21

6.2K 897 107
                                    

Betapa terkejutnya Haechan ketika dia baru saja membuka pintu rumahnya. Jum'at pagi yang cerah ini harus terganti dengan wajah suram penuh luka milik seorang Lee Jeno, sungguh mengerikan! Membuat Haechan terperanjat sangking kaget melihatnya.

"J-Jeno... Muka kamu kena—".

"Haechan! Ayo— HUWAA!!!".

Itu Renjun yang baru sampai di depan rumah Haechan, dia hampir saja terjungkal kebelakang, kaget ketika melihat wajah mengerikan Jeno yang terdapat banyak luka dan lebam sana sini. Sementara pemilik wajah penuh luka tersebut hanya memandang keduanya datar, malas untuk protes. Bibirnya perih, karena sedikit robek akibat tonjokan Jaemin kemarin, jadi dia malas untuk sekedar membuka mulutnya.

"Jeno? Kamu gpp? I-itu pasti sakit semua ya?".

Ingin rasanya Jeno menjawab, 'menurut lo? Luka sebanyak ini gak kerasa apa?'. Tapi urung... Dia tidak mau menyakiti hati sahabat dari seseorang yang dicintai nya. Jadi yang bisa Jeno lakukan hanyalah diam, karna diam adalah emas, dan emas ditoko sekarang sedang mahal harganya. Kan lumayan kalau diamnya Jeno di jual ke toko emas?

Oke abaikan hal itu.

Kembali ke Renjun, karena tidak mendapat jawaban dari yang di tanya, dia akhirnya menoleh pada Haechan yang berdiri tepat di samping Jeno. Seketika Haechan menggeleng, lalu Renjun mengangguk paham.

"Emmm yaudah, mending kita berangkat yuk, nanti kelamaan di jalan bisa terlambat".

Jeno hanya mengangguk mendengar ajakan Haechan, lalu ketiganya berjalan beriringan menuju sekolah. Di sepanjang perjalanan pun tidak ada yang berani membuka suara, biasanya Renjun dan Haechan akan mengobrol ini dan itu sepanjang perjalanan. Namun kali ini tidak, sama sekali tidak ada yang berani bersuara, mungkin karena aura suram Jeno mempengaruhi suasana di antara mereka.

Tadinya Haechan hendak bertanya mengenai luka serta lebam di wajah Jeno, tapi urung ketika melihat ekspresi wajah pemuda itu yang seperti mengatakan 'aku sedang tidak ingin bicara'. Begitulah sekiranya, Renjun pun seperti mengerti suasana hati Jeno yang sedang buruk, jadi dia memilih diam dari pada banyak bertanya.

Tak terasa ketiganya sudah sampai di depan gerbang sekolah. Mereka masuk dan seperti biasa... Haechan akan dicegat oleh Soobin saat dirinya sampai di koridor sekolah. Dengan wajah tampan berseri, pria jangkung itu menyapa.

"Pagi Haechan! Kemarin pulang dengan selamatkan?".

"P-pagi! Iya, aku dan Renjun kemarin pulang dengan selamat kok".

Diakhiri dengan tawa canggung di ujung kalimat, Haechan sebenarnya sangat risih. Entah kenapa, keberadaan atau keramahan Soobin padanya membuat dia menjadi risih. Di tambah jika ada Soobin dan disitu juga terdapat Jeno, aura permusuhan dari keduanya membuat Haechan merasa tidak enak hati. Entahlah...

"Ternyata lo itu tuli ya? Gue udah bilang jangan pernah ganggu atau nyoba deketin Haechan lagi! I.d.i.o.t".

Jangankan Renjun, murid-murid yang ada dan baru saja datang terkejut mendengar ucapan kasar yang Jeno lontarkan untuk Soobin. Sementara Haechan menatap pada Jeno dengan padangan memelas miliknya, jika tidak di pisahkan pasti akan terjadi perkelahian diantara mereka. Dan Haechan tidak mau hal itu terjadi, Jeno saja saat ini masih babak belur, masa mau di tambah dengan berkelahi lagi?

Tapi sepertinya Soobin cuek dengan omongan sarkas Jeno yang ditujukan untuknya, terbukti dengan pandangan matanya yang malah fokus hanya pada Haechan.

"Syukur kalo kamu pulang selamat kemarin, padahal aku bisa anter kamu sampe rumah, biar irit uang ongkos gitu".

Oke, sekarang yang merasa kesal Renjun, oh ayolah! Soobin berbicara seolah kemarin dia hanya bertemu Haechan saja, padahal jelas-jelas Renjun ada disitu. Bukan bermaksud iri atau cemburu pada Haechan yang terlihat di perhatikan oleh Soobin, tapi Renjun hanya kesal! Seperti dirinya ini dianggap hantu atau transparan oleh pria jangkung tersebut.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang