22

7.4K 1K 286
                                    

"Akh! Pelan...".

"Ssshhh... Maaf, ini bakal pelan-pelan kok".

Sebenarnya luka itu tidak sesakit yang Haechan kira, Jeno saja yang sengaja melebih-lebihkan untuk mencuri perhatian Haechan sepenuhnya. Selain mencari perhatian, dia juga mencari kesempatan dalam kesempitan hmm...

Haechan dengan hati-hati membersihkan luka di wajah Jeno dengan alkohol dan kapas, bibirnya sesekali meniup-niup luka tersebut agar tidak terasa sakit ketika disentuh. Jeno kesenangan di buatnya, senyum lebar tak pernah luntur dari wajahnya ketika Haechan begitu dekat dengan dia.

"Aw! Aw!".

Modus. Tujuan Jeno melebih-lebihkan rasa sakit tersebut agar Haechan menyentuh wajahnya dengan lembut, meniup lukanya dari dekat, sehingga kini jarak diantara dia dan Haechan begitu dekat. Benar-benar...

Haechan yang terjebak dalam aksi modus Jeno, tidak sadar akan hal tersebut. Tubuhnya reflek semakin mendekat ke arah Jeno, ketika pria itu meringis atau mengeluarkan suara kesakitan.

"Tahan ya Jeno... Ini sebentar lagi beres kok".

Tangannya bergerak untuk menempelkan sebuah plester diluka bagian bawah mata kiri Jeno. Sementara mata Jeno tak pernah lepas dari wajah manis Haechan barang sebentar, matanya dengan lekat menatap intens setiap jengkal bentuk dan lekuk wajah pemuda manis tersebut. Jeno seperti terhipnotis untuk waktu yang cukup lama.

"Nah!!! Sudah selesai. Semoga luka dan lebamnya cepat sembuh~".

Haechan yang tersenyum sangat manis, Jeno yang hampir kejang-kejang. Semua rasa sakit di tubuhnya menghilang begitu saja, raib entah kemana, akibat senyum manis yang Haechan tunjukan padanya.

Namun sedetik kemudian Jeno sadar, bahwa acara modus nya harus berakhir sekarang, tidak! Dia tidak rela moment ini berlalu begitu cepat. Jeno harus memutar otak untuk memperpanjang waktu berduaan mereka. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ayo berpikir!!!

'Aha!!! Gue tau... Otak gue emang udah pinter dari lahir hehehe'_Jeno

"T-tapi... Chan... Luka yang gue derita bukan di wajah aja...".

Lalu tangan kekarnya bergerak membuka satu persatu kacing baju seragam yang dia kenakan, lalu membukanya tepat di hadapan Haechan tanpa rasa malu.

Sementara Haechan melotot, kaget dengan pemandangan di depannya. Bukan, Haechan bukan kaget karena melihat Jeno membuka bajunya begitu saja, hingga memperlihatkan bentuk tubuh ideal laki-laki pada umumnya. Bukan itu, tapi Haechan kaget karena melihat lebih banyak luka serta lebam di tubuh Jeno, walaupun pada awalnya dia sempat salfok melihat abs Jeno.

Tapi bukan itu yang membuatnya lebih dari terkejut.

"J-Jeno... L-lebih baik kita kerumah sakit saja sekarang. Ya ampun!!! Apa kamu tidak kesakitan!? Ayo kita izin ke ruang guru sekarang!".

"Hei! Hei! Haechan... Tenang dulu. Gue gak mau ke rumah sakit, gue maunya lo yang ngobatin. Kalo lo gak mau ngobatin, ya gpp. Biarin aja, tar juga sembuh sendiri lukanya".

"Kamu gak bisa gitu dong!!!".

Nada suara Haechan meninggi ketika Jeno berkata seakan menyepelekan luka-luka di tubuhnya itu dan karena nada suara yang meninggi itu juga Jeno sedikit terperanjat. Apa sebegitu khawatir nya Haechan terhadap dia? Sampai sepanik ini melihatnya terluka? Memikirkan hal itu membuat Jeno tersenyum-senyum sendiri.

"Aku yang bakal ngobatin kamu kalo gitu, sekarang kamu berbaring, biar aku lebih gampang ngobatinnya".

Dia membantu Jeno untuk berbaring di ranjang UKS dengan hati-hati, tapi karena sebelah kaki Haechan tersandung kursi di dekatnya, jadilah dia jatuh ke arah Jeno. Posisinya sekarang adalah Jeno berbaring dan sebagian tubuh Haechan ambruk di atas dada bidang telanjang milik Jeno. Sementara tangan Jeno memeluk pinggang Haechan agar tidak jatuh ke lantai.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang