24

7.9K 1K 255
                                    

Jaemin duduk dikursi samping rajang, matanya menatap kosong pada tubuh Renjun yang kini terbaring tak sadarkan diri di atas sana. Gurat frustasi serta penuh penyesalan, tampak terlihat begitu jelas di wajahnya.

Hari sudah mulai malam, setelah sadar dari kesetanannya, Jaemin segera membawa Renjun pergi dari area sekolah tanpa satu pun orang ketahui. Dia membawanya ke rumah kecil bekas sang nenek dulu tinggal, masih di kota yang sama, namun jauh dan lebih terpencil.

Alasan Jaemin membawa Renjun pergi jauh seperti ini adalah karena dirinya sangat-sangat ketakutan. Jaemin takut semua orang mengetahui kelakuan bejat nya dan berujung dengan Renjun yang dibawa pergi dari sisinya, Jaemin tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bahkan hanya dengan membayangkannya saja, sudah membuat Jaemin ketakutan setengah mati.

Tapi... Dengan melihat kondisi Renjun yang seperti ini juga, hatinya sudah sangat sakit, gelisah dan semakin ketakutan.

Pikiran Jaemin berbelit, dia tidak bisa berpikir jernih. Hati dan pikirannya benar-benar kacau, penyesalan selalu menyertai disetiap tarikan nafasnya, perlahan merambat naik dan mencekik lehernya. Pemikiran-pemikiran bahwa, suatu saat nanti orang-orang mengetahui keberadaan Renjun saat ini dan membawanya, membuat Jaemin nyaris gila.

Apa yang harus dia lakukan agar Renjun tetap bersamanya?

Jaemin mengacak rambutnya yang masih basah oleh darah dengan kasar, bagaimana pun caranya... Dia harus membuat pemuda mungil itu tetap berada disampingnya, Jaemin tidak perduli dengan semua konsekuensi yang akan diterima.

Drrttt drrttt

Ponsel miliknya berbunyi, Jaemin pun memeriksa siapa yang menghubunginya. Dan ternyata itu adalah supir pribadi sang nenek yang sempat Jaemin suruh untuk membawanya dan Renjun kemari.

Akhirnya dia mengangkat panggilan tersebut.

"Ada apa?".

'Tuan muda, saya ada di depan'.

"Ya, aku akan ke depan sekarang".

Klik

Dia menutup telponnya secara sepihak. Sebelum bangkit dari duduk, Jaemin sedikit membungkuk untuk mengecup dahi Renjun, sebelah tangan nya pun mengusap pipi bengkak pemuda itu dengan lembut, lalu berbisik pelan di samping telinga Renjun.

"Tunggu sebentar... Aku akan segera kembali".

Setelah itu, dia melangkah pergi keluar kamar menuju pintu depan untuk menghampiri si supir pribadi. Tak lupa Jaemin juga mengunci pintu kamar tersebut hingga terdengar 2 kali suara putaran kunci.

Lalu dia pun berjalan sedikit terburu menuju ke pintu depan.

Klek!

"Tuan muda... Ini semua adalah barang yang anda minta".

Jaemin menerima beberapa tas serta kantong plastik yang di serahkan supir itu, lalu menaruhnya di lantai. Dia tidak langsung menaruhnya ke dalam karena ada beberapa hal yang harus Jaemin bicarakan dengan sang supir.

"Kamu ingat kan, kata-kata saya saat di mobil tadi? Jangan beritahu siapapun kalau saya membawa seseorang kesini, terutama Jeno, jangan beritahu siapapun juga kalau saya disini! Atau kamu akan tau akibatnya. Ingat keluarga kamu, terutama anak kamu yang cacat itu! Saya bisa melakukan apapun, jika kamu berani membuka mulut atau macam-macam. Mengerti!?".

"I-iya Tuan muda, saya mengerti".

"Bagus! Mana kunci motorku".

Sang supir dengan takut-takut memberikan kunci motor milik cucu majikannya. Jaemin lalu menerimanya, dia pun segera menyuruh supir pribadi tersebut untuk pergi kembali bekerja, agar tidak dicurigai sang nenek ataupun Jeno.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang