechan hanya menggeleng, bingung dengan hubungan kedua orang di depannya ini. Semetara Jihoon hanya memandang malas pada dua orang yang duduk di sampingnya.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang